Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007

123 2. Transparansi situasional ; transparansi yang terjadi ketika pemimpin atau perusahaan bereaksi secara terbuka dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan nilai dasar perusahaan. Ini tidak tulus, itu adalah dendam terhadap situasi atau kecaman, dan tidak memiliki daya tahan jika tidak berakar pada nilai dasar. Artinya jika seluruh kultur perusahaan bukan sesuatu yang karyawan tahu konsekuensinya seperti kebenaran setengah-setengah, kualitas produk buruk, atau perilaku “apa untungnya bagi saya”, maka kultur perusahaan itu tidak transparan.

D. Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007

Prinsip-prinsip yang mendasari penyelenggaraan penanaman modal yang diatur dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007 tersebut kiranya bukan hanya slogan di atas kertas melainkan benar-benar merupakan prinsip yang dalam penerapan dan pelaksanaannya dapat dilakukan secara konsisten, termasuk prinsip keterbukaan transparansi, dan prinsip non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing, termasuk pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu one door service system. Dengan sistem ini, sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Upaya ini ditujukan untuk memotong birokrasi yang selama ini dirasakan merupakan penghambat. Sebelumnya terdapat 12 prosedur dan dibutuhkan waktu sampai 90 hari dalam pengurusan perizinan. 106 106 Hulman Panjaitan Abdul Mutalib Maharain, Op.cit, hlm. 3-4 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 124 Bagi seorang pengusaha manca negara yang ingin berinvestasi di sebuah wilayah di Indonesia, adanya pelayanan satu atap melegakan karena ia tidak perlu lagi menunggu dengan waktu lama untuk memperoleh izin usahanya di Indonesia. Bahkan ia tidak lagi perlu mengeluarkan biaya pajak maupun pungutan lainnya yang dapat membengkak dari tarif resmi akibat panjangnya jalur birokrasi yang harus ditempuh untuk memperoleh izin usaha tersebut sebelum adanya pelayanan satu atap. Sebenarnya, hal ini sudah diupayakan sebelumnya lewat Keppres No.29 Tahun 2004 mengenai penyelenggaraan penanaman modal, baik asing PMA maupun dalam negeri PMDN melalui sistem pelayanan satu atap semasa era Presiden Megawati Soekarno Putri. Dalam Keppres tersebut dinyatakan bahwa penyelenggaraan penanaman modal khususnya yang berkaitan dengan pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal dilaksanakan oleh BKPM. Pelayanan satu atap ini meliputi penanaman modal yang dilakukan baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kotamadya berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan oleh GubernurBupatiWalikota kepada BKPM. Jadi, BKPM bertugas melakukan koordinasi antara seluruh departemen atau instansi pemerintah lainnya, termasuk dengan pemerintah kabupaten, kota, serta provinsi yang membina bidang usaha penanaman modal. 107 Seorang pengusaha asing kemungkinan besar juga akan tetap membatalkan niatnya berinvestasi di Indonesia walaupun proses pengurusan izin investasi menjadi lebih lancar dan lebih murah setelah dilaksanakannya UUPM No.25 Tahun 2007 107 Jurnal Hukum Bisnis, Op.cit, hlm. 36 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 125 tersebut, jika Undang-Undang mengenai kepabeanan dirasa tidak menguntungkannya karena pengusaha tersebut akan banyak melakukan impor, atau pasar tenaga kerja di Indonesia dirasa tidak fleksibel akibat berlakunya UU No.13 Tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan. 108 Ada baiknya pemerintah pusat membantu sungguh-sungguh upaya pemerintah daerah dalam menyederhanakan proses perizinan penanaman modal di daerah. Walaupun ada sejumlah daerah seperti Jepara dan Yogyakarta telah berhasil membuat pelayanan satu atap, namun masih lebih banyak lagi daerah yang bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana memulai pembangunan satu atap. Juga di daerah-daerah yang sama sekali tidak ada kesamaan visi dari lembaga-lembaga pemerintah, ditambah lagi tidak ada keseriusan dari Bupati, sangat sulit diharapkan daerah-daerah tersebut dapat membangun pelayanan satu atap. Disini peran pemerintah pusat sangat diharapkan. UUPM No.25 Tahun 2007 harus diakui merupakan suatu kemajuan besar dalam upaya selama ini menyederhanakan proses perizinan penanaman modal untuk meningkatkan investasi di dalam negeri. Namun, hasilnya sangat tergantung pada bagaimana implementasinya di lapangan. Oleh karena itu, impelmentasinya harus dimonitor secara ketat, khususnya di daerah. Lagi-lagi, masalah klasik lainnya di republik ini adalah Indonesia termasuk jempolan dalam membuat konsep atau memformulasikan suatu UU. Tetapi, hanya sedikit dari UU yang ada hingga saat ini di bidang ekonomi yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh. 109 108 Ibid, hlm. 37 109 Ibid, hlm. 41. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 126 Sebagai wujud pelaksanaan prinsip keterbukaan transparansi yang tersebut dalam Pasal 3 ayat 1 huruf b Undang-undang No.25 Tahun 2007, pemerintah telah mengeluarkan Daftar Negatif Investasi DNI yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, yang berlaku pada tanggal 3 Juli 2007 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden No.111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal yang berlaku pada tanggal 3 Juli 2007. Kriteria bidang usaha yang tertutup dengan persyaratan, antara lain : 1. Memelihara tatanan hidup masyarakat ; 2. Melindungi keanekaragaman hayati ; 3. Menjaga keseimbangan ekosistem ; 4. Memelihara kelestarian hutan alam ; 5. Mengawasi pengawasan Bahan Berbahaya Beracun B3 ; 6. Menghindari pemalsuan dan mengawasi peredaran barang danatau jasa yang tidak direncanakan ; 7. Menjaga kedaulatan negara, atau ; 8. Menjaga dan memelihara sumber daya terbatas. Kriteria bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, antara lain : 1. Perlindungan sumber daya alam ; 2. Perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi UMKMK ; 3. Pengawasan produksi dan distribusi ; 4. Peningkatan kapasitas teknologi ; 5. Partisipasi dalam negeri, dan 6. Kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah. 110 110 Hulman Panjaitan Abdul Mutalib Maharani, Op.cit, hlm. 158-159 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 127 Beleid atau kebijakan ini menunjukkan komitmen pemerintah akan keterbukaan transparansi sehingga tidak ada lagi bidang usaha yang “abu-abu”. Abu-abu yang dimaksud disini adalah tidak jelas, mana bidang usaha yang telah tertutup dan mana yang masih terbuka bagi penanam modal, sehingga menimbulkan dampak yang buruk, yang menimbulkan akibat berupa : 1. Peluang korupsi, sogok menyogok agar birokrat menjadikan yang “abu- abu” bahkan yang “hitam” menjadi putih. 2. Investor enggan datang dan menanamkan modalnya di Indonesia dan lebih baik memilih negara lain yang lebih terbuka transparan. 111 Daya tarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia akan sangat tergantung pada sistem hukum yang diterapkan, yaitu sistem hukum yang mampu menciptakan kepastian predictability, keadilan fairness, dan efisiensi efficiency. Bahkan dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini, ketiga unsur tersebut menjadi kian bertambah penting, antara lain dengan berkembangnya mekanisme pasar. Penciptaan iklim usaha yang kondusif sebagai kebijakan dasar penanaman modal investasi adalah merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Terciptanya iklim usaha yang kondusif sedemikian rupa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berinvestasi asing, khususnya faktor politik. Apabila suhu politik di dalam negeri tidak stabil, sudah barang tentu investor asing tidak akan berminat untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk di wilayah Propinsi Sumatera Utara yang pada tanggal 16 April 2008 melakukan pemilihan langsung Kepala Daerah Gubernur. 111 Ibid, hlm. 19 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 128 Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya instabilitas, karena suhu politik semakin memanas. Namun para calon yang akan dipilih telah melakukan kesepakatan damai melalui Komisi Pemilihan Umum Propinsi Sumatera Utara, sebagai penyelenggara yang dibebani tugas dan tanggung jawab. Menurut Kepala Badan Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera Utara, Sabrina, peranan tim Task Force atau Satuan Tugas dalam melakukan mediasi ke berbagai pelaku usaha untuk eliminasi persoalan yang ada, menjadi faktor kunci untuk mendongkrak arus investasi ke daerah ini. Dari realisasi investasi 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp.10,1 triliun kurs Rp.9.200 per dolar AS itu, modal asing menyumbang 177,114 juta dolar AS, dan dalam negeri sebesar 929,363 juta dolar AS. Seluruh investasi itu terdiri dari 21 proyek modal asing dan 6 proyek PMDN. Tenaga kerja yang direkrut mencapai 5.251 orang dengan lokasi proyek tersebar di 25 kabupaten dan kota Sumut. Dijelaskan Sabrina, dari 21 realisasi modal asing investasi asing itu, 17 diantaranya sudah mendapat izin usaha tetap ready to operation dan empat sisanya merupakan peralihan status usaha dari Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN ke Penanaman Modal Asing PMA. Untuk Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sendiri, lanjut Sabrina, modal investasi asing sebesar 929,363 juta dolar AS itu terdiri dari enam proyek, yang surat persetujuan SP-nya telah dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM Pusat. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 129 Diakuinya, peningkatan investasi Penanaman Modal Asing PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN pada 2007 itu lebih dikarenakan adanya faktor keyakinan pengusaha terhadap sektor yang ditangani. “Faktor lain yang cukup memberi dukungan karena pertumbuhan ekonomi makro Sumut yang cukup fantastis sebesar 9,03 pada kuartal 3 pada 2007. Hal ini semakin memacu keyakinan pengusaha bahwa berinvestasi di Sumut tetap aman”, tukasnya. 112 Menurut Sabrina, secara akumulasi investasi PMA dan PMDN di Sumut dari 2002-2007 juga menunjukkan perbaikan signifikan. Ini terlihat dari capaian investasi senilai 3,987 miliar dolar AS, atau setara Rp.36,68 triliun kurs Rp.9.200 per dolar AS. Rincian akumulasi PMA dari 2002-2007 itu meliputi 187 rencana proyek dengan rencana investasi 2,352 miliar dolar AS, dan terealisasi 71 proyek dengan investasi sebesar 634,240 juta dolar AS. Sedangkan rincian akumulasi PMDN pada periode sama, meliputi 90 rencana proyek dengan rencana investasi sebesar 33,470 miliar dolar AS dan terealisasi 37 proyek dengan investasi 3,353 miliar dolar AS. Melihat fakta rencana terhadap realisasi investasi Penanaman Modal Asing PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dari 2002-2007 di Sumut itu kita merasa optimis pada 2008, investasi bisa lebih membaik mengingat sejumlah investor asing, sudah menyatakan kesediaannya untuk menanam modal di daerah ini. 112 Harian “Waspada”, 2007, Op.cit, hlm. 4. Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 130 Sampai akhir Februari 2008, Sabrina mengaku investor asal Polandia sudah menyatakan minatnya pada investasi CPO, furniture, komunikasi dan transportasi di Sumut. “Minat itu mereka tunjukkan dengan mengundang kita untuk promosi di negara”, tukas Sabrina. 113 Demikian pula dari Cekoslowakia. Menurut Sabrina sejumlah pengusaha di sana juga menyatakan minat pada bidang pengolahan air limbah, PAM dan pembangunan power hydro untuk pembangkit listrik. Mereka meminta kita mengajukan proposal rencananya. Sebagai tindak lanjutnya, kita akan menggandeng Kadin Sumut, Dinas Pertambangan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk finalisasi proposal. 114 Pasal 12 ayat 4 Undang-undang No.25 Tahun 2007 secara umum telah memberikan hak kepada pemerintah untuk menetapkan syarat-syarat penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka bagi investor. Selanjutnya pada ayat 5 ditetapkan kriteria kepentingan nasional yang harus diperhatikan dalam menetapkan persyaratan penanaman modal, yakni perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah. 113 Ibid. 114 Ibid Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 131 Dalam kaitannya dengan GATS, maka harus dipahami bahwa GATS berlaku untuk modal sektor jasa yang dibatasi oleh pendekatan positive list dan specific of commitment. GATS mewajibkan perlakuan sama berdasarkan prinsip MFN dan NT. Pendekatan positive list membatasi keberlakuan GATS untuk bidang-bidang usaha yang tercantum dan commitment negara anggota. 115 Perlakuan sama dalam sistem perdagangan jasa berlaku pada tahap post establishment stage yakni setelah perusahaan penanaman modal. Jika demikian, pada saat entry approval pre-establishment stage, host country masih dibenarkan menetapkan persyaratan-persyaratan penanaman modal yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam penerapan persyaratan penanaman modal, yang harus diperhatikan adalah persyaratan yang ditetapkan tidak masuk dalam kategori performance requirement yang dilarang berdasarkan Agreement on Trade Related Investment Measures, dan persyaratan penanaman modal terhadap penanam modal asing sektor jasa dilakukan berdasarkan specific of commitment Indonesia dengan World Trade Organization WTO. Disamping itu perlu diperhatikan Article IV GATS terkait dengan ketentuan mengenai domestic regulations dalam penetapan syarat. Article VI : 4 GATS menetapkan bahwa untuk menjamin agar tindakan terkait dengan persyaratan dan prosedur, standar lisensi dan persyaratan perizinan bukan digunakan sebagai hambatan perdagangan, Dewan Perdagangan Jasa harus melalui lembaga-lembaga tertentu yang mungkin dibentuk. 115 Jurnal Hukum Bisnis, Op.cit, hlm.27 Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO. USU e-Repository © 2008. 132 Persyaratan penanaman modal untuk mengutamakan penggunaan tenaga kerja domestik tidak bertentangan dengan ketentuan perdagangan internasional. Ketentuan tentang free personal movement dalam GATS tidak berlaku secara umum dalam pengaturan penanaman modal. Negara anggota masih dapat menetapkan persyaratan penggunaan tenaga kerja domestik sesuai dengan komitmen spesifik negara tersebut. 116 Pada dasarnya Undang-undang No.25 Tahun 2007 tersebut secara umum masih harmonis dalam menetapkan syarat-syarat penanaman modal dengan ketentuan-ketentuan perdagangan internasional. Di samping itu, pelaku usaha investor dalam negeri domestik harus lebih mempersiapkan diri untuk bersaing dengan pelaku usaha investor asing, karena pengecualian dan pembatasan tersebut suatu saat akan dihapuskan dan mengarah pada pelaksanaan liberalisasi perdagangan barang dan jasa dan liberalisasi investasi secara full commitment.

E. Undang-undang No.25 Tahun 2007 Cukup Mengakomodir Domestic