puncak. Tetapi saat ini sudah banyak yang menyediakan hiburan lain seperti kuda lumping atau pertunjukan wayang yang dilaksanakan sebelum atau sesudah hari
puncak pesta digelar.
4.2.3 Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif yang sering melanda masyarakat di perkotaan, kini sudah merambah masyarakat pedesaan. Terutama masyarakat pedesaan dengan
penghasilan yang cukup. Seperti desa Batang Pane-I yang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dalam hal pendapatan warganya. Ketika jumlah produksi
kelapa sawit mereka banyak dan didukung pula dengan harga persatu kilogram sawit tinggi, banyak masyarakat yang membeli barang-barang baru. Penuturan
informan, ketika situasi seperti itu terjadi, maka akan terlihat banyak sekali warga yang memiliki sepeda motor baru, padahal mereka masih mempunyai sepeda
motor yang sangat layak pakai. Dikalangan ibu-ibu perwiritan atau kelompok arisan lebih jelas terlihat
lagi. Ketika selesai wirid atau arisan, biasanya ada warga yang juga sekaligus pedangang kebutuhan sekunder, dagangannya akan laris manis diserbu pelangan.
Bahkan banyak juga warga yang memesan barang kepada pedangang tersebut. Barang-barang tersebut seperti tas, pakaian dan sandal ataupun sepatu. Sementara
pengeluaran warga untuk membeli perlengkapan dapur seperti panci, pisau,piring gelas dan lain-lain juga mengalami peningkatan ketika situasi seperti ini. Alasan
warga terutama ibu-ibu, mereka membeli barang baru padahal masih memiliki barang yang sangat layak pakai karena mereka tertarik dengan barang baru
tersebut, disamping meningkatnya penghasilan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Satu hal menarik yang masih tetap ada dari dulu sampai sekarang adalah ketika akan menjelang lebaran, pengeluaran warga akan meningkat sangat
signifikan dari bulan-bulan biasanya. Hal ini menyangkut budaya dan kebiasaan bangsa Indonesia yang harus “serba baru” ketika merayakan hari raya idul fitri.
4.2.4 Pendidikan
a. Pendidikan Formal Kesadaran dan kepedulian warga desa Batang Pane-I tentang pentingnya
pendidikan saat ini sudah tinggi. Terbukti dengan banyaknya anak-anak mereka yang disekolahkan keluar daerah jika sudah menginjak bangku SMA dan sudah
bertambahnya jumlah mahasiswa serta sarjana yang berasal dari desa Batang Pane-I ini.
Bahkan untuk warga yang masuk kategori kaya, begitu tamat bangku Sekolah Dasar, mereka langsung menyekolahkan anak mereka ke kota-kota besar
yang ada di provinsi Sumatera Utara, bahkan di Pulau Jawa. Alasan mereka menyekolahkan anak-anak mereka keluar daerah karena pergaulan di desa Batang
Pane-I ini tidak seperti dulu lagi. “… Alasane yo karena nek disekolah ke
neng SMP trans, wedi bocah iku podo nakal. Ngerti dewe lah bocah-bocah saiki.
Isek SMP wes wani ngerokok,ngelem, ngombe-ngombe, numpak kereto tekan
pasar ireng. Alasan lainne karena mutu pendidikan neng kene kan rendah.Seko
gurue pirolah yang sarjana. Nggk akan berkembang pikiran, bocah-bocah iku nek
sekolah neng kene.Pujiwati, 34 tahun
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan “… Alasannya karena jika disekolahkan
disini, takut anak-anak itu jadi nakal. Tau sendirilah bagaimana pergaulan anak-
anak sekarang. Masih SMP sudah berani merokok, ngelem, mabuk, jalan-jalan naek
kereta sampai pasar hitam. Alasan lainnya karena mutu pendidikan disini rendah.
Dari gurunya saja berapalah yang tamat sarjana. Nggk akan berkembang pikiran
anak-anak itu kalau disekolahkan disini. Pujiwati, 34 tahun
Perlu diketahui untuk saat ini, sekolah yang tersedia di desa Batang Pane-I hany ada empat sekolah. Satu Paud Tunas harapan, dua sekolah dasar dan satu
sekolah menengah pertama. Dan rencananya akan dibangun sekolah menengah kejuruan di desa Batang Pane-I ini.
b. Pendidikan Non-Formal Pendidikan non Formal ,sebenarnya banyak warga yang menganggap
penting. Karena pendidikan non Formal yang dimaksud warga adalah belajar mengaji dan belajar agama Islam. Tetapi penuturan informan, murid untuk belajar
mengaji dan belajar agama semakin berkurang. Bahkan untuk pesantren yang pernah berdiri di desa Batang Pane-I ini tidak lagi beraktifitas. Dikarenakan tidak
ada murid atau santrinya lagi. Pendidikan non Formal yang masih banyak peminatnya adalah belajar
kitab Al-barjanji. Saat ini, banyak warga yang belajar kitab Al-Barzanji. Terutama ibu-ibu perwiritan yang melaksanakan belajar kita Al-Barzanji satu kali dalam
sebulan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk belajar tilawatil Quran dapat dikatakan hampir hilang peminatnya. Hanya ada beberapa orang saja yang masih mau belajar Tilawatil Quran.
Penuturan infroman, warga yang bisa ber-Tilawatil Quran hanya tinggal beberapa orang di desa Batang Pane-I ini. Selain itu, pemerintah desa tidak pernah
mengadakan perlombaan Tilawatil Quran sebagai pemicu anak-anak supaya berminat belajar Tilawatil Quran.
4.2.5 Kesehatan