67
BAB III
LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERWENANG MENGELUARKAN PENETAPAN AHLI WARIS
A. Tinjauan Umum mengenai Ahli Waris
Kata ahli waris yang secara bahasa berarti keluarga tidak otomatis ia dapat mewarisi harta peninggalan saudaranya yang meninggal dunia. Berdasarkan sebab-
sebab menerima warisan ahli waris dalam hukum Islam ada dua golongan yaitu ahli waris nasabiyah ialah karena hubungan darah, dan ahli waris sababiyah yang timbul
karena hubungan perkawinan yang sah. Apabila dilihat dari segi bagian-bagian yang diterima atau besarnya bagian yang diterima ahli waris, dapat dibedakan menjadi :
80
1. Ahli waris ashab al-furud, yaitu ahli waris yang menerima bagian yang telah
ditentukan besar kecilnya, seperti 12, 13, atau 16. Pada umumnya ahli waris ashab al-furud adalah perempuan, sementara ahli
waris laki-laki yang menerima bagian tertentu adalah bapak, atau kakek dan suami. Selain itu menerima bagian sisaashabah.
2. Ahli waris ashabah, yaitu ahli waris yang menerima bagian sisa setelah harta
dibagikan kepada ahli waris ashab al-furud. Sebagai penerima bagian sisa, ahli waris ashabah terkadang menerima bagian banyak seluruh harta warisan,
terkadang sedikit, tetapi terkadang tidak menerima bagian sama sekali karena habis diambil ahli waris ashab al-furud.
Didalam pembagian sisa harta warisan, ahli waris yang terdekatlah yang terlebih dahulu menerimanya. Konsekuensi cara pembagian seperti ini maka ahli waris
ashabah yang peringkat kekerabatannya berada dibawahnya tidak mendapatkan bagian. Dasar pembagian ini adalah perintah Rasulullah SAW ”...berikanlah
bagian-bagian tertentu kepada ahli waris yang berhak, kemudian sisanya untuk ahli waris laki-laki yang utama ...”
Adapun macam-macam ahli waris ashabah ada tiga macam yaitu pertama ashabah binafsih ialah ahli waris yang karena kedudukan dirinya sendiri berhak
menerima bagian ashabah, ahli waris kelompok ini semuanya adalah laki-laki.
80
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal.49
67
Universitas Sumatera Utara
68
Kedua ashabah bilghair ialah ahli waris yang menerima bagian sisa karena bersama-sama dengan ahli waris lain yang telah menerima bagian sisa. Apabila
ahli waris penerima sisa tidak ada maka ia tetap menerima bagian tertentu tidak menerima ashabah. Ketiga ashabah ma’alghair ialah ahli waris yang menerima
bagian ashabah karena bersama ahli waris lain yang bukan penerima bagian ashabah, apabila ahli waris lain tadi tidak ada maka ia menerima bagian tertentu.
3. Ahli waris zawi al-arham, yaitu ahli waris karena hubungan darah, tetapi
menurut ketentuan Al-Qur’an tidak berhak menerima warisan sepanjang ada ahli waris ashab al-furud dan ashabah. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
ketentuan ahli waris diatur dalam QS. An-Nisa’ ayat 11-12, dimana telah diatur secara tegas siapa ahli waris ashab al-furud dan siapa ahli waris ashabah.
Dengan demikian ahli waris yang tidak termasuk di dalam ayat tersebut berarti tidak berhak menerima warisan, dan mereka itu adalah zawi al-arham.
81
Adapun mengenai cara pembagian warisan kepada zawi al-arham terdapat tiga prinsip, yang kemudian menjadi nama golongan yaitu :
82
1. Prinsip al-qarabah yaitu menggunakan prinsip jauh dekatnya hubungan
kekerabatan. 2.
Prinsip al-tanzil yaitu menempatkan ahli waris zawi al-arham pada kedudukan ahli waris yang menyebabkan mereka mempunyai hubungan dengan si mati.
3. Prinsip al-rahim yaitu memandang bahwa semua ahli waris zawi al-arham
adalah keluarga, masing-masing memiliki hak yang sama dalam mendapatkan warisan.
Apabila dilihat dari hubungan kekerabatan atau jauh dekatnya, sehingga yang dekat lebih berhak menerima warisan dari yang jauh dapat dibedakan :
1. Ahli waris hajib, yaitu ahli waris yang dekat yang dapat menghalangi yang jauh,
atau karena garis keturunannya menyebabkannya menghalangi orang lain. 2.
Ahli waris mahjub, yaitu ahli waris yang terhalang oleh ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya. Ahli waris ini dapat menerima warisan jika yang
menghalanginya tidak ada.
81
Ibid
82
Ibid
Universitas Sumatera Utara
69
Apabila dirinci ahli waris yang dapat mewarisi seseorang yang telah meninggal dunia seluruhnya ada 25 orang yang terdiri dari 15 orang dari pihak laki-
laki dan 10 oang dari pihak perempuan. Ke dua puluh lima orang inilah yang akan mendapat harta pusaka peninggalan si pewaris secara berurutan menurut ketentuan
hukum yang telah digariskan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul, yaitu sebagai berikut :
83
1. Ahli waris dari pihak laki-laki
a. Anak laki-laki b. Anak laki-laki dari anak laki-laki cucu laki-laki
c. Bapak d. Kakek, dan terus keatas
e. Saudara laki-laki seibu-sebapak f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara laki-laki seibu h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu-sebapak
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak j. Paman yang seibu-sebapak dengan bapak
k. Paman yang sebapak dengan bapak l. Anak laki-laki dari paman yang sebapak dengan bapak
m. Anak laki-laki dari paman yang seibu-sebapak dengan bapak n. Suami
o. Laki-laki yang memerdekakan budak
2. Ahli waris dari pihak perempuan
a. Anak perempuan b. Anak perempuan dari anak laki-laki dan terus ke bawah
c. Ibu d. Nenek dari pihak ibu, dan terus keatas
e. Nenek dari pihak bapak, dan terus keatas f. Saudara perempuan seibu-sebapak
g. Saudara perempuan sebapak h. Saudara perempuan seibu
i. Istri j. Perempuan yang memerdekakan budak
83
Mukhlis Lubis,Op cit, hal.11-12
Universitas Sumatera Utara
70
Apabila dalam suatu kasus seluruh pihak yang akan mewariskan itu baik laki-laki maupun perempuan berkumpul semua, maka yang menerima warisan hanya
lima saja yaitu: a Ayah
b Anak laki –laki c Suami atau istri
d Ibu e Anak perempuan
Sebagaimana hukum waris lainnya, hukum waris Islam juga mengenal pengelompokan ahli waris kepada beberapa kelompok keutamaan, misalnya anak
lebih utama dari cucu, ayah lebih utama kepada anak dibandingkan dengan saudara, ayah lebih utama kepada si anak dibandingkan dengan kakek. Kelompok keutamaan
ini juga dapat disebabkan kuatnya hubungan kekerabatan, misalnya saudara kandung lebih utama dari saudara seayah atau seibu, sebab saudara kandung mempunyai dua
garis penghubung sedangkan saudara seayah atau seibu hanya dihubungkan oleh satu garis. Adapun kelompok keutamaan ahli waris dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
84
a. Kelompok keutamaan pertama terdiri dari : 1 Anak laki-laki dan perempuan, atau zawil faraid atau sebagai zawil qarabat
beserta mawali mendiang anak laki-laki dan perempuan 2 Orang tua ayah dan anak sebagai zawil faraid
84
Penetapan Ahli
Waris, http:www.renungan.indah.web.id201105penetapan-ahli-
waris.html, diakses tanggal 17 September 2012
Universitas Sumatera Utara
71
3 Janda dan duda sebagai zawil faraid b Kelompok keutamaan kedua terdiri dari :
1 Saudara laki-laki dan perempuan, atau sebagai zawil faraid atau zawil qarabat beserta mawali bagi mendiang-mendiang saudara laki-laki dan perempuan
dalam kalalah.
2 Ayah sebagai zawil qarabat dalam hal kalalah. 3 Ibu sebagai zawil faraid.
4 Janda dan duda sebagai zawil faraid. c Kelompok keutamaan ketiga terdiri dari :
1 Ibu sebagai zawil faraid. 2 Ayah sebagai zawil qarabat.
3 Janda dan duda sebagai zawil faraid. d Kelompok keutamaan keempat terdiri dari :
1 Janda dan duda sebagai zawil faraid. 2 Mawali untuk ibu.
3 Mawali untuk ayah. Dengan adanya kelompok keutamaan di antara para ahli waris ini dengan
sendirinya menimbulkan akibat adanya pihak keluarga yang tertutup atau terhalang oleh ahli waris yang lain.
B. Lembaga-lembaga Yang Berwenang Mengeluarkan Penetapan Ahli Waris 1.