Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kabupaten Mandailing Natal

101.511,83 ton dengan ketersediaan beras minimal 89.883,04 ton dan maksimal 116.494,49 ton, sedangkan standar deviasinya sebesar 9.907,72 ton.

4.3. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kabupaten Mandailing Natal

Sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang dominan bagi masyarakat Mandailing Natal. Namun kondisi pertanian di daerah ini mengalami fluktuasi sejak tahun 1999. Hal ini disebabkab karena: i berkurangnya areal lahan pertanian akibat konversi lahan ke tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, coklat dan lain-lain, ii rendahnya produktivitas, iii. terjadinya bencana alam karena kekeringan atau banjir. Sebagai salah satu Kabupaten yang merupakan sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara, maka kondisi ini perlu menjadi perhatian, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. dan Gambar 4.2. Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 1999 - 2012 50000 100000 150000 200000 250000 300000 1 9 9 9 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 1 2 1 1 2 1 2 Lu as P an e n H a P r o d u k si To n Tahun Produksi Ton Luas Panen Ha Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 4.1. berdasarkan data yang diperoleh selama kurun waktu 1999 – 2012 14 tahun meliputi data luas panen dimana perkembangannya mengalami fluktuasi. Dimana luas panen yang terbesar terdapat pada tahun 2002 seluas 44.628 Ha dibandingkan dengan tahun yang lain. Kondisi ini disebabkan adanya alih fungsi lahan sawah produktif menjadi lahan perkebunan seperti tanaman karet, coklat, dan kelapa sawit. Padahal lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Lahan pertanian sawah mempunyai arti yang terpenting dalam menentukan ketersediaan beras dan ketahanan pangan nasional. Luas areal panen padi mengalami penurunan dipengaruhi juga oleh perubahan iklim sehingga menyebabkan kekeringan atau bencana banjir. Dilihat dari Gambar 4.1. trend perkembangan produksi padi di Kabupaten Mandailing Natal selama kurun waktu 1999 – 2012 14 tahun juga mengalami kondisi yang tidak stabil, dimana produksi yang paling tinggi adalah pada tahun 2003 sebanyak 212.873 ton dan produksi paling rendah pada tahun 2010 sebanyak 164.245 ton. Produksi padi yang diperoleh berhubungan luas areal yang diusahakan, ketersediaan air, maupun faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tidak dapat berproduksi dengan optimal. Produktivitas padi merupakan produksi padi yang diperoleh untuk setiap hektar luas lahan sawah. Perkembangan produktivitas padi di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Padi di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 1999 - 2012 Dilihat dari trend perkembangan produktivitas padi di Kabupaten Mandailing Natal selama kurun waktu 1999 – 2012 14 tahun selalu berfluktuasi. Pada tahun 2001 produktivitas tertinggi yaitu 54,18 KwHa dan produktivitas terendah pada tahun 2006 yaitu 43,08 KwHa. Seperti halnya produksi, maka produktivitas juga dipengaruhi oleh banyak hal misalnya perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Tingkat produktivitas juga dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis, maka produktivitas per satuan luas lahan dapat menjadi berkurang sehingga produksi mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang yang menyatakan bahwa jika sesuatu mempunyai input tertentu ditambah penggunaannya, sementara input yang Universitas Sumatera Utara lainnya tetap, maka tambahan output yang diperoleh dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tersebut pada mulanya selalu meningkat, tetapi penambahan input selanjutnya justru akan menyebabkan tambahan output yang semakin menurun.

4.4. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Mandailing Natal