Solidaritas Sosial dan Kerja Sama

satu warga yang bertamu ke rumah warga yang lain hanya untuk bercerita ataupun urusan pekerjaan. Sopan santun terlihat jelas antara anak-anak muda kepada orang tua. Sudah menjadi seperti kewajiban bagi warga yang lewat berpapasan dengan warga lainnya dijalan saling menyapa atau menegur. Yang muda terlebih dahulu menegur yang tua. Seperti penuturan salah seorang informan dibawah ini : “….Zaman mbiyen iku uwong ramah- ramah . Ora eneng yang sombong. Nek lewat ngomah iku yo podo negur. Walaupun gor sekedar basa basi. Bocah- bocah mbyen podo sopan karo wong tua.Makimoto,60 tahun Terjemahan “…. Zaman dulu itu orang ramah. Nggak ada yang sombong. Kalau lewat di depan rumah warga saling tegur, walaupun hanya sekedar basa-basi. Anak-anak muda dulu sopan kepada orang tua. Makimoto,60 tahun Hubungan antarwarga pada masa itu sangat harmonis. Tidak ada keinginan yang muncul untuk menguasai antar warga. Persaingan-persaingan pun tidak ada. Seperti tidak ada persaingan untuk membeli tanah.

3.1.2 Solidaritas Sosial dan Kerja Sama

Solidaritas warga desa Batang Pane-I pada masa tahun1990an sangat kuat dan kental. Terbukti dari beberapa kegiatan atau acara-acara yang mereka lakukan bersama-sama. Setiap warga saling tolong menolong dalam berbagai bidang. Mereka bekerja sama dalam berbagai kegiatan demi kemajuan tempat tinggal Universitas Sumatera Utara mereka. dibawah ini beberapa kegiatan yang mencerminkan betapa kuatnya solidaritas warga desa di masa itu. a. Gotong Royong Gotong royong menjadi rutinitas wajib mingguan warga desa Batang Pane-I pada masa itu. Hari minggu merupakan hari dimana kebanyakan warga desa Batang Pane-I tidak bekerja mengelola ladang mereka. Dan pada hari Minggu inilah kegiatan gotong royong dilaksanakan. Kegiatan gotong royong yang dilakukan hanya oleh bapak-bapak ini biasanya untuk memperbaiki jalan yang rusak ataupun membuat dan membersihkan parit lingkungan RW mereka masing-masing. Setiap kepala keluarga hadir dalam kegiatan gotong royong yang dilaksanakan pada pagi hari ini. Bahkan penuturan informan, ketika kegiatan gotong royong diadakan setiap hari Minggu, tidak hanya bapak-bapak saja yang hadir, anak-anak lelaki juga hadir membantu proses gotong royong. … Mbiyen nek gotong royong iku rame. Ora gor bapak-bapak ae yang teko. Bocah- bocah pun podo nyibui melu gotong royong.M. Zaenuddin, 54 tahun Terjemahan “…. Dulu kegiatan gotong royong ramai. Tidak hanya bapak-bapak yang datang. Tetapi juga anak-anak ikut sibuk ikut gotong royong. .M. Zaenuddin, 54 tahun Kegiatan gotong royong bersifat berkelanjutan. Setiap Minggu lokasi atau titik yang dijadikan tempat gotong royong berbeda, sesuai dengan keadaan yang berkembang setiap minggunya. Sebagai contoh : Pada Minggu pertama dibulan Mei mereka memperbaiki jalan yang sudah terlihat rusak dan payah untuk Universitas Sumatera Utara dilewati di titik A. Maka Minggu depan gotong royong tidak dilakukan dititik A lagi, tetapi berpindah ke tempat atau jalan lain yang membutuhkan perbaikan. Pada masa itu, antusiasme bergotong royong sangat tinggi. Terbukti dengan banyaknya bapak-bapak yang hadir dalam gotong royong tersebut. Tidak hanya bapak-bapak yang ikut andil dalam bergotong royong, kaum ibupun juga turut serta dengan cara menyediakan air putih sebagai pelepas dahaga bapak- bapak yang bergotong royong tersebut. “……Gotong royong zaman mbiyen bedolah karo saiki Nek mbiyen wong yang teko iku rame. Jadi kerjanan cepet siap. Warga yang dalan ngarep omah e didandani,Sering ngei wedang. Kadang- kadang eneng juga yang ngeteri pisang goreng.Ramelah gotong royong zaman mbiyen”. Suyatno, 50 tahun Terjemahan “… Gotong royong zaman dahulu beda sama gotong royong sekarang. Kalau dulu yang datang itu banyak. Jadi kerjaan cepat siap. Warga yang rumahnya dekat dengan titik gotong royong, sering datang membawa minuman. Terkadang ada juga yang mengantar pisang goreng. Gotong royong zaman dulu sangat ramai. Suyatno, 50 tahun b. Sambatan Sambatan merupakan sebuah kerja sama dalam hal membangun atau memperbaiki salah satu rumah warga. Pada tahun 1990an, sambatan dapat dihadiri oleh hampir satu RT yang berjumlah sekitar 30an laki-laki. Pemilik rumah yang akan dibangun hanya perlu menyediakan bahan- bahan untuk membangun rumah seperti papan,broti, paku dan lainnya. Selain Universitas Sumatera Utara harus menyediakan bahan-bahan untuk membangun rumah, warga yang mempunyai hajatan juga harus menyediakan makanan ringan dan minuman sebagai camilan untuk bapak-bapak yang sambatan pada waktu istirahat. Sedangkan warga yang membantu, datang dengan membawa peralatan pertukangan seperi palu,gergaji ketam tangan dan lain sebagainya. Dengan begitu, yang memiliki hajatan pembangunan rumah tidak perlu lagi membayar pekerja untuk membangun rumah mereka. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk membangun satu rumah diperlukan sekitar setengah bulan saja. Menginggat banyaknya orang yang bekerja membantu proses pembangunan dan pada masa itu rumah-rumah masih sangat sederhana. Rata-rata masih berupa rumah papan. Hanya ada beberapa saja yang sudah semi permanen dan permanen. c. Rewangan Rewangan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk membantu warga yang memiliki hajatan. Seperti pesta pernikahan ataupun pesta khitanan. Rewangan ini dilakukan tiga hari sebelum puncak pesta dilaksanakan. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan adalah seperi memasak,mengankat air,membuat jenang dodol jawa, mendirikan tratak 13 13 Tratak adalah tenda yang dibuat untuk penerimaan tamu ketika pesta tenda dan panggung untuk hiburan. Pada masa itu, rewangan ini dapat dihadiri oleh warga sekitar satu RT. Warga yang datang tidak hanya orang-orang tua saja. Tetapi anak-anak mereka juga diajak. Karena rewangan ini berlangsung seharian. Sehingga makan Universitas Sumatera Utara untuk anggota keluarga yang rewang sudah ditanggung oleh warga yang memiliki hajatan. Warga yang diundang untuk rewang datang dengan membawa sebuah bingkisan, berisi beras,gula,teh dan lain-lain. Tetapi banyak juga warga yang diundang datang dengan membawa uang saja. Selain menyumbangkan bahan- bahan makanan, ada juga warga yang menyumbangkan mobil bak terbuka untuk kemudahan proses mengangkat air ataupun mengangkat peralatan pesta seperti pelaminan, bangku undangan dan lain sebagainya. Ada juga warga yang menyumbangkan mesin dompeng 14 Dalam proses rewangan terdapat pembagian tugas yang biasanya disusun oleh tokoh masyarakat setempat. Seperti tugas mengambil air dan tugas lain yang sudah dijelaskan diatas. Tugas yang paling berat dalam rewangan adalah memasak jenang. Membuat jenang untuk menyuplai kebutuhan listrik selama pesta. 15

3.1.3 Lembaga Sosial