Persyaratan Pemilikan Saham Domestic Regulations dan Persyaratan Penanaman Modal di Indonesia

114 regulations, yang memuat ketentuan-ketentuan tentang qualifications requirements and procedures, technical standard dan licensing prosedural and requirements. Article VI : 4 GATS menetapkan bahwa untuk menjamin agar tindakan yang terkait dengan persyaratan dan prosedur, standar lisensi dan persyaratan perijinan bukan digunakan sebagai hambatan perdagangan, Dewan Perdagangan Jasa harus, melalui lembaga-lembaga tertentu yang mungkin dibentuk, menetapkan ketentuan- ketentuan disiplin yang diperlukan. Ketentuan-ketentuan tersebut ditujukan untuk memastikan bahwa persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh suatu negara-negara peserta : a. Didasarkan pada kriteria yang objektif dan transparan, misalnya kesanggupan dan kemampuan untuk menyediakan jasa ; b. Tidak lebih berat daripada yang semestinya untuk menjamin kualitas jasa-jasa c. Dalam hal prosedur perijinan, bukan merupakan hambatan dalam supply jasa- jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut akan diuraikan mengenai persyaratan-persyaratan penanaman modal sektor jasa di Indonesia terkait dengan ketentuan domestic regulations.

1. Persyaratan Pemilikan Saham

Untuk sektor jasa finansial perbankan dan asuransi hukum penanaman modal di Indonesia menetapkan persyaratan pembatasan pemilikan saham asing yang cukup bervariasi. Asuransi, misalnya harus dilakukan dengan usaha patungan dengan pemilikan saham asing maksimum sebesar 80. Di sektor Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 115 telekomunikasi, Indonesia memberikan syarat maksimum pemilikan saham asing pada usaha patungan sebesar 95. Selanjutnya pada subsektor perhubungan udara, maksimum pemilikan saham asing sebesar 49 untuk semua bidang usaha yang meliputi jasa angkutan niaga berjadwal, tidak berjadwal dan jasa penyelenggaraan bandar udara. Pada sektor jasa kesehatan yang meliputi pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit, medical check up, laboratorium klinik, pelayanan rehabilitasi mental, jaminan pemeliharaan kesehatan, penyewaan peralatan medis, jasa asistensi dalam pertolongan kesehatan dan evakuasi pasien dalam keadaan darurat, jasa menejemen rumah sakit, dan jasa pengetesan pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis, jumlah maksimum pemilikan saham asing yang diijinkan sebesar 49. Persyaratan yang membatasi pemilikan saham asing tidak bertentangan dengan GATS maupun domestic regulations WTO. Tidak satu pun dari kesepakatan tersebut yang secara imperative melarang Negara anggota WTO membatasi pemilikan saham asing pada perusahan patungan yang didirikan menurut hukum nasional dari Negara anggota yang bersangkutan. Ketentuan pembatasan pemilikan saham asing merupakan syarat yang ditetapkan pada tahap entry appropal atau pre-establihment stage yang tidak termasuk dalam lingkup keberlakuan GATS. Persyaratan pada tahap ini sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah host country. Dengan demikian, persyaratan diskriminatif mengenai pemilikan saham antara asing dan domestic pada saat entry appropal masih relevan dengan GATS maupun domestic Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 116 regulations. Terlebih lagi persyaratan yang demikian tidak berhubungan secara langsung dengan terjadinya hambatan perdagangan jasa internasional. 2. Pembatasan Tenaga Asing Pada uraian bab sebelumnya telah ditegaskan bahwa UU No.25 Tahun 2007 lebih mengutamakan penggunaan tenaga kerja WNI pada perusahaan-perusahaan penanaman modal. Pada prinsipnya tenaga kerja asing dibenarkan sepanjang jabatan yang didudukinya belum bisa dilakukan oleh tenaga kerja warga Negara Indonesia. Demikian pula jika diperhatikan ketentuan Pasal 42 ayat 4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, secara tegas menyatakan bahwa tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. Persyaratan penggunaan tenaga kerja WNI juga dapat dilihat dalam berbagai sektor usaha jasa. Pada sektor usaha jasa pelayanan rumah sakit misalnya, ketentuan penanaman modal di Indonesia mempersyaratkan semua tenaga medis dan paramedis wajib menggunakan tenaga kerja WNI. Tenaga medis asing hanya dibenarkan sebagai tenaga konsultan. Hal yang sama terjadi pada sektor jasa pendidikan tinggi. Penanaman modal asing pada subsektor jasa pendidikan tinggi wajib menggunakan staf pengajar warga Negara Indonesia. Tenaga asing hanya diijinkan sebagai tenaga konsultan. Agreement on TRIMs maupun GATS sama tidak ditujukan untuk mendisiplinkan persyaratan pengutamaan tenaga kerja domestik. Ketentuan free personal movement yang mengiringi liberalisasi modal dapat dibatasi oleh Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 117 peraturan domestik dari Negara anggota, sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi dari Negara tersebut. Hal ini berarti bahwa persyaratan investasi yang mengutamakan tenaga kerja domestik tidak bertentangan dengan kesepakatan WTO. Namun meskipun demikian, patut diperhatikan bahwa jangan sampai persyaratan ini menghambat akses pasar atau menghalangi supply jasa yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas supply jasa yang diberikan. Oleh karena itu, sama sekali tidak membenarkan pekerja asing pada bidang pekerjaan tertentu adalah kurang tepat. Pembatasan dilakukan tidak secara umum, akan tetapi pada jabatan-jabatan tertentu dalam jumlah personil dan jangka waktu yang ditentukan oleh perundang-undangan.

C. Prinsip Transparansi Dalam Penanaman Modal