Konsumsi Beras TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh perubahan harga terhadap konsumsi beras terlihat memiliki pola yang sama dengan pengaruh perubahan pendapatan. Semakin besar tingkat pendapatan, semakin berkurang pengaruh perubahan harga maupun terhadap konsumsi beras. Turunnya harga beras akan menguntungkan jika konsumen adalah petani subsisten yang menjadi net buyer. Sebaliknya, turunnya harga beras akan merugikan petani konsumen yang net seller. Teori ekonomi menjelaskan bahwa pendorong terjadinya pergerakan barang dari suatu daerah ke daerah lain adalah adanya perbedaan harga yang merupakan mekanisme dinamis pasar dalam mencapai terjadinya keseimbangan. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga beras sehingga mendorong beras untuk di transportasikan dipindahkan dari satu daerah ke daerah lain yaitu karena adanya: 1. Perbedaan jumlah ketersediaan beras, sehingga beras dikirim dari daerah surplus ke daerah yang membutuhkandefisit beras daerah konsumen; 2. Perbedaan preferensi dan daya beli masyarakat, sehingga beras yang berkualitas bagus dikirim ke daerah konsumen dengan daya beli dan selera lebih tinggi untuk ditukar tambah dengan beras yang berkualitas lebih rendah dan lebih murah Suryana dan Mardianto, 2001.

2.7. Konsumsi Beras

Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau menggunakan barang untuk keperluan tertentu. Kegiatan konsumsi dalam jumlah besar akan menimbulkan permintaan. Khusus produk beras, komponen yang mengubah volume permintaan adalah kenaikan dalam permintaan untuk tujuan pangan atau untuk tujuan non Universitas Sumatera Utara pangan. Dengan melihat hal ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ini adalah tingkat pendapatan dalam level agregat, jumlah penduduk, harga keseimbangan beras dan harga komoditi substitusi seperti jagung. Pada kenyataannya persepsi masyarakat Indonesia terhadap pangan menjadi salah satu faktor penentu perubahan atau peningkatan permintaan beras Suryana dan Mardianto, 2001. Angka konsumsi beras per kapita per tahun rata-rata penduduk Indonesia yang digunakan pada perhitungan saat ini adalah 139,15 kgkapitatahun. Sedangkan jumlah beras yang dikonsumsi langsung di dalam rumah tangga berdasarkan data Susenas 2010 sebesar 100,76 kgkapitatahun. Tingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia menyebabkan rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional dan cerminan konsumsi pangan penduduk yang belum beragam dan bergizi seimbang dengan indikator skor PPH yang masih di bawah standar ideal. Kontribusi beras dalam sumbangan konsumsi kelompok padi-padian mencapai 80,7 terhadap total energi padi-padian 1.218 kkalkaphr pada tahun 2010. Posisi beras dalam konsumsi rumah tangga memang masih menonjol. Beras menempati pangsa rata-rata sebesar 27,6 persen dari pengeluaran rumah tangga total. Angka tersebut tentunya akan semakin membesar jika dilihat pangsa pengeluaran beras pada total rumah tangga untuk bahan makanan. Engel’ Law menyatakan bahwa proporsi anggaran rumah tangga yang dialokasikan membeli pangan akan semakin kecil pada saat tingkat pendapatan meningkat Suryana dan Mardianto, 2001. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian pada konsumsi dapat memberikan implikasi bagi kebijakan perberasan: a Penurunan harga beras terutama menguntungkan konsumen berpendapatan rendah di perkotaan maupun di pedesaan; b harga beras memiliki pengaruh yang besar bagi diversifikasi konsumsi pangan, di mana efek pendapatan yang besar memberikan dampak buruk bagi konsumsi pangan lainnya jika harga beras naik; c peningkatan pendapatan konsumen akan disertai dengan peningkatan harga dari beras yang dibelinya, yang mengindikasikan pentingnya perbaikan kualitas atupun atribut komoditas beras yang dijual Suryana dan Mardianto, 2001.

2.8. Kerangka Pemikiran