Lembaga Sosial Arena Sosial

untuk anggota keluarga yang rewang sudah ditanggung oleh warga yang memiliki hajatan. Warga yang diundang untuk rewang datang dengan membawa sebuah bingkisan, berisi beras,gula,teh dan lain-lain. Tetapi banyak juga warga yang diundang datang dengan membawa uang saja. Selain menyumbangkan bahan- bahan makanan, ada juga warga yang menyumbangkan mobil bak terbuka untuk kemudahan proses mengangkat air ataupun mengangkat peralatan pesta seperti pelaminan, bangku undangan dan lain sebagainya. Ada juga warga yang menyumbangkan mesin dompeng 14 Dalam proses rewangan terdapat pembagian tugas yang biasanya disusun oleh tokoh masyarakat setempat. Seperti tugas mengambil air dan tugas lain yang sudah dijelaskan diatas. Tugas yang paling berat dalam rewangan adalah memasak jenang. Membuat jenang untuk menyuplai kebutuhan listrik selama pesta. 15

3.1.3 Lembaga Sosial

dibutuhkan waktu berhari-hari. Mulai dari memeras santan, mengerus gula merah. Bagian terumitnya adalah ketika proses pemasakan. Pada tahap ini adonan jenang yang sedang dimasak harus diaduk terus menerus dengan pengapian yang kecil. Sehingga untuk tugas membuat jenang ini biasanya diambil oleh anak-anak muda dan didampingi oleh ahlinya. Ketika desa Batang Pane-I baru dibuka, tidak ada lembaga yang berdiri di desa Batang Pane-I ini. Pemerintahan desa dipegang oleh militer yang pada saat itu mengawal serta membantu proses berdirinya desa. Selang beberapa tahun 14 Dompeng adalah sejenis mesin diesel untuk menghasilkan energy listrik. 15 Jenang adalah dodol Jawa. Universitas Sumatera Utara berdiri, pemerintahan desa tidak dipegang lagi oleh militer, tetapi oleh pegawai negeri sipil yang ditugaskan oleh pemerintah dibawah menteri penerangan Bapak Harmoko kala itu. Sekitar tahun 1986an lah baru pemerintahan desa diserahkan kepada warga desa. Pada kala itu belum terdapat pemimpin desa Kepala Desa, hanya ada KUPT Koordinator unit pelaksana teknis yang langsung ditunjuk oleh pemerintah untuk mengatur dan mengawasi serta memberi arahan kepada warga desa. Selang beberapa tahun, sekitar tahun 1990an kemudian, barulah terdapat Kepala Desa dari warga desa yang memimpin desa tersebut. Kemudian dikuti oleh berdiri beberapa organisasi yang dipelopori oleh anak-anak muda desa Batang Pane-I, seperti karang taruna yang ada disetiap lorong. Kemudian juga muncul beberapa lembaga yang menaungi urusan agama seperti badan kemakmuran mesjid. Untuk sistem pemilihan ketua dari lembaga-lembaga tersebut belum mengunakan sistem voting, tetapi masih berdasarkan musyawarah yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat untuk kepala desa dan ketua badan kemakmuran mesjid. Sementara untuk ketua karang taruna, diketuai sendiri oleh pelopor berdirinya karang taruna tersebut.

3.1.4 Arena Sosial

a. Mesjid Pada saat itu selain tempat beribadah, mesjid juga merupakan tempat warga melakukan kegiatan peringatan hari-hari penting dalam islam seperti peringatan isra’ mi’raj dan maulid nabi. Selain itu, mesjid juga menjadi tempat Universitas Sumatera Utara untuk anak-anak belajar mengaji dan membaca Al-Quran. Jika sore hari, mesjid menjadi tempat anak-anak TPA Taman Pendidikan Agama belajar mengaji, mulai dari jilid satu sampai jilid enam. Selain sebagai tempat beribadah dan peringatan hari-hari besar islam, areal mesjid halaman menjadi tempat bermain untuk anak-anak desa Batang Pane-I yang belajar mengaji disana. Ketika istirahat sekolah madrayah, diwaktu tersebutlah banyak anak-anak yang bermain-main. Permainannya pun macam- macam. Seperti patok lele 16 ,kelereng,engklek 17 b. Pasar , dan lain sebagainya. Dahulu, pasar digelar disebuah persimpangan jalan utama desa Batang Pane-I. Tidak ada lapak atau tempat dagangan. Barang jualan hanya dijajakan ditanah yang dilapisi dengan terpal ataupun tikar. Sangat sederhana dan jauh dari kesan modern. Ketika musim hujan datang, para penjual membuat tenda-tenda kecil yang disambungkan dengan patok kayu. Jalanan yang disulap menjadi pasar pada hari minggu inipun terlihat sangat becek dan jorong. Pasar diadakan setiap hari minggu dan penjual yang datang berasal dari luar desa. mereka rata-rata datang dari kota-kota terdekat. Seperti Kota Pinang, Langga Payung dan Gunung Tua. Jumlah penjual yang datang pun sangat sedikit. Kebanyakan dari mereka hanya menjual kebutuhan sehari hari saja. Seperti cabai, bawang merah, dan sembako lainnya. Sementara untuk penjual pakaian tidak ada. Pada masa itu, jika masyarakat desa Batang Pane-I ingin berbelanja atau membeli 16 Patok lele adalah permainan tradisional yang mengunakan dua buah kayu sebagai alat bermain. Kayu pertama berukuran sekitar 30cm dan kayu kedua berukuran 10-15cm. 17 Engklek adalah permainan tradisional yang sering dimainkan oleh perempuan. Universitas Sumatera Utara pakaian, mereka harus pergi ke sebuah pasar yang juga diadakan pada hari Minggu. Pasar tersebut bernama Pasar Minggu yang terdapat di desa Ulok Tano. Dibandingkan dengan pasar yang ada di desa Batang Pane-I, pasar yang terletak di desa Ulok Tano ini lebih lengkap dalam hal barang-barang yang dijual. Mulai dari sembako, pakaian, sampai kebutuhan pertanian tersedia disini. Tidak heran memang jika pada hari minggu, banyak warga desa Batang Pane- I pada masa itu yang mengunjungi pasar minggu di desa Ulok Tano yang berjarak sekitar ±15 Km dari desa Batang Pane-I. c. Pos Ronda Pos ronda menjadi tempat favorit untuk duduk-duduk dan bercerita pada masa itu. Setiap satu RT mempunyai satu buah pos ronda yang biasanya terletak disebuah persimpangan jalan. Di pos ronda ini setiap sore hari banyak didatangi oleh orang-orang terutama anak-anak muda untuk sekedar bermain kartu gaple 18 “….Cah enom jaman mbiyen nek ngumpul yo podo neng pos ronda. Sore-sore podo maen kartu.Suyatno,50 tahun . Terjemahan “… Anak muda zaman dulu suka ngumpul- ngumpul di pos ronda. Sambil bermain kartu disore hari. .Suyatno,50 tahun Ketika malam hari, pos ronda menjadi tempat markas petugas jaga malam siskamling. Setiap malam, terjadwal setidaknya ada 2-3 orang yang bertugas mengamankan wilayah lingkungan RT mereka dari maling. Mengingat pada zaman itu banyak sekali maling yang berkeliaran. Baik dari dalam desa maupun dari luar desa. 18 Gaple adalah kartu domino atau dam. Universitas Sumatera Utara d. Warung kelontong Pada tahun 1990an, warga yang mempunyai televisi di desa Batang Pane-I ini masih sangat sedikit. Sehingga bila warga akan menonton tv bisa mendatangi warga yang mempunyai tv ataupun warung-warung yang biasanya menyediakan TV diteras rumah mereka. Dahulu sebelum semua warga memiliki televisi, selepas sholat isya’ warga berbondong-bondong berjalan mengunakan penerangan dari obar atau senter untuk menuju sebuah warung yang sudah mempunyai televisi. Banyak sekali warga yang datang dimalam hari untuk menonton televisi disebuah warung. Apalagi dihari-hari tertentu dimana sebuah acara favorit ditayangkan. Acara-acara tersebut seperti ludrok Jawa dan film-film kerajaan jaman dahulu. Seperti penuturan informan yang pada masa itu memiliki warung kelontong dibawah ini : “….Waktu jaman listrik hurong masuk deso, kabeh uwong nek atek nonton TV yo neng warung. Bar isya wes rame emperan warungku mbiyen. Sumber listrike seko mesin domfeng”.Hj. Sakijem, 57 tahun Terjemahan “… Ketika listrik belum masuk desa, orang-orang menonton TV di warung. Selepas sholat Isya teras warungku sudah ramai. Sumber listriknya dari mesin diesel dompeng. Hj. Sakijem, 57 tahun Selain sebagai tempat untuk menonton televisi, warung kelontong pada masa itu merupakan sumber atau satu-satunya tempat untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Penuturan informan, pembeli ramai datang ke warung ketika sore hari. Sistem pembeliannya juga dapat langsung bayar tunai ataupun sistem hutang. Jika sistem hutang, cara pembayarannya adalah dengan memotong uang hasil panen Universitas Sumatera Utara sawit mereka yang berhutang. Mengingat para pemilik warung juga merupakan toke 19 e. Rumah yang mempunyai TV sawit di desa Batang Pane-I ini. Untuk dapat menikmati sebuah acara televisi, di desa Batang Pane-I harus membeli banyak perangkat elektronik, tidak seperti di kota yang hanya dengan televisi serta antena saja sudah mendapatkan saluran siaran televisi. Alat-alat tersebut adalah televisi, digital receiver 20 Disini juga menjadi tempat warga saling bercerita ketika acara yang menjadi kesukaan mereka masih commercial break ,dan parabola yang saat itu terbilang mahal untuk ukuran warga desa Batang Pane-I tersebut. Sehingga jika ingin menonton televisi, selain dapat menonton di warung kelontong, warga juga bisa menumpang menonton disalah satu rumah warga yang mempunyai televisi.Hari- hari tertentu, rumah yang memiliki televisi akan dipadati oleh warga. Sementara jika hari Minggu akan dipadati oleh anak-anak yang menonton acara kartun. Tidak tampak sedikitpun rasa keberatan yang datang dari warga yang rumahnya dipenuhi orang-orang untuk menonton TV. 21 . Dan suasana akan menjadi hening, dan yang terdengar hanya suara televisi saja. Ketika ada suatu adegan yang lucu dalam acara televisi tersebut, maka gelak tawa dari penonton bermunculan. 19 Toke adalah pengepul hasil pertanian warga untuk dijual ke pabrik. 20 Digital receiver merupakan alat yang digunakan untuk menangkap saluran televise di Indonesia. Khususnya wilayah yang jauh dari perkotaan. 21 commercial break adalah iklan disela-sela pertunjukan sebuah Film di TV. Universitas Sumatera Utara 3.2 Keadaan Budaya 3.2.1 Acara Keagamaan