Undang-undang No.25 Tahun 2007 Cukup Mengakomodir Domestic

132 Persyaratan penanaman modal untuk mengutamakan penggunaan tenaga kerja domestik tidak bertentangan dengan ketentuan perdagangan internasional. Ketentuan tentang free personal movement dalam GATS tidak berlaku secara umum dalam pengaturan penanaman modal. Negara anggota masih dapat menetapkan persyaratan penggunaan tenaga kerja domestik sesuai dengan komitmen spesifik negara tersebut. 116 Pada dasarnya Undang-undang No.25 Tahun 2007 tersebut secara umum masih harmonis dalam menetapkan syarat-syarat penanaman modal dengan ketentuan-ketentuan perdagangan internasional. Di samping itu, pelaku usaha investor dalam negeri domestik harus lebih mempersiapkan diri untuk bersaing dengan pelaku usaha investor asing, karena pengecualian dan pembatasan tersebut suatu saat akan dihapuskan dan mengarah pada pelaksanaan liberalisasi perdagangan barang dan jasa dan liberalisasi investasi secara full commitment.

E. Undang-undang No.25 Tahun 2007 Cukup Mengakomodir Domestic

Regulations World Trade Organization WTO Sejak berlangsungnya Putaran Uruguay Uruguay Round tahun 1996, General Agreement on Tariff and Trade GATT mengalami sejumlah perubahan. Salah satu perubahan yang sangat signifikan adalah terjadinya perluasan perundingan ke arah bidang-bidang non konvensional, antara lain perundingan perdagangan di 116 Ibid, hlm. 28. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 133 sektor jasa komersial. Perundingan di sektor jasa komersial kemudian menghasilkan apa yang saat ini dikenal dengan nama GATS General Agreement on Trade in Services yang berisikan pedoman-pedoman umum perdagangan di sektor jasa komersial. Sasaran yang ingin dicapai oleh GATS adalah terciptanya sebuah kerangka multilateral yang berisikan prinsip-prinsip dan aturan-aturan perdagangan jasa-jasa dengan tujuan untuk perluasan perdagangan berdasarkan kondisi yang transparan dan liberalisasi yang progresif serta sebagai sarana meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari seluruh negara mitra dagang dan untuk pembangunan negara berkembang. Liberalisasi perdagangan di sektor jasa-jasa komersial dalam kerangka GATS dibangun dengan pendekatan liberalisasi yang progresif yang diwujudkan dalam specific of commitment yang dinyataan oleh setiap negara peserta atas bidang-bidang perdagangan jasa yang dilebarisasi. Dengan pendekatan ini negara-negara diberikan waktu untuk mempersiapkan industri-industri jasa domestic yang belum dinyatakan dalam specific of commitment. 117 GATS sendiri mengatur transparansi dalam satu pasal tersendiri Article III. Kewajiban transparansi dalam perdagangan jasa versi GATS diwujudkan dalam bentuk kewajiban publikasi semua undang-undang, peraturan, pedoman pelaksanaan, serta semua keputusan dan ketentuan yang berlaku secara umum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang mempunyai dampak pada pelaksanaan 117 Bismar Nasution 2, Op.cit, hlm. 1-2. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 134 persetujuan GATS dan adanya kewajiban untuk memberitahukan kepada Dewan Perdagangan Jasa, sedikitnya sekali setahun, tentang adanya peraturan perundang- undangan yang baru atau pedoman administrative dan perubahan-perubahannya. 118 Apa yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah menegakkan prinsip transparansi dalam hukum dan kebijakan, agar apapun hasil perundingan tentang domestic regulations terkait ketentuan transparansi tidak akan menjadi problem bagi Indonesia. 119 Sehubungan dengan hal ini, Indonesia telah menyahutinya dengan mengakomodir prinsip transparansi ke dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007, sebagai salah satu prinsip yang mendasari penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia dalam kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. 118 Ibid, hlm. 3 119 Ibid, hlm. 4. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada awalnya Negara-negara memandang bahwa peraturan perdagangan internasional sebagaimana diatur dalam GATT tidak memiliki hubungan dengan peraturan perundang-undangan nasional domestic regulations tentang penanaman modal. Pandangan ini didukung oleh argumentasi yang menyatakan bahwa peraturan penanaman modal bersifat non cross border dan sepenuhnya tunduk pada kedaulatan negara. Dengan demikian peraturan penanaman modal tidak dapat dikaitkan dengan peraturan perdagangan internasional GATT yang sifatnya lintas batas Negara cross border issues. Argumentasi lain adalah ketidakwenangan WTO sebagai organisasi yang diberi mandat oleh negara-negara anggotanya untuk mengatur masalah tarif dan perdagangan internasional, kemudian memperluas jurisdiksi pengaturannya pada masalah penanaman modal. Pandangan ini berubah setelah Putaran Uruguay 1986-1994 dimana WTO menyepakati kesepakatan yang terkait dengan ketentuan perundang- undangan nasional tentang penanaman modal, antara lain Agreement on Trade Related Investment Measures dan General Agreement on Trade in Services GATS. Agreement on TRIMs mengatur tentang persyaratan-persyaratan penanaman modal yang tidak konsisten dengan ketentuan perdagangan 135 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008.