Modal Kaitannya Dengan Domestic Regulations WTO, belum pernah dilakukan dala
ten ilmuan,
yakni : juju dip
kri
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
menguraikan hubungan perdagangan man modal pada dasar bertolak dari asumsi bahwa
peraturan p ham
Neg dipe
yang bebas tersebut didukung oleh ketentuan-ketentuan yang menjamin kebebasan arus modal. Peraturan perdagangan internasional saling
mem terb
yan arus
m pendekatan dan perumusan masalah yang sama, walaupun ada topik penelitian tang hukum investasipenanaman modal, namun jelas berbeda.
Jadi penelitian ini adalah “asli”, karena sesuai dengan asas-asas ke r, rasional, objektif dan terbukatransparan. Sehingga penelitian ini dapat
ertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan tikan, serta saran-saran yang sifatnya membangun.
Teori-teori yang mencoba internasional dan penana
erdagangan internasional yang tidak dibebani oleh hambatan- batan perdagangan trade barriers mampu menciptakan kesejahteraan
ara-negara yang melakukan perdagangan internasional. Manfaat yang roleh akan lebih optimal apabila peraturan perdagangan internasional
butuhkan dengan peraturan perdagangan internasional yang lebih uka. Asumsi lain adalah bahwa adakalanya peraturan penanaman modal
g menetapkan syarat-syarat penanaman modal menyebabkan terdistorsinya perdagangan barangjasa internasional. Negara-negara menetapkan
Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO.
USU e-Repository © 2008.
persyaratan penanaman modal dalam peraturan nasionalnya, akan tetapi pada keny
bag n komoditi secara
bebas, peng inte
panj efisi
22
Sanada dengan pandangan tersebut, Renato Reguiro menjelaskan bahwa hukum perdagangan internasional bertujuan membuka pasar
internasional sec perd
peru mem
kon aka
hambatan-hamba n perdagangan. ataannya persyaratan tersebut dapat dipergunakan sebagai trade barriers
i masuknya barang dan jasa dari luar negeri. Rober Gilpin, mengatakan bahwa melalui pertukara
hapusan pembatasan modal, dan pembagian tenaga kerja secara rnasional, setiap orang akan memperoleh keuntungan dalam jangka
ang, karena sumber-sumber yang langka akan dimanfaatkan secara en.
ara luas, tanpa terganggu oleh hambatan-hambatan agangan. Keterbukaan pasar, akan mendorong perubahan pola bisnis
sahaan multinasional dengan melakukan investasi ke luar negeri untuk enuhi supply pasar internasional dan mendekatkan diri dengan
sumen.
23
Dengan cara ini sistem perdagangan internasional yang liberal n membuka pasar internasional secara luas, tanpa terganggu oleh
ta
ahmul Siregar 2, Perdagangan dan Penanama
22
M n Modal : Tinjauan terhadap Kesiapan
Hukum di Indonesia Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral yang Terkait dengan Peraturan Penanaman Modal, Medan : Universitas Sumatera Utara Sekolah Pascasarjana, 2005,
hlm.11.
23
Renato Ruggiero, “ Foreign Direct Investment and The Multilateral Trading System,” Transnational Corporation : Vol. 5 No. 1, April, 1996, hal. 1.
Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO.
USU e-Repository © 2008.
Mekanisme hambatan tarif yang diatur dalam hukum perdagangan internasional mempengaruhi pola perubahan pengembangan usaha perusahaan
mul lang
aka relo
wila imp
24
Sebaliknya, hukum penanaman modal domestik dapat menciptakan hambatan-hambatan terhadap perdagangan internasional dengan menetapkan
syarat-syarat huk
pen ham
tinasional dari sekedar kegiatan perdagangan menjadi kegiatan investasi sung direct investment. Penerapan hambatan tarif pada kegiatan impor
n menekan perusahaan-perusahaan multinasional untuk melakukan kasi investasi langsung ke wilayah host country. Produksi langsung di
yah host country akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan or yang bebannya lebih besar karena dibebani tarif impor yang besar.
penanaman modal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip um perdagangan internasional. Meskipun persyaratan-persyaratan
anaman modal tersebut bukan ditujukan secara khusus untuk menciptakan batan di bidang perdagangan internasional, tetapi adakalanya persyaratan
ebih lanjut UNCTAD, World Investment Report 1996 : Investment Trade and ontoh perkembangan industry otomotif di Argentina. Dibawah tekanan hambatan tarif
, perusahaan otomotif asing mengadakan produksi otomotif langsung di wilayah
24
L International Policy Arrangement, New York and Geneva : UN, 1996, hal. 75-80. Laporan ini
mengambil c impor otomotif
Argentina. Hasilnya, antara Desember 1958 dan Nopember 1961, badan berwenang di Negara tersebut menyetujui r
pengem Ke
per inte
Hu per
den 199
encana investasi sektor otomotif mencapai US 97.000.000,- dengan 22 proyek bangan perusahaan otomotif. Perhatikan juga Laporan Department of Trade and Industry
rajaan Inggris. Pengalaman Negara ini menunjukkan bahwa kegiatan investasi asing FDI oleh usahaan multinasional di Negara tersebut umumnya berlangsung dengan mengikuti pola
rnalisasi yang dimulai dengan kegiatan perdagangan dan akhirnya melakukan produksi langsung. kum perdagangan internasional dan kebijakan Inggris di bidang perdagangan mendorong
usahaan multinasional menjadi tidak sekedar melakukan kegiatan perdagangan tetapi merubahnya gan kegiatan investasi langsung. United Kingdom, Department of Trade and Industry, London :
6, hal.3
Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO.
USU e-Repository © 2008.
tersebut menimbulkan akibat yang dapat mengganggu kelancaran arus perdagangan internasional. Secara umum, pertimbangan yang demikian yang
sela kete
inte asih belum ada perjanjian internasional yang bersifat
multilateral menga
direct investment, FDI secara komprehensif dan komplit. Usaha terakhir dalam membuat peraturan yang komprehensif mengenai FDI ini pun masih
belu neg
yan mes
kese perd
treatment Article III GATT dan larangan pembatasan kuantitatif Article III GATT tidak membenarkan adanya persyaratan penanaman modal yang dapat
menciptakan hambatan perdagangan internasional. lu dipergunakan panel penyelesaian sengketa GATTWTO untuk melihat
rkaitan hubungan hukum penanaman modal dengan hukum perdagangan rnasional.
Sebenarnya m yang disepakati oleh kebanyakan negara-negara di dunia ini yang
tur tentang prinsip-prinsip penanam modal asing langsung foreign
m membuahkan hasil karena besarnya tarik menarik kepentingan antara ara-negara maju yang biasanya sebagai penanam modal dan negara-negara
g sedang berkembang sebagai host countries atau penerima modal. Namun kipun demikian beberapa prinsip perdagangan internasional dalam
pakatan WTO telah membuka hubungan yang tidak terpisahkan antara agangan internasional dan penanaman modal langsung. Prinsip national
Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO.
USU e-Repository © 2008.
WTO sebagai suatu lembaga yang mengadministrasikan dan memantau pelaksanaan kesepakatan Putaran Uruguay jelas akan tidak mampu
mem yan
dipe tran
sekr term
melalui pemberian informasi secara terbuka pada saat konsultasi dan penyelesaian sengketa yang timbul dari persetujuan.
pad nya, karena
peraturan-pe hasi
Prin mem
pasar yang efisien serta mencegah penipuan fraud.
27
antau seluruh peraturan atau kebijaksanaan perdagangan negara anggota g jumlahnya lebih dari seratus negara. Oleh karena itu, instrumen yang
rgunakan adalah mekanisme transparansi dan notifikasi. Dengan prinsip sparansi, negara anggota diwajibkan melakukan pemberitahuan kepada
etariat WTO atas publikasi-publikasi dimana TRIMs dapat ditemukan, asuk yang diterapkan oleh pemerintah daerah. Transparansi juga dituntut
25
Friedman mengatakan bahwa hukum itu bersifat diskriminatif, baik a peraturan-peraturannya sendiri maupun melalui penegakan
raturan hukumnya sendiri tidaklah tidak memihak. Ia merupakan l dari suatu bantuan atau perjuangan kekuasaan dalam masyarakat.
26
sip transparansi atau keterbukaan dalam hal ini berfungsi untuk elihara kepercayaan publik terhadap pasar dan menciptakan mekanisme
ahmul Siregar 1, Op.cit. hlm. 289-290.
25
M
26
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 151.
27
Bismar Nasution 3, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta : Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2001, hlm. 9.
Comme t [ U n
1] :
Asmin Nasution : Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Domestic Regulations WTO.
USU e-Repository © 2008.
Dalam rangka pembaharuan hukum penanaman modal, perlu dipahami pendapat Burg
pem men
pre “pe
abil tran
2. Kerangka Konsepsi