Pengertian Hukum Waris Adat

23 2. Peristiwa hukum waris yaitu meninggalnya pewaris. 3. Hubungan hukum yaitu hak dan kewajiban ahli waris. 4. Objek hukum waris yaitu harta warisan peninggalan almarhum. Dalam hukum waris perdata tidak dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan atau antara suami dan isteri, mereka semua berhak mewaris. Bagian anak laki-laki sama dengan bagian anak perempuan, bagian seorang isterisuami sama dengan bagian anak jika dari perkawinan itu dilahirkan anak. Dalam hal pewarisan yang dapat diwarisi yaitu hanya hak dan kewajiban yang meliputi bidang harta kekayaan. Tetapi ada juga hak-hak yang sebenarnya masuk dalam bidang harta kekayaan yang tidak dapat diwarisi, seperti hak untuk menikmati hasil dan hak untuk mendiami rumah. Hak-hak tersebut tidak dapat diwarisi karena bersifat pribadi. Selanjutnya ada juga hak-hak yang bersumber kepada hukum keluarga yang dapat diwarisi, antara lain hak untuk mengajukan tuntutan agar ia diakui sebagai anak, dan hak untuk menyangkal keabsahan seorang anak. Dengan demikian hanya hak dan kewajiban yang meliputi harta kekayaan saja yang dapat diwarisi, namun terdapat beberapa pengecualian.

b. Pengertian Hukum Waris Adat

Hukum waris adat merupakan salah satu hukum yang memiliki karakteristik tersendiri, selain dari 2 sistem hukum waris lainnya yang dianut oleh negara kita Indonesia, yaitu hukum waris perdata dan hukum waris Islam. Hukum waris adat memiliki aturan tersendiri dalam membagi warisan, apalagi terhadap seseorang yang bukan anak kandung atau disebut dengan anak angkat. Universitas Sumatera Utara 24 Hukum waris adat memuat peraturan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta peralihan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda immateriele goerderen dari pewaris kepada keturunannya atau para ahli warisnya. Cara penerusan dan peralihan harta benda itu dapat berlangsung sejak pewaris masih hidup atau setelah pewaris meninggal dunia. Soerojo Wignjodipoero mengatakan bahwa hukum waris adat adalah : “norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang materiil maupun yang immateriil dari seseorang yang dapat diserahkan kepada keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara, dan proses peralihannya.” 33 Soepomo berpendapat bahwa : “hukum waris adat memuat peraturan- peraturan yang mengatur proses meneruskan dan mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda dari suatu angkatan manusia generatie kepada turunannya.” 34 Sedangkan menurut Ter Haar Bzn, “hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang bertalian dengan proses dari abad ke abad yang menarik perhatian adalah proses penerusan dan peralihan kekayaan baik materiil maupun immateriil dari turunan ke turunan.” 35 Kemudian Bushar Muhammad berpendapat bahwa hukum waris adat meliputi “aturan-aturan yang bertalian dengan proses yang terus-menerus dari abad ke abad, 33 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, CV.Haji Masagung, Jakarta, 1988, hal.161 34 R. Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal.79 35 Ter Haar Bzn, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, diterjemahkan oleh K. Ng. Soebakti Poesponoto, Pradnya Paramita, Jakarta, 1985, hal.202 Universitas Sumatera Utara 25 ialah suatu penerusan dan peralihan kekayaan baik materil maupun immateril dari suatu angkatan ke angkatan berikutnya.” 36 Dengan demikian dari pengertian hukum waris adat yang telah dikemukakan tersebut, maka hukum waris adat mengandung beberapa unsur yaitu : 1. Hukum waris adat merupakan suatu aturan hukum 2. Aturan tersebut mengandung proses penerusan harta warisan 3. Penerusan harta warisan ini berlangsung antara satu generasi kepada generasi berikutnya. 4. Harta warisan yang diteruskan tersebut dapat berupa harta yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Adapun prinsip-prinsip pewarisan menurut hukum adat ialah : 37 1. Pewarisan merupakan proses pengoperan harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia kepada generasi yang ditinggalkannya, yang tidak selamanya dalam keadaan terbagi-bagi. 2. Proses pengoperan itu dilakukan untuk pertama sekali secara menurun anak, cucu, cicit, dst, jika tidak ada secara menurun maka dilakukan keatas orang tua, kakeknenek, jika keatas juga tidak ada maka dilakukan kesamping saudara, anak saudara, dst. Jika kesamping juga tidak ada maka berlaku prinsip ahli waris derajat terdekat mendinding ahli waris terjauh. 3. Harta warisan itu tidak hanya harta yang berupa kebendaan, tetapi juga yang tidak berupa kebendaan, dan tidak hanya yang ditinggalkan oleh si pewaris setelah ia meninggal dunia saja, tetapi meliputi juga seluruh harta yang pernah dimiliki pewaris yang sudah diberikan kepada ahli waris semasa hidupnya. 4. Sistem pewarisan dalam hukum adat mengenal prinsip penggantian tempat plaatsvervulling. 5. Hukum waris adat tidak mengenal adanya bagian mutlak legitime portie. 36 Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981, hal.35 37 Runtung Sitepu, Pengertian dan Prinsip-prinsip Pewarisan Dalam Hukum Waris Adat, bahan kuliah Hukum Waris Adat, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, tanggal 27 September 2011. Universitas Sumatera Utara 26

c. Pengertian Hukum Waris Islam

Dokumen yang terkait

Analisa Yuridis Penetapan Ahli Waris Berdasarkan Hukum Waris BW (Putusan Pengadilan Negeri Jember No. 67/Pdt.G/2011/PN.Jr)

5 33 10

ANALISA YURIDIS PENETAPAN AHLI WARIS BERDASARKAN HUKUM WARIS BW (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jember No. 67/Pdt.G/2011/PN.Jr)

2 49 18

Ayah Sebagai Pengasuh Bagi Anak Yang Belum Mumayyiz (Analisis Putusan Perkara No. 2282/Pdt.G/2009/PA.JS)

0 5 0

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Munasakhah Dalam Perspektif Hukum Waris Islam (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Medan No. 77 Pdt.P 2009 Pa Mdn)

0 2 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Munasakhah Dalam Perspektif Hukum Waris Islam (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Medan No. 77 Pdt.P 2009 Pa Mdn)

0 0 2

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Munasakhah Dalam Perspektif Hukum Waris Islam (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Medan No. 77 Pdt.P 2009 Pa Mdn)

0 1 28

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Munasakhah Dalam Perspektif Hukum Waris Islam (Studi Kasus Penetapan Pengadilan Agama Medan No. 77 Pdt.P 2009 Pa Mdn)

0 3 34

BAB II PROSES UNTUK MENDAPATKAN PENETAPAN AHLI WARIS A. Tinjauan Umum Tentang Pewarisan 1. Pengertian Pewarisan a. Pengertian Hukum Waris Perdata - Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

0 1 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

2 4 20

ANALISA HUKUM PENETAPAN AHLI WARIS (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN NOMOR 1229PDT.G2010PAMDN) TESIS

1 4 16