7
hukum kewarisan dari silsilah tuan AS, baik keatas maupun kebawah. Sedangkan tergugat adalah merupakan cucu dan satu-satunya ahli waris dari almarhum nyonya
UK. Dengan demikian tergugat mempunyai hak terhadap harta warisan dari nyonya UK tersebut.
Oleh karena penetapan ahli waris nomor 3Pdt.P2010PA Mdn adalah penetapan tentang keahliwarisan almarhum nyonya UK dalam penetapan mana
tergugat adalah sebagai cucu dan satu-satunya ahli waris maka tergugat berhak atas harta warisan yang ditinggalkan almarhum nyonya UK. Sedangkan penggugat tidak
mempunyai hubungan hukum dengan pewaris dalam penetapan ahli waris tersebut, dan dengan demikian penggugat bukanlah sebagai pihak yang patut persona standi
in judicio dalam mengajukan gugatan pembatalan penetapan nomor 3Pdt.P2010PA Mdn.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai pembatalan penetapan ahli waris. Penelaahan ini nantinya akan dilakukan
melalui suatu penelitian dengan judul “Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan nomor 1229Pdt.G2010PAMdn”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses untuk mendapatkan penetapan ahli waris ? 2. Lembaga-lembaga mana sajakah yang berwenang dalam mengeluarkan atau
membuat penetapansurat keterangan ahli waris ?
Universitas Sumatera Utara
8
3. Apa yang menyebabkan hakim menolak pembatalan penetapan ahli waris ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui proses mendapatkan penetapan ahli waris. 2.
Untuk mengetahui lembaga-lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan penetapansurat keterangan ahli waris.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hakim menolak pembatalan
penetapan ahli waris.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian
ini diharapkan
dapat bermanfaat
dalam memberikan
penambahan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan sebagai bahan kajian pada umumnya, khususnya pengetahuan
dalam hal penetapan ahli waris. 2.
Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat
dalam hal mengetahui secara jelas tentang penetapan ahli waris.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara,
khususnya di lingkungan Pascasarjana Kenotariatan Universitas
Universitas Sumatera Utara
9
Sumatera Utara penelitian mengenai “Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris Studi kasus Putusan Pengadilan Agama Medan no.1229Pdt.G2010PAMdn” belum
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dengan demikian penelitian ini adalah asli, oleh karenanya tesis ini dapat di pertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori bertujuan untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.
10
Fungsi teori adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang di
amati.
11
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan,
pegangan teoritis.
12
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang di amati, dan dikarenakan
penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif maka kerangka teori di arahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya penelitian ini berusaha untuk memahami
penetapan ahli waris. Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah teori keadilan.
10
JJJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, UI Press, Jakarta, 1996, hal. 203
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.35
12
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80
Universitas Sumatera Utara
10
“Dalam bukunya A Theory of Justice John Rawls mengemukakan bahwa teori keadilan merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menghasilkan keadilan.
Ada prosedur-prosedur berfikir untuk menghasilkan keadilan. Teori Rawls didasarkan atas dua prinsip yaitu ia melihat tentang Equal Right dan juga Economic Equality.
Dalam Equal Right dikatakannya harus diatur dalam tataran leksikal, yaitu different principles bekerja jika prinsip pertama bekerja atau dengan kata lain prinsip
perbedaan akan bekerja jika basic right tidak ada yang dicabut tidak ada pelanggaran HAM dan meningkatkan ekspektasi mereka yang kurang beruntung. Dalam prinsip
Rawls
ini ditekankan
harus ada
pemenuhan hak
dasar sehingga
prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan dengan kata lain ketidaksetaraan secara ekonomi
akan valid jika tidak merampas hak dasar manusia”.
13
“Lebih lanjut John Rawls menegaskan bahwa program penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan, yaitu
pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu mengatur kembali
kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberi keuntungan yang bersifat timbal balik reciprocal benefits bagi setiap orang, baik mereka yang berasal
dari kelompok beruntung maupun tidak beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal, yaitu pertama, melakukan koreksi dan perbaikan
terhadap kondisi ketimpangan yang dialami kaum lemah dengan menghadirkan institusi-institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan. Kedua, setiap
aturan harus memposisikan diri sebagai pemandu untuk mengembangkan kebijakan- kebijakan untuk mengoreksi ketidak-adilan yang dialami kaum lemah”.
14
Keadilan tidak
hanya menyangkut
pemulihan kerugian,
tetapi juga
menyangkut pencegahan terhadap pelanggaran hak dan kepentingan pihak lain. Pemerintah dan rakyat sama-sama mempunyai hak sesuai dengan status sosialnya
yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak. Pemerintah wajib menahan diri untuk tidak melanggar hak rakyat dan rakyat sendiri wajib menaati pemerintah
selama pemerintah berlaku adil, maka hanya dengan inilah dapat diharapkan akan tercipta dan terjamin suatu tatanan sosial yang harmonis. Dengan kata lain keadilan
13
Ibnu, Teori Keadilan, http:staff.blog.ui.ac.idarif5120081201teori-keadilan-john-rawls, Teori Keadilan, diakses pada tanggal 31 Mei 2012.
14
Heru, Teori Keadilan, http:kumpulan-teori-skripsi.blogspot.com201109teori-keadilan- adam-smith.html, Teori Keadilan, diakses tanggal 31 mei 2012
Universitas Sumatera Utara
11
berkaitan dengan prinsip ketidakberpihakan impartiality, yaitu prinsip perlakuan yang sama didepan hukum bagi setiap anggota masyarakat.
“Menurut Qutb, keadilan sosial dalam Islam mempunyai karakter khusus, yaitu kesatuan yang harmoni. Islam memandang manusia sebagai kesatuan
harmoni dan sebagai bagian dari harmoni yang lebih luas dari alam raya di bawah arahan Penciptanya. Keadilan dalam Islam menyeimbangkan kapasitas
dan keterbatasan manusia, individu dan kelompok, masalah ekonomi dan spiritual dan variasi-variasi dalam kemampuan individu. Ia berpihak pada
kesamaan kesempatan dan mendorong kompetisi. Apa yang diformulasikan Qutb adalah gagasan tentang keadilan sosial yang bersifat kewahyuan. Yaitu
bahwa umat Islam harus mengambil konstruksi moral keadilan sosial dari Al- Qur’an yang telah diterjemahkan secara konkret dan sukses oleh Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya”.
15
Hukum memang pada hakikatnya adalah sesuatu yang bersifat abstrak, meskipun dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit. Oleh karenanya pertanyaan
tentang apakah hukum itu senantiasa merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak mugkin satu. Dengan kata lain persepsi orang mengenai apa itu hukum adalah
berbeda-beda dan beraneka ragam, tergantung dari sudut pandang setiap orang memandang hukum tersebut.
Dalam banyak hal harta kekayaan adalah hal yang paling penting dalam hukum kewarisan. Secara terminologi, mirats kewarisan berarti warisan harta
kekayaan yang dibagi dari seseorang yang sudah meninggal dunia kepada ahli warisnya. Mirats menurut syari’ah adalah undang-undang sebagai pedoman antara
orang yang meninggal dunia dan ahli waris, dan apa saja yang berkaitan dengan kewarisan. Pewarisan harta meliputi semua harta yang dimiliki berkaitan dengan
15
Nur Rahmat, Keadilan sosial Dalam Islam, http:insistnet.comindex.php?option=com contenttask=viewid=112itemid=26, Keadilan Sosial Dalam Islam, diakses pada tanggal 31 mei
2012
Universitas Sumatera Utara
12
harta kekayaan dan hak-hak lain yang tergantung di dalamnya, seperti utang piutang, hak ganti rugi, dan sebagainya. Aturan tentang kewarisan dalam syariah berdasarkan
prinsip bahwa harta peninggalan yang dimiliki almarhum yang meninggal harus dibagikan
kepada keluarganya
berdasarkan hubungan
darah dan
hubungan perkawinan yang mempunyai hak yang paling kuat. Syari’ah Islam memberikan hak
diantara orang yang mendapatkan warisan itu secara tertib sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam kewarisan yaitu :
16
1. Pewaris benar-benar telah meninggal dunia meninggal secara hakiki, atau dengan keputusan hakim dinyatakan telah meninggal dunia
meninggal secara hukmi, yaitu sebenarnya pewaris yang dinyatakan meninggal itu tidak dapat disaksikan, tetapi karena dengan dugaan kuat
dia telah meninggal dunia, maka supaya ahli waris tidak menanti-nanti dalam kesamaran hukum waris, mereka meminta Pengadilan Agama
untuk menetapkan matinya pewaris secara hukmi.
2. Ahli waris benar-benar masih hidup ketika pewaris meninggal, atau dengan keputusan hakim dinyatakan masih hidup pada saat pewaris
meninggal. Maka, jika dua orang yang saling mempunyai hak waris satu sama lain meninggal bersama-sama atau berturut, tetapi tidak dapat
diketahui siapa yang mati lebih dulu diantara mereka tidak terjadi waris- mewarisi.
3. Hubungan kewarisan yang sah. Maksudnya benar-benar dapat diketahui adanya sebab warisan pada ahli waris, atau dengan kata lain benar-benar
dapat diketahui bahwa ahli waris yang bersangkutan berhak waris.
Adanya berbagai sebab dan syarat warisan belum cukup menjadi alasan adanya hak waris bagi ahli waris. Baik ahli waris dari pihak laki-laki maupun
perempuan dapat terhalang menjadi ahli waris dengan salah satu sebab sebagai berikut :
16
Hasballah Thaib, Ilmu Hukum Waris Islam, Medan, 2009, hal.26
Universitas Sumatera Utara
13
1. Berbeda agama antara pewaris dan ahli waris. Alasan penghalang ini adalah hadist nabi yang mengajarkan bahwa orang muslim tidak berhak mewaris atas
harta orang yang non muslim, begitu juga sebaliknya. 2. Membunuh.
Yang dimaksud dengan membunuh disini adalah membunuh dengan sengaja yang mengandung unsur pidana, bukan karena membela diri atau sebagainya.
3. Menjadi budak orang lain. Hukum waris Islam mempunyai prinsip yang dapat di simpulkan sebagai
berikut :
17
1. Hukum waris Islam menempuh jalan tengah antara memberi kebebasan penuh kepada seseorang untuk memindahkan harta peninggalannya dengan jalan
wasiat kepada orang yang di kehendaki. 2. Warisan adalah ketetapan hukum. Yang mewariskan tidak dapat menghalangi
ahli waris dari haknya atas harta warisan, dan ahli waris berhak atas harta warisan tanpa perlu membuat surat pernyataan menerima dengan sukarela
atau atas keputusan hakim. 3. Warisan terbatas dalam lingkungan keluarga, dengan adanya hubungan
perkawinan atau karena hubungan nasabketurunan yang sah. Keluarga yang lebih dekat hubungannya dengan pewaris lebih diutamakan daripada yang
jauh. 4. Hukum waris Islam lebih cenderung untuk membagikan harta warisan kepada
sebanyak mungkin ahli waris, dengan memberikan bagian tertentu kepada beberapa ahli waris.
5. Hukum waris Islam tidak membedakan hak anak atas harta warisan. Anak yang sudah besar, yang masih kecil, atau yang baru saja lahir, semuanya
berhak atas harta warisan orangtuanya. Namun, perbedaan besar kecilnya bagian di adakan sejalan dengan besar kecilnya beban kewajiban yang harus
di tunaikan dalam keluarga.
6. Hukum waris Islam membedakan besar kecilnya bagian tertentu ahli waris di selaraskan dengan kebutuhannya dalam hidup sehari-hari, di samping
memandang jauh dekat hubungannya dengan si pewaris.
17
Ibid
Universitas Sumatera Utara
14
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep merupakan alat yang di pakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar.
Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal- hal yang dirasakan penting dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental,
yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.
18
Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian
hukum.
19
Dalam suatu penelitian konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa sesuatu dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret, yang disebut dengan defenisi
operasional.
20
Pentingnya defenisi
operasional adalah
untuk menghindarkan
perbedaan pengertian atau penafsiran gandamendua dubius dari suatu istilah yang di pakai. Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus di
defenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini di rumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut :
18
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal.397
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal.7
20
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institute Bankir Indonesia, Jakarta, 1993,
hal.10
Universitas Sumatera Utara
15
1. Waris adalah : harta benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal
untuk di bagikan kepada yang berhak menerimanya.
21
2. Pewaris adalah : orang yang pada saat meninggalnya atau dinyatakan meninggal
berdasarkan keputusan pengadilan agama beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.
22
3. Ahli waris adalah : orang yang pada saat meninggal dunia pewaris mempunyai
hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam, dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.
23
4. Harta peninggalan adalah : harta yang ditinggalkan oleh pewaris, baik yang
berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. 5.
Harta waris adalah : sejumlah harta milik orang yang meningal dunia pewaris setelah diambil sebagian harta tersebut untuk biaya-biaya perawatan jika ia
menderita sakit sebelum meninggalnya, penyelenggaraan jenazah, penunaian wasiat harta jika ia berwasiat, dan pelunasan segala utang-utangnya jika ia
berutang kepada orang lain sejumlah harta.
24
6. Pembatalan penetapan hak waris adalah : suatu perbuatan yang membatalkan hak
waris dari seseorang dikarenakan tidak adanya hubungan hukum dengan si pewaris, yang menyebabkan tidak berhaknya seseorang mewarisi harta warisan
dan tidak termasuk kedalam golongan ahli waris.
21
H. Mukhlis Lubis, Ilmu Pembagian Waris, Pesantren Al-Manar, Medan, 2011, hal.1
22
Ibid
23
Ibid
24
A. Sukris Samardi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 33
Universitas Sumatera Utara
16
G. Metode Penelitian
Penelitian research sesuai dengan tujuannya dapat di defenisikan sebagai usaha
untuk menemukan,
mengembangkan dan
menguji kebenaran
suatu pengetahuan.
25
Usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang disebut dengan metodologi penelitian.
26
Sebagai suatu penelitian yang ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian di awali dengan pengumpulan data hingga
analisis data yang dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penelitian sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian
Rancangan tesis ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Deskriptif maksudnya dari suatu penelitian diperoleh gambaran secara sistematis dan
rinci tentang permasalahan yang akan di teliti. Analisis maksudnya berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan di analisis secara cermat bagaimana menjawab
permasalahan. Jadi deskriptif analitis maksudnya adalah untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menganalisis permasalahan dari setiap temuan data baik primer
maupun sekunder, langsung di olah dan di analisis untuk memperjelas data secara kategoris, penyusunan secara sistematis, dan di kaji secara logis.
27
Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan
25
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press, Malang, 2009, hal. 91
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yokyakarta, 1973, hal.5
27
Joko.P.Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal.2
Universitas Sumatera Utara
17
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner yang disebut juga penelitian kepustakaanstudi dokumen yang ditujukan
pada peraturan hukum tertulis dan peraturan hukum lainnya. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif karena penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan atau penelitian dokumen yang ditujukan atau dilakukan hanya pada peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, atau
dengan kata lain melihat hukum dari aspek normatif. Dalam metode penelitian yuridis normatif tersebut akan menelaah secara
mendalam terhadap asas-asas hukum, peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan pendapat para ahli hukum, serta memandang hukum secara komprehensif.
Artinya hukum bukan saja sebagai seperangkat kaidah yang bersifat normatif atau apa yang menjadi teks undang-undang law in book melainkan juga melihat bagaimana
bekerjanya hukum law in action. Suatu penelitian juga dikatakan sebagai kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara-cara tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, dan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. Dengan kata lain dalam penelitian
hukum dengan subjek peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan dapat
Universitas Sumatera Utara
18
dikategorikan sebagai penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian inventarisasi hukum positif, asas-asas, penemuan hukum in concreto, sistem hukum, dan
sinkronisasi hukum.
28
3. Sumber Data
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu berasal dari peraturan perundang-undangan, seperti : Kompilasi Hukum Islam, Undang-
undang nomor 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama,
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti : buku, hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan
hukum, dan sebagainya. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, majalah, makalah, ensiklopedi, dan sebagainya.
Disamping melakukan
pengumpulan mengenai
bahan hukum,
juga dikumpulkan data primer yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara
interview dengan narasumber yaitu Hakim Pengadilan Agama Medan Bapak Drs.H.M. Hidayat Nassery.
4. Alat Pengumpulan data
28
Ronny Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal.106
Universitas Sumatera Utara
19
Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil penelitian
yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka dalam penelitian ini akan dipergunakan alat pengumpulan data. Alat
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara.
a. Studi dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Langkah- langkah ditempuh untuk melakukan studi dokumen di maksud dimulai dari
studi dokumen terhadap bahan hukum primer, baru kemudian bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
menghimpun data yang berasal dari kepustakaan, berupa buku-buku, jurnal ilmiah,
majalah-majalah, peraturan
perundang-undangan yang
ada hubungannya dengan masalah yang diteliti serta tulisan-tulisan yang terkait
dengan penetapan ahli waris. b. Wawancara dengan narasumber yang berhubungan dengan materi penelitian
ini. Dalam melakukan penelitian ini digunakan metode wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara dept interview secara langsung kepada
Hakim Pengadilan Agama Medan. 5.
Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
20
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat di rumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
29
Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh di lapangan di analisa secara kualitatif yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok
permasalahan dengan mengamati hal-hal yang khusus untuk kemudian ditarik kesimpulan pada hal-hal yang umum. Selanjutnya hasil analisis disusun dengan
kalimat yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar sesuai dengan masalah yang dibahas.
29
Lexy J. Moelong, op cit, hal.101
Universitas Sumatera Utara
21
BAB II PROSES UNTUK MENDAPATKAN PENETAPAN AHLI WARIS