Harganya bisa mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu masa dan mengalami kemerosotan yang sangat buruk pada masa berikutnya. Sifat
perubahan harga seperti itu disebabkan karena penawaran ke atas barang-barang pertanian adalah tidak elastis, yang artinya persentase perubahan harga jauh lebih
besar daripada perubahan jumlah barang yang diminta ataupun ditawarkan. Faktor yang menyebabkan barang pertanian bersifat tidak elastis antara lain, barang
pertanian bersifat musiman dan kapasitas berproduksi cenderung maksimal dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan Sukirno, 2003.
Keseimbangan pasar terjadi pada harga yang menyebabkan jumlah yang diminta konsumen sama dengan jumlah yang ditawarkan produsen. Jika harga di
atas tingkat ekuilibrium, jumlah yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah yang diminta. Sebaliknya jika harga di bawah tingkat ekuilibrium, jumlah yang
diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Kekurangan jumlah yang ditawarkan menyebabkan adanya tekanan harga untuk naik Eachern, 2001.
2.3. Ketersediaan Beras
Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang-Undang UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan, pasal 1 ayat 17 yang
menyebutkan bahwa “ Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga RT yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. UU ini sejalan dengan defenisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB FAO
dan Organisasi kesehatan Dunia WHO tahun 1992, yakni akses setiap RT atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan
Universitas Sumatera Utara
hidup yang sehat. Sementara pada World Food Summit tahun 1996, ketahanan pangan disebut sebagai akses setiap RT atau individu untuk dapat memperoleh
pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat Pambudy 2002
dalam Tambunan, 2003. Secara nasional konsep ketahanan pangan ini mencakup penyediaan
pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup serta dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Ketersediaan dan kecukupan pangan juga mencakup kuantitas
dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat terpenuhi standar kebutuhan kalori dan energi untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari.
Sedangkan aksesabilitas setiap individu terhadap bahan pangan dapat dijaga dan ditingkatkan melalui pemberdayaan sistem pasar serta mekanisme pemasaran
yang efektif dan efisien, intervensi kebijakan harga yang memadai serta menguntungkan dan memuaskan berbagai pihak yang terlibat Arifin, 2001.
Darwanto 2005, menggambarkan bahwa ketahanan pangan sangat tergantung dari ketersediaan beras yang bisa disediakan secara nasional. Beras
dapat digolongkan menjadi komoditas subsisten karena produk yang dihasilkan Q digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga produsen atau
petani C dan selebihnya untuk dijual ke pasar M. Secara matematik alokasi tersebut dapat diformulasikan sebagai:
Q = C + M ……………………………………………………………………..2.2
Untuk alokasi tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 2.2. dengan sumbu datar OF menggambarkan jumlah produk komoditas subsisten beras dan sumbu
Universitas Sumatera Utara
tegak OC
nr
menggambarkan konsumsi barang atau produk lain yang tidak diproduksi oleh rumahtangga petani. Panjang sumbu datar OF menggambarkan
total produk Q dengan alokasi untuk konsumsi rumahtangga C dan untuk dijual ke pasar M.
Dengan anggapan bahwa produksi beras mempunyai kontribusi yang relatif besar terhadap pendapatan rumah tangga maka untuk produk sebesar Q
tersebut akan dialokasikan untuk konsumsi rumah tangga sebesar C dan
selebihnya sejumlah M untuk dijual ke pasar untuk memaksimalkan utility atau
kesejahteraan anggota rumahtangga U . Teori klasik menyatakan bahwa jumlah
hasil yang dijual ke pasar oleh rumah tangga petani akan tergantung pada tingkat harga produk, yaitu semakin tinggi harga produk maka akan semakin besar jumlah
produk yang dijual. Namun, untuk produk komoditas subsisten ini pertimbangan harga produk tersebut bukan satu-satunya pertimbangan petani untuk memutuskan
besaran jumlah barang yang dijual kepasar tetapi masih akan mempertimbangkan pula harga barang kebutuhan lain yang tidak diproduksi oleh rumah tangga petani
tersebut, dengan kata lain dapat disebutkan bahwa besaran jumlah hasil yang dijual ke pasar tersebut akan tergantung pada besarnya kebutuhan uang tunai
untuk membeli produk barang atau jasa yang tidak dihasilkan oleh rumahtangga petani tersebut. Untuk gambaran tersebut maka dapat dikemukakan pertimbangan
harga tersebut dicerminkan oleh perbandingan harga yaitu P
i
= P
r
P
nr
dengan r = beras dan nr = barang lain atau sebagai koefisien arah dari garis anggaran budget
line pada Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Cn Konsumsi barang lain
A
2
A
1
A
X
C M
Q
Gambar 2.2: Model Alokasi Output dari Petani Subsisten untuk Konsumsi Rumah Tangga dan Dijual
Sumber: Toquero et.al dalam Darwanto 2005
Semakin tinggi harga beras relatif terhadap harga barang lain maka semakin sedikit jumlah produk yang dijual ke pasar karena mampu untuk
membeli barang lain dengan hanya menjual beras sejumlah itu. Sebaliknya semakin rendah harga beras relatif terhadap barang lain maka petani akan menjual
semakin banyak beras agar mampu membeli barang lain yang dibutuhkan rumah tangganya. Dengan demikian jika harga beras relatif lebih rendah dari harga
barang lain maka kemampuan rumah tangga petani untuk membeli barang lain menurun yang berarti pula menurun tingkat kesejahteraannya. Namun, ditinjau
Konsumsi RT Dijual ke Pasar
U
1
U U
2
E
2
E
1
E
F Jumlah Produksi Beras
Universitas Sumatera Utara
dari ketersediaan beras di pasar akan meningkat karena petani menjual lebih banyak berasnya ke pasar.
Dalam upaya peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, belum seluruh potensi sumberdaya alam yang terdapat di wilayah Indonesia dikelola
secara optimal. Terkait dengan penyediaan pangan dan perwujudan ketahanan pangan, maka pengelolaan lahan dan air merupakan sumberdaya alam utama yang
perlu dioptimalkan untuk menghasilkan pangan. Sekitar 9,7 juta hektar lahan terlantar dan lahan di bawah tegakan hutan, sangat potensial sebagai sumber
produksi pangan nasional dimana potensi lahan pertanian tersebut, tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Dukungan infrastruktur sumberdaya air dalam
penguatan strategi ketahanan pangan nasional, dapat ditempuh dengan langkah- langkah: pengembangan jaringan irigasi, pengelolaan jaringan irigasi, optimasi
potensi lahan rawa dan air tanah, peningkatan water efficiency, dan pembuatan hujan buatan.
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan keragaman hayati meliputi 400 spesies tanaman penghasil buah, 370 spesies tanaman
penghasil sayuran, 70 spesies tanaman berumbi, dan 55 spesies tanaman rempah- rempah. Potensi sumberdaya alam yang mengandung berbagai jenis sumberdaya
hayati tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan untuk menjamin ketersediaan pangan masyarakat secara merata dan sepanjang waktu di
semua wilayah. Selain itu pengembangan ilmu dan teknologi inovatif dalam pertanian, perkembangan teknologi industri, pengolahan , penyimpanan dan pasca
panen pangan, transportasi, dan komunikasi, menjadi penunjang untuk
Universitas Sumatera Utara
pemantapan ketersediaan pangan, cadangan pangan dan penanganan rawan pangan Badan Ketahanan Pangan RI, 2010.
Presiden RI telah menetapkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional. Landasan hukum ini dikeluarkan
sebagai uapaya konkret untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi pedesaan, memberikan dukungan peningkatan
produktivitas padi, kualitas padi dan produksi padi nasional, termasuk pemanfaatan sumber daya lahan dan air, serta upaya diversifikasi pangan dalam
rangka kemandirian pangan dalam menghadapi iklim ekstrim. Sasaran utama yang akan dicapai adalah pengamanan terhadap pencapaian sasaran produksi padiberas
nasional untuk mencapai surplus beras nasional 10 juta ton per tahun mulai tahun 2014. Strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah: i
peningkatan produksi padiberas sebesar 5 melalui; peningkatan produktivitas 4,9 per tahun dan peningkatan luas panen 0,3 per tahun; ii distribusi dan
stabilisasi harga produksi, melalui penjaminan distribusi baik sarana produksi maupun pengadaan terfokus yaitu penetapan lokasi khusus untuk areal tanam
yang masih dapat meningkatkan produktivitas; iii percepatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat, dengan sasaran berkurangnya konsumsi beras rata-
rata 0,654 per tahun Kemenkoinfo RI, 2011
2.4. Luas Panen