Harga Beras TINJAUAN PUSTAKA

Dengan melihat data-data tersebut, maka upaya peningkatan produksi masih terbuka lebar. Peluang peningkatan produktivitas dari 5 tonha menjadi 6 tonha paling tidak masih dapat dilakukan pada areal tanam seluas sekitar 5,9 juta ha. Untuk produktivitas yang di atas 6 tonha diterapkan SL-PTT padi hibrida, sedang yang di bawah 6 tonha dapat diterapkan SL-PTT padi non hibrida, dengan paket lengkap dan pengawalanpendampingan yang ketat, di lokasi yang sesuai tepat. Pengamanan produksi beras nasional melalui peningkatan produktivitas padi dilakukan dengan: 1 meningkatkan ketersediaan benih, pupuk, dan pestisida yang sesuai, baik dalam jenis, mutu, waktu, lokasi, dan jumlah; 2 meningkatkan tata kelola usahatani, pengendalian OPT, penanganan bencana banjir, dan kekeringan pada lahan pertanian padi; 3 meningkatkan alsintan, baik dalam jumlah maupun mutu untuk mempercepat pengelolaan usahatani padi; 4 meningkatkan kegiatan pasca panen untuk mengurangi kehilangan hasil dan penurunan mutu gabahberas; 5 memberikan dukungan dalam meningkatkan pengelolaan air irigasi untuk pertanian padi dalam kondisi iklim ekstrim; 6 meningkatkan fungsi BUMN dalam penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan distribusi gabahberas; 7 meningkatkan dan mengembangkan fungsi infrastruktur PU dalam menunjang produksi padi Kemenkoinfo, 2011.

2.6. Harga Beras

Menurut Arifin 2005, sebagian besar 76 persen rumah tangga adalah konsumen beras net consumer dan hanya 24 persen sisanya produsen beras net producer. Di daerah perkotaan, net consumer beras adalah 96 persen atau hanya Universitas Sumatera Utara 4 persen saja yang merupakan net producer beras. Di daerah pedesaan, net consumer beras sekitar 60 persen dan hanya 40 persen penduduk desa yang merupakan net producer beras. Implikasinya adalah setiap kenaikan 10 persen harga beras akan menurunkan daya beli masyarakat perkotaan sebesar 8,6 persen dan masyarakat pedesaan sebesar 1,7 persen atau dapat menciptakan dua juta orang miskin baru Ikhsan, 2001. Karena beras juga merupakan makanan pokok dengan karakteristik permintaan yang tidak elastis perubahan harga tidak terlalu berpengaruh terhadap konsumsi beras maka kelompok miskinlah yang menderita cukup parah karena perubahan harga beras. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil- hasil pangan, merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan nasional, disebabkan: i lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin sistem pemasaran yang adil dan bertanggung jawab; ii terbatasnya fasilitas untuk mendukung transparansi informasi pasar; iii terbatasnya kemampuan teknis institusi dan pelaku pemasaran. Penurunan harga komoditas pangan pada saat panen raya cenderung merugikan petani, sebaliknya pada saat tertentu pada musim paceklik dan hari-hari besar, harga pangan meningkat tinggi dan menekan konsumen. Harga beras mempunyai pengaruh yang besar bagi konsumsi komoditas pangan lainnya. Sebaliknya, perubahan harga-harga komoditas non-beras berpengaruh relatif kecil terhadap konsumsi beras. Harga komoditas pangan non- beras naik atau turun tidak memiliki dampak yang besar pada turun-naiknya konsumsi beras Suryana dan Mardianto, 2001. Universitas Sumatera Utara Pengaruh perubahan harga terhadap konsumsi beras terlihat memiliki pola yang sama dengan pengaruh perubahan pendapatan. Semakin besar tingkat pendapatan, semakin berkurang pengaruh perubahan harga maupun terhadap konsumsi beras. Turunnya harga beras akan menguntungkan jika konsumen adalah petani subsisten yang menjadi net buyer. Sebaliknya, turunnya harga beras akan merugikan petani konsumen yang net seller. Teori ekonomi menjelaskan bahwa pendorong terjadinya pergerakan barang dari suatu daerah ke daerah lain adalah adanya perbedaan harga yang merupakan mekanisme dinamis pasar dalam mencapai terjadinya keseimbangan. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga beras sehingga mendorong beras untuk di transportasikan dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain yaitu karena adanya: 1. Perbedaan jumlah ketersediaan beras, sehingga beras dikirim dari daerah surplus ke daerah yang membutuhkandefisit beras daerah konsumen; 2. Perbedaan preferensi dan daya beli masyarakat, sehingga beras yang berkualitas bagus dikirim ke daerah konsumen dengan daya beli dan selera lebih tinggi untuk ditukar tambah dengan beras yang berkualitas lebih rendah dan lebih murah Suryana dan Mardianto, 2001.

2.7. Konsumsi Beras