Prinsip-prinsip Hukum Penanaman Modal di Indonesia

B. Prinsip-prinsip Hukum Penanaman Modal di Indonesia

Sudah sejak dahulu kala bisnis atau pada waktu itu masih terbatas pada “perdagangan” menjadi sarana penting untuk mendekatkan negara-negara dan bahkan kebudayaan-kebudayaan yang berlain-lainan. Kalau dilihat dalam perspektif sejarah, perdagangan merupakan faktor penting dalam pergaulan antar bangsa-bangsa yang justru sempat menyebarkan perdamaian dan persaudaraan. Di kawasan kepulauan, para saudagar dulu membawa dagangannya sampai ke tempat jauh dengan berlayar. Di kawasan daratan, para saudagar seringkali menempuh jarak jauh untuk mengantar barang dagangannya, kadang-kadang dengan mengikuti rombongan kafilah. Sejarawan besar dari Skotlandia, William Robertson 1721 – 1793, menegaskan bahwa “perdagangan memperlunak dan memperhalus cara pergaulan manusia”. Filsuf dan ahli ilmu politik Prancis, Montesquieu 1689- 1755, pada waktu yang sama lebih melihat kehalusan dalam pergaulan sebagai syarat untuk perdagangan. Hampir menjadi gejala umum bahwa dimana adat istiadat bersifat halus, di situ ada perdagangan, dan dimana ada perdagangan, di situ adat istiadat bersifat halus. Entah sebagai akibat atau sebagai syarat, yang pasti ialah perdagangan sanggup menjembatani jarak jauh dan menjalin komunikasi serta hubungan baik antara manusia. 87 87 K.Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta : Kanisius, 2000, hlm. 347 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. Dengan sarana transportasi dan komunikasi yang dimiliki sekarang, bisnis perdagangan internasional bertambah penting lagi. Berulangkali dapat didengar bahwa kini Indonesia hidup dalam era globalisasi ekonomipasar bebas, kegiatan ekonomi mencakup seluruh dunia, sehingga hampir semua negara terlibat dalam pasar bebas, sebagaimana dimengerti sekarang dan merasakan akibat pasang surutnya pasar ekonomis. Memang benar, kenyataan ini tidak bisa dipungkiri, yang melahirkan konsekuensi hubungan dagang internasional antar negara, mau tidak mau, harus transparanterbuka, termasuk dalam menanamkan modalberinvestasi. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penanaman modalinvestasi harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan lain sebagainya dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai, apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbankan, koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. 88 Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 89 88 Hadi Setia Tunggal, Op.cit, hlm.27 89 Ibid, hlm.42-44 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 1. Asas kepastian hukum Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang- undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal. 2. Asas keterbukaan Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal. 3. Asas akuntabilitas Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara Yang dimaksud dengan “asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara” adalah asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lain. 5. Asas kebersamaan Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. 6. Asas efisiensi berkeadilan Yang dimaksud dengan “asas efisiensi berkeadilan” adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing. 7. Asas berkelanjutan Yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan” adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 8. Asas berwawasan lingkungan Yang dimaksud dengan “asas berwawasan lingkungan” adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. 9. Asas kemandirian Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. 10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional” adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional. Dari sekian prinsip-prinsip ini, ada satu prinsip yang benar-benar relevan dengan era globalisasipasar bebas, yaitu perlakuan non diskriminasi terhadap penanam modalinvestor yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modalinvestasi di Indonesia, kecuali bagi penanam modalinvestor dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. 90 Disamping asas-asas tersebut, UU Penanaman Modal di Indonesia dibangun diatas prinsip-prinsip penanaman modal sebagai berikut : 1. Perlakuan sama dalam bidang usaha Pasal 4 ayat 2 UU PM menetapkan perlakuan sama antara penanaman modal asing PMA dan penanaman modal dalam negeri PMDN dengan tetap mengacu kepada kepentingan nasional. Kaidah dalam Pasal 4 ayat 2 mengandung dua variable yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban memberikan 90 Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. perlakuan sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini berarti perlakuan sama tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepentingan nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan sama tersebut dapat tidak diterapkan kepada penanaman modal asing. Tentunya pengecualian semacam ini harus sesuai dengan kesepakatan internasional. Jika dipahami secara menyeluruh sebenarnya UU PM tidak memberikan perlakuan yang benar-benar sama antara PMA dan PMDN. Beberapa ketentuan dari UU PM tersebut membebankan sejumlah pembatasan penanaman modal terhadap PMA, salah satu diantaranya adalah pembatasan bidang usaha pada PMA. Pasal 12 UU PM sebenarnya tidak membuka seluruh bidang usaha kepada investor asing. Bidang usaha yang terkait langsung dengan keamanan negara seperti produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang dan bidang usaha yang secara eksplisit dalam undang-undang dinyatakan tertutup, tidak dibenarkan bagi penanaman modal asing. 2. Penerapan Syarat Penanaman Modal Pasal 12 ayat 4 UU PM memberikan hak kepada pemerintah untuk menetapkan syarat-syarat penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal. Selanjutnya pada ayat 5 ditetapkan kriteria kepentingan nasional yang harus diperhatikan dalam menetapkan persyaratan penanaman modal, yakni perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. Persyaratan-persyaratan yang dikenakan terhadap penanaman modal. Persyaratan ini bisa beragam bentuknya, misalnya persyaratan joint venture pembatasan pemilikan saham asing, kemitraan dengan usaha kecil, menengah dan koperasi, alih teknologi, dan persyaratan-persyaratan bidang lingkungan hidup. 3. Perlakuan khusus terhadap Negara-negara tertentu Pasal 6 ayat 2 UU PM menerapkan perlakuan diskriminatif dengan adanya perlakuan khusus kepada negara-negara tertentu berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Sasaran dari perlakuan khusus ini adalah negara-negara yang terikat perjanjian penanaman modal secara bilateral, regional maupun multilateral dengan Indonesia. Dalam hukum perdagangan internasional ketentuan yang demikian didasarkan pada prinsip standard of preferential treatment yang membuka peluang adanya penyimpangan prinsip MFN melalui perlakuan khusus terhadap negara-negara tertentu, seperti negara bertetangga, atau sesama anggota custom union, dan wilayah perdagangan regional atau kawasan tertentu. 4. Fasilitas penanaman modal UU PM mengatur tentang fasilitas penanaman modal pada Bab X mulai dari Pasal 18 sampai dengan Pasal 24. Bentuk fasilitas penanaman modal yang diberikan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 meliputi kemudahan perpajakan, hak transfer dan repatriasi, amortisasi yang dipercepat, kemudahan perijinan, kemudahan bea masuk, dan fasilitas hak atas tanah. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008.

C. Penerapan Prinsip-Prinsip Perdagangan Internasional dalam Hukum