Kerangka Konsepsi Kerangka Teori dan Konsepsi

Dalam rangka pembaharuan hukum penanaman modal, perlu dipahami pendapat Burg pem men pre “pe abil tran

2. Kerangka Konsepsi

Bagian sepsi ini akan dijelaskan hal-hal berkenaan akan oleh peneliti dalam penulisan Tesis ini. Kon adal untu Kon jug digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus yang biasa disebut dengan defenisi operasional. ’s. Menurut studi yang dilakukan beliau mengenai hukum dan bangunan, terdapat 5 lima unsur yang harus dikembangkan supaya tidak ghambat ekonomi, yaitu “Stabilitas” stability, “prediksi” dictability, “keadilan” fairness, “pendidikan” education, dan ngembangan khusus dari sarjana hukum” the special development ities of the lawyer. 28 Hukum yang predictable akan sulit terwujud jika sparansi tidak menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. kerangka kon dengan konsep yang digun sep ah suatu bagian yang terpenting dari perumusan suatu teori. Konsep pada dasarnya berperan dalam penelitian Tesis ini adalah k menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas. sep a dapat diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang 28 Leonard J.Theberge, Law and Economic Development, Jurnal of International Law and Policy, Vol. 9, 1980, hlm. 232. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. Defenisi operasional ini mempunyai peranan penting dalam menghindark men istil esis ini dipergunakan juga defenisi ope a. ksanakan proses pengurusan pendirian perusahaan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai penanaman modal. Tra lang mpengaruhi perdagangan inter daga T pros keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 30 an perbedaan diskriminasi. Pengertian antara penafsiran dua double atau biasa juga disebut dengan istilah “dubius” dari suatu ah yang dipergunakan. Dalam proses penelitian T rasional untuk memberikan pegangan bagi penulis, sebagai berikut : Prinsip Transparansi Keterbukaan dalam mela nsparansitransparency, istilah GATT, suatu prinsip bahwa kah-langkah kebijakan nasional yang me nasional harus benar-benar jelas dan terbuka untuk dinilai mitra ngnya. 29 ransparansi transparency yaitu keterbukaan dalam melaksanakan es pengambilan 29 Eddie Rinaldy, Kamus Perdagangan Internasional, Jakarta : Indonesia Legal Centre Publishing, 2006, hlm. 344. 30 Johny Sudharmono, Be G2C Good Governed Company, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2004, hlm. 8 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. Transparansi atau keterbukaan yaitu berusaha menyediakan informasi perus haan, trans agar dapa beri b. Pena pengertian tentang penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah nega P Dala m modal untuk melakukan usaha di wila h dala P Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik ya berp a termasuk informasi teknis technical information. Tujuan paransi atau keterbuakan adalah membuka ketertutupan informasi, tidak menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Ketidakpastian t mengakibatkan investor sulit mengambil keputusannya untuk nvestasi. 31 naman Modal Pasal 1 butir 1 memberikan ra Republik Indonesia. 32 asal 1 butir 2 memberikan pengertian tentang Penanaman Modal m Negeri adalah kegiatan menana ya Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal m negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. asal 1 butir 3 memberikan pengertian tentang Penanaman Modal ng menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang atungan dengan penanam modal dalam negeri. 31 Bisma Persyaratan Huku Nastywordpress.co 32 Hadi S r Nasution 4, Prinsip Keterbukaan, Pengelolaan Perusahaan Yang Baik Dan m di Pasar Modal, Februari 10, 2008 dapat diakses di http:www.Bismar m etia Tunggal, Op.cit., hlm. 4. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. c. General Agreement on Trade in Services GATS y tentang Peng Inte untu yaitu ii Comm dari setiap negara meliberalisasikan perdagangan jasa. 33 d. Domestic Regulations Peratu ra lain TS, untuk mengatur ketentuan-ketentuan adm diny dapa and Requirement. 34 e. World Trade Organization WTO Orga khus B ngsa-Bangsa PBB. Salah satu kesepakatan yang dicetuskan dalam Putaran Urugua aturan Prinsip-prinsip dan Ketentuan-ketentuan dalam Perdagangan rnasional di Bidang Jasa, termasuk penerapan disiplin dan prosedur k masing-masing sub sektor. GATS terdiri dari tiga kerangka dasar : i Frame work agreement, berisikan peraturan dan disiplin umum, Annexes, mengatur masing-masing sektor jasa, dan iii Schedule Of itment atau SOC dari masing-masing negara, berisikan komitmen ran perundang-undangan nasional yang berisikan anta ketentuan-ketentuan umum GA inistratif maupun prosedural terkait sektor-sektor jasa yang telah atakan dalam Specific of Commitment. Domestic Regulations juga t memuat ketentuan-ketentuan tentang Qualifications Requirements Procedures, Tehnical Standard dan Licensing Procedure and nisasi Perdagangan Dunia OPD memiliki status sebagai organ us Perserikatan a 33 Eddie Rinal 34 Bismar dy, Op.cit, hlm.128-129 Nasution 2, Op.cit, hlm.2. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008.

G. Metode Penelitian