2.2.2 Jumlah dan komposisi penduduk
Penduduk desa Batang Pane- I berjumlah 2176 jiwa. Yang terdiri atas 1188 jiwa laki-laki dan 988 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah kepala
keluarga KK, Desa Batang Pane-I dihuni oleh 625 Kepala Keluarga. Dari angkat tersebut dapat dihitung kepadatan penduduk sebagai berikut :
2176 30
� 1
���� ��²
= 72,5333 ������
2
0,00073 ����
�²
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan agama dapat terlihat pada tebel dibawah ini :
Tabel 3. Jumlah penduduk dan agama
NO Nama Desa
Jumlah Penduduk Agama
Lk Pr
Total Islam Protestan Katolik
Hindu Budha 1
Batang Pane -I 1188
988 2176
2131 45
Jumlah 1181
988 2176
2131 45
sumber : dokumen desa
2.3 Sarana dan Prasarana
2.3.1 Kondisi Jalan
Simpang beragas adalah pintu utama ketika kita akan menuju desa batang pane –I ini, jarak desa dari simpang beragas ini ± 13 Km. sekitar ±9 Km berupa
jalan aspal yang sudah terlihat bagus. Dan sisanya sekitar ± 4 Km berupa jalan
Universitas Sumatera Utara
tanah dengan dilapisi bebatuan besar dan kerikil yang sering mengakibatkan mobil pengangkut sawit terpedam dan tergelincir karena kondisi jalan yang licin
dan lembek serta lengket. Bila sudah terjadi hal seperti ini, dibutuhkan mobil atau traktor untuk menarik mobil pengangkut sawit tersebut. Kondisi atau kejadian
seperti ini terjadi pada musim hujan. Dimana jalanan berubah menjadi kubangan air.
Sementara itu, pengaspalan jalan menuju desa batang pane-I yang hanya sepanjang ±9 Km baru dibangun pada tahun 2013 kemarin yang dibangun oleh
pemerintah kabupaten Padang Lawas Utara bekerja sama dengan PT. ANJ. Menurut informan, telah terjadi kesepakatan bahwa pengerasan jalan menjadi
tanggung jawab PT. ANJ dan untuk pengaspalan menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten. Jalan yang beraspal ini terbentang dari mulai simpang
beragas sampai gerbang atau gapura desa batang Pane-I. Table 4. Prasarana Perhubungan
No Jenis Prasarana
Kuantitas panjang Keterangan
1 Jalan Kabupaten 45 Km
Kondisi rusak kecil 2 Jalan Desa
10 Km Kondisi rusak
3 Jalan -
Kondisi rusak 4 Jembatan
6 unit Kondisi rusak
sumber : Dokumen desa Keadaan jalan desa secara umum sudah terlihat baik. Walaupun pada
musim kemarau debu jalan sangat banyak mengingat jalan di desa ini masih
Universitas Sumatera Utara
berupa tanah dengan dilapisi batu-batu besar dan kerikil. Tetapi pada musim hujan tiba jalanan-jalanan dibeberapa tempat mengalami kerusakan. Jalan menjadi
lengket dan banyak genangan air. Hal ini menjadikan para pemakai jalan harus berhati-hati ketika melintasi jalanan yang rusak ini. Banyak sekali para
pengendara yang jatuh ketika melintasi jalanan yang rusak ini. Ketika penulis melakukan penelitian, terlihat ada beberapa anak-anak yang berusia ± 11 tahun
jatuh ketika melintasi titik jalan yang rusak tersebut. Untuk mengatasi jalanan desa yang rusak tersebut, pemerintahan desa
mengintruksikan kepada kepala RT untuk mengajak warganya bergotong royong memperbaikinya. Seperti jalan masuk menuju RT 9. Terlihat sudah mulai
diperbaiki dengan cara membangun jalan berupa beton dengan lebar 3 tiga meter. Tetapi bagian tengah jalan beton ini kosong. Karena jalan ini dibuat sesuai
dengan ukuran rentang panjang roda mobil dari satu titik ke titik yang lain. Hal ini dibuat untuk menghemat pengeluaran pembangunan jalan desa.
Jalanan desa dibangun dengan dana iuran yang dikutip dari warga. Setiap RT bertanggung jawab untuk memperbaiki dan merawat jalannya masing-masing.
Setiap kepala keluarga dikenakan iuran wajib per dua minggu sebesar Rp. 5000- 10000. Tetapi banyak juga anggota warga yang menyumbangkan dana lebih
ataupun menyumbangkan material yang dibutuhkan untuk membangun jalan seperti batu, semen ataupun pasir. Hasilnya, menurut informan, telah terjadi
perubahan jalan yang lumayan cepat. Dahulu, jalan-jalan desa sangat parah ketika musim hujan datang. Banyak mobil penganggkut sawit yang terpendam didalam
kubangan air. Belum lagi sifat tanah di desa ini yang lengket dan licin. Menjadikan pengendara sepeda motor kesulitan melintasi jalan yang rusak
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Walapun perbaikan hanya dengan cara menyebar batu berpasir sertu sudah terlihat jalanan tidak banyak yang berlubang ataupun lembek lagi.
Gambar 3. Jalan desa yang digenanggi air ketika musim hujan datang. Sumber: dokumen pribadi
Hasilnya, menurut informan, telah terjadi perubahan jalan yang lumayan cepat. Dahulu, jalan-jalan desa sangat parah ketika musim hujan datang. Banyak
mobil penganggkut sawit yang terpendam didalam kubangan air. Belum lagi sifat tanah di desa ini yang lengket dan licin. Menjadikan pengendara sepeda motor
kesulitan melintasi jalan yang rusak tersebut. Walapun perbaikan hanya dengan cara menyebar batu berpasir sertu sudah terlihat jalanan tidak banyak yang
berlubang ataupun lembek lagi. Secara perlahan, penulis melihat kondisi jalan di desa ini telah banyak
mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Walapun hanya pengerasan jalan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara menyebar batu berpasir, sudah mengurangi kelengketan tanah di sepeda motor khususnya bagian ban dan mengurangi jatuhnya pengendara sepeda
motor ketika melintasi titik jalan yang rusak akibat dari licinnya jalan. 2.3.2
Alat Transportasi Ketika tulisan ini dibuat, belum ada angkutan umum bus,mikrolet,atau
sejenisnya yang merambah desa batang pane-I ini. Memang ada angkutan umum, tetapi tidak sampai masuk ke dalam desa. Hanya sampai di simpang tebu.
Simpang tebu merupakan sebuah simpang yang menjadi pintu masuk ke desa Batang Pane-I dan jarak antara simpang ini ke desa ± 3Km. Di simpang ini
terdapat sebuah gapuran dan sebuah warung kopi. Ketika waktu-waktu tertentu, tampak sebuah bus mini seukuran bus KUPJ ngetem di persimpanngan ini untuk
menunggu penumpang. Walapun menurut informan yang mempunyai warung kopi di persimpangan tersebut, sangat jarang menumpang yang naik dari desa
Batang Pane-I. Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh warga tidak mengunakan angkutan umum untuk berpergian ke kota.Alasan utama mereka
karena angkutan umum tidak masuk kedalam desa.Sehingga menjadi ‘ tanggung’, karena harus berjalan menuju simpang tebu untuk menunggu angkutan umum
yang datangnya tidak dapat diprediksi. Belum lagi waktu tempuh yang lama dibandingkan dengan mengunakan sepeda motor untuk mencapai kota. Karena
alasan-alasan seperti itulah masyarakat lebih memilih mengunakan sepeda motor sebagai kendaraan untuk berpergian ke kota atapun ke pasar yang berada di
simpang beragas.
Universitas Sumatera Utara
Selain untuk berpergian ke kota, Warga desa juga mengunakan sepeda motor untuk menunjang kegiatan sehari-hari mereka. Mulai dari pergi ke ladang,
sekolah, belanja ke warung, mengangkat pupuk, mengembala sapi dan lain sebagainya. Di desa ini anak-anak yang masih duduk dibangku kelas 6 SD sudah
dapat dan diperbolehkan oleh orang tua mereka untuk mengendarai sepeda motor. Sudah menjadi pemandangan biasa jika di sore hari anak-anak usia ± 12 tahun
berkeliling menyusuri jalanan desa dengan sepeda motor hanya untuk sekedar jalan-jalan sore bersama adik atau kawan-kawan mereka.
Terlihat juga jika pagi hari, anak-anak yang masih bersekolah tingkat menengah atas SMA mengunakan sepeda motor untuk menuju sekolah mereka
yang berjarak ± 12 Km dari desa. Sepeda motor yang digunakan warga desa ini tergolong baru. Rata-rata tahun perakitan sepeda motor yang digunakan diatas
tahun 2005. Hal itu tidak aneh mengingat mudahnya untuk memiliki kereta dengan cara kredit. Menurut informan, dengan membawa uang sebesar Rp.
500000 dan membawa foto copy KTP serta Kartu Keluarga ke dialer sepeda motor, sudah bisa membawa pulang satu unit sepeda motor. Bahkan banyak ada
juga beberapa showroom sepeda motor yang menjajakan dagangannya dengan cara masuk ke desa membawa sepeda motor mengunakan mobil pick-up. Dalam
bahasa jawa disebut diiderkan. Ini juga menambah kemudahan untuk mendapatkan sepeda motor.
Sistem kredit sepeda motor disini berjangka tahunan, mulai dari satu tahun hingga empat tahun. Cara pembayarannya perbulan. Misalkan satu buah sepeda
motor tipe mio dengan harga kontan
Universitas Sumatera Utara
Sudah menjadi hal biasa bila satu keluarga memiliki 3-5 sepeda motor. Tergantung berapa jumlah amggota keluarganya. Sebagai contoh, satu keluarga
yang berjumlah 3 orang anak maka mereka memiliki 3 sepeda motor. “… Jumlah kereta yang dimiliki oleh satu
keluarga biasanya sama dengan jumlah anggota keluarga yang bisa mengunakan
kereta. Sebagai contoh : satu keluarga ada 4 anggota keluarga. Maka mereka juga akan
memiliki 4 kereta. Beja, 44 tahun
Kejadian seperti itu untuk keluarga kelas menengah yang mengandalkan sepeda motor untuk mendukung kegiatan mereka sehari-hari. Dari mulai pergi ke
ladang, ke warung, sekolah, wirid mingguan, mengangkat pupuk dan lain sebagainya.
Untuk keluarga yang masuk kategori kaya, selain mengandalkan sepeda motor untuk menunjang kegiatan mereka sehari-hari, mereka juga memiliki satu
unit mobil untuk memenuhi kebutuhan transportasi mereka. Mobil-mobil yang dimiliki oleh keluarga kaya desa Batang Pane-I minimal sekelas mobil avanza
dengan tahun perakitan 2011. Ada juga yang sudah dapat membeli mobil mewah seperi Pajero Sport dan Fortuner. Selain sebagai barang simpanan mewah, mobil
juga mereka gunakan untuk berpegian ke luar desa, seperti pergi ke kota untuk sekedar jalan-jalan, belanja dan mengurus keperluan birokrasi.
“… kalau untuk mobil, sudah banyak juga warga yang punya di desa ini. Kalau
dirata-ratakan dapat dikatakan setiap RT itu ada warga yang sudah memiliki mobil.
Beja. 44 tahun
Universitas Sumatera Utara
Mobil juga menjadi alat transportasi jarak jauh seperti ke Kota Medan dan kota-kota besar lainnya di provinsi Sumatera Utara untuk mengantar atau
menjemput anak mereka ketika datang musim libur atau musim tahun ajaran baru.Pada umumnya setelah tamat dari sekolah dasar, mereka langsung
menyekolahkan anak mereka ke luar desa. Kota tujuan untuk menyekolahkan anak-anak mereka merupakan kota-kota besar seperti, Padang Sidempuan, Rantau
Prapat dan Medan. Disana anak-anak mereka di kostkan atau diasramakan. Mobil juga menjadi alat transportasi untuk mengantar orang yang sakit
untuk berobat ke kota-kota besar yang memiliki rumah sakit betaraf nasional. Menginggat di desa ini belum memiliki rumah sakit. Dalam hal ini, tidak hanya
keluarga kaya saja yang mengandalkan mobil. Keluarga menengah dan kurang mampupun mengandalkan mobil untuk keperluan mengantar anggota keluarga
yang sakit. Untuk keluarga yang tidak memiliki mobil, biasanya mereka meminjam mobil lengakap dengan sopirnya untuk mengantarkan anggota
keluarga yang sakit berobat di rumah sakit yang berada di kota-kota besar di provinsi sumatera utara. Sistem pemimjamannya sangat mudah. Pemiminjam
tidak perlu membayar uang sewa mobil. Hanya membayar uang untuk membeli bahan bakar minyak dan membayar supir. Kadangkala juga ada beberapa pemilik
mobil yang mengendarai sendiri mobilnya ketika dipinjam oleh warga yang membutuhkan mobil untuk mengantarkan anggota keluarga yang sakit. Sehingga
tidak perlu membayar uang sopir dan hanya membayar uang untuk membeli bahan bakar minyak.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Energi Listrik
Jaringan listrik dari perusahaan listrik Negara atau PLN sudah merambah dan tersedia di desa ini. Hampir setiap rumah tangga mengandalkan sumber listrik
dari PLN untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti menanak nasi, mencuci pakaian, memasak air, menyedot air, meyalakan televise dan kebutuhan
lainnya. Keperluan penerangan warga desa juga mengandalkan sumber listrik dari PLN.
Pemerataan PLN terjadi pada tahun 2005, pada tahun ini banyak sekali warga yang memasang sumber listrik dari PLN. Sehingga saat ini hampir semua
rumah tangga sudah memiliki sumber listrik dari PLN. Tetapi yang menjadi masalah adalah sering kali terjadi pemadaman listrik yang tidak terjadwal. Seperti
dikatakan oleh informan : “…Listrik neng Batang Pane kene sering
mati. Mati e sak wayah-wayah. Kadang isuk pas sholat subuhKadang yo awan.
Mbengi yo sering juga. M. Zaenuddin, 54 tahun
Padamnya listrik dan tidak terjadwal sangat menganggu kegiatan mereka sehari-hari, terutama yang membutuhkan sumber listrik. Menginggat saat ini
warga desa Batang Pane-I untuk keperluan rumah tangga sudah mengunakan teknologi yang membutuhkan energi listrik. Seperti memasak nasi dan air.
Masyarakat mengunakan rice cooker untuk memasak nasi dan mengunakan dispenser untuk memanaskan air. Waktu mereka untuk memasak pada umumnya
adalah ketika pagi hari setelah sholat subuh sebelum mereka pergi ke ladang.Nasi dan teh panas menjadi hidangan sarapan pagi wajib mereka sebelum pergi ke
Universitas Sumatera Utara
ladang. Ketika terjadi pemadaman listrik disaat-saat seperti itu sangat mengangu aktifitas mereka. Nasi menjadi tidak matang, tidak bisa memanaskan air dan
alhasil, waktu mereka untuk pergi ke ladang menjadi molor. Ketika terjadi pemadaman disiang hari juga sangat mengusik kenyamanan
mereka beraktifitas. Biasanya ketika pulang dari ladang ibu-ibu di desa Batang Pane-I menyuci pakaian dengan mengunakan mesin cuci yang membutuhkan
sumber listrik. Hal ini mengakibatkan tertundanya pekerjaan untuk mencuci pakaian yang biasanya dilakukan oleh kaum ibu-ibu.
Tidak hanya itu, ketika pemadaman terjadi disiang hari, aktifitas istirahat mereka juga terganggu.Siang hari adalah waktu dimana warga banyak yang
menghabiskan waktu untuk beristirahat dirumah sambil menonton televisi dan duduk dengan kipas angin nyala. Kipas angin juga menjadi barang elektronik
wajib yang dimiliki oleh masyarakat desa Batang Pane-I karena bila siang hari desa ini sangat panas. Wajar saja jika terjadi pemadaman listrik disiang hari
banyak warga yang mengeluh dan mengumpat. Alunan musik dangdut yang menjadi musik kesenangan warga desa
Batang Pane-I juga terdengar disiang hari. Suara musik dangdut tersebut tidak tanggung-tanggung. Sangat keras sehingga dapat terdengar hampir satu RT yang
berjumlah sekitar 29 kepala keluarga. Suara sekuat itu dikeluarkan oleh speaker sound bervolume tinggi yang sangat membutuhkan energy listrik dari PLN. Untuk
itu jika terjadi pemadaman listrik disiang hari, desa akan terasa sepi terutama rumah-rumah yang letaknya berada di pinggiran desa.
Universitas Sumatera Utara
Ketika malam hari kebutuhan listrik untuk penerangan sangat diperlukan. Karena pada malam hari adalah waktu untuk anak-anak desa Batang Pane-I yang
bersekolah menghabiskan waktu untuk belajar mengulas pelajaran yang diberikan guru disekolah serta mengerjakan pekerjaan rumah PR yang diberikan guru
mereka disekolah. Pemadaman juga sering terjadi ketika malam hari. Untuk itu warga banyak yang memiliki mesin generator set genset untuk menjadi sumber
cadangan listrik dimalam hari. Genset yang digunakan bermacam-macam. Ada beberapa jenis secara umum dibedakan atas daya yang dihasilkan oleh mesin
genset tersebut. Ada yang berkapasitas 900 watt, 1000 watt dan 1500 watt. Dalam dua jam, genset tersebut dapat menghabiskan sekitar dua liter bensin murni. Bila
dibandingkan dengan sumber listrik dari PLN, pemakaian genset ini lebih boros. Harga satu liter bensin di desa ini sekitar Rp. 7500,00.
Pada dasarnya listrik sudah masuk dan tersedia di desa Batang Pane-I, tetapi inkonsisten menyalanya listrik membuat warga banyak yang mengeluh dan
sebagai solusi mereka membeli genset yang pada umumnya hanya digunakan ketika malam hari untuk penerangan saja.
2.3.4 Sumber Air Bersih
Desa Batang Pane-I merupakan sebuah desa yang terletak di dataran rendah dengan kandungan tanah liat bercampur batu gunung, berkontur landai dan
sedikit berbukit. Walaupun di dataran rendah, desa ini tidak terletak dipesisir pantai dan walapun tanah desa ini mengandung batu gunung, desa ini juga tidak
terletak di sekitar pengunungan. Sehingga sumber air bersih utama masyarakat desa Batang Pane-I adalah bersumber dari sumur. Sumur-sumur di desa ini pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya memiliki kedalaman sekitar 6- 15 meter. Tergantung di kedalaman berapa meter sumur tersebut mendapatkan mata air. Contohnya : Ketika menggali
sumur, pada kedalaman 10 sudah mendapatkan mata air. Maka tidak akan dilanjutkan penggalian tersebut dan hanya mencapai 10 m saja.
Sumur-sumur yang menjadi sumber air utama masyarakat Batang Pane-I walaupun memiliki mata air, tetapi volume banyaknya air dipengaruhi oleh musim
hujan dan musim kemarau. Ketika musim hujan, air akan melimpah ruah di sumur-sumur warga. Bahkan ada yang sampai hampir penuh. Tetapi ketika musim
hujan datang, kualitas air di sumur-sumur warga menjadi berkurang, warnanya berubah dari yang biasanya berwarna bening berubah menjadi warna kekuningan
sesuai dengan kondisi tanah yang ada di desa tersebut. Tetapi karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut, masyarakat menganggapnya sebagai hal yang
biasa. Sumur-sumur tersebut berada diluar rumah dan untuk memindahkan air tersebut ke dalam bak penampungan yang berada dikamar mandi dalam rumah
mereka mengunakan mesin air sanyo untuk menyedot air sumur tersebut. Keadaan berubah total ketika musim kemarau datang. Sumur-sumur
menjadi kering dan hanya menyisakan beberapa jengkal air saja. Tanah-tanah pun terlihat sangat kering, bahkan ada yang sampai pecah-pecah. Bila musim kemarau
datang, banyak warga yang kebingungan mencari air untuk keperluan rumah tangga. Ketika kejadian seperti itu terjadi, banyak warga yang mengandalkan air
yang berasal dari rawa ataupun kolam-kolam yang ada di desa tersebut. Walapun kualitasnya tidak baik, warga terpaksa mengambil dan mengunakan air yang
berasal dari rawa atau kolam tersebut untuk mencuci baju dan mandi. Akan terlihat warga berkerumun mengelilingi sebuah rawa untuk mencuci baju dan
Universitas Sumatera Utara
mandi. Ada juga warga yang hilir mudik mengunakan sepeda motor yang dibelakangnya terdapat satu keranjang yang terbuat dari anyaman rotan lengkap
dengan tiga buah derigen berkapasitas masing-masing derigen sebesar 25 liter. Masing-masing derigen diletakan disamping kiri, kanan dan atas. Tidak hanya
sekali dalam satu hari mereka mengankut air dari rawa, tetapi ada yang sampai tiga kali bolak-balik. Tergantung kapasitas penampungan air yang ada dirumah
mereka. Masyarakat desa Batang Pane-I banyak yang membangun bak air berukuran besar untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau datang. Bak-bak
tersebut digunakan untuk menampung air yang mereka angkut dari rawa atau sumber air lainnya seperti kolam-kolam ikan. Selain bak, hampir semua warga
memiliki drum berkapasitas 100 L yang juga berfungsi sebagai wadah untuk menyimpang air yang mereka dapatkan dari rawa.
Sebenarnya didekat desa ada sebuah sungai yang airnya cukup lumayan dalam hal kuantitas. Tapi tidak untuk kualitasnya. Air sungai yang bernama
sungai napanas tersebut sudah tercemar oleh limbah pabrik sawit. Sehingga airnya tidak lagi jernih. Warna airnya tidak lagi bening, tapi berubah menjadi kehitam-
hitaman. Air dari sungai ini digunakan oleh masyarakat desa Batang Pane-I dan desa disekitar sungai ini hanya untuk keperluan mencuci mobil dan mencuci
sepeda motor. Tidak untuk keperluan mencuci baju,mandi dan keperluan memasak.
Penjual air bersih dadakanpun muncul ketika musiam kemarau. Para penjual air bersih mematok harga satu derigen dengan volume 25 liter sebesar Rp.
10.000,00. Sedangkan untuk satu tong besar bervolume 1500 liter dihargai sebesar Rp. 160.000,00. Air bersih yang dijual ini bila kita ingin membelinya
Universitas Sumatera Utara
harus memesannya terlebih dahulu. Tidak “bayar langsung dapat”. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan air bersih sekitar satu mingguan. Hal
ini dikarenakan banyaknya warga yang membeli air bersih dan di desa Batang Pane-I hanya ada satu penjual air bersih ketika musim kemarau. Air yang
dijualpun tidak seperti air yang berasal dari rawa atau kolam-kolam. Tetapi menurut informan yang juga penjual air bersih, dia mengambil air tersebut dari
sumber mata air yang berada di dekat pengunungan. Sehingga airnya bening dan dingin serta bersih.
Untuk keperluan air minum dan memasak, warga desa Batang Pane-I mengunakan air minum isi ulang dalam kemasan. Ada satu depot isi ulang air
minum di desa Batang Pane-I ini. Harga satu galon air minum bervolume 13 liter sebesar Rp. 6000,00. Untuk air minum isi ulang ini tidak harus memesannya
terlebih dahulu. Pelangan tinggal datang ke depot isi ulang air minum. Bila jumlah galon yang dipesan pelanggan lebih dari tiga buah, maka penjual air minum isi
ulang dalam kemasan tersebut akan mengantarkan sampai ke rumah pembeli tanpa menambah uang lagi.
2.3.5 Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan di desa Batang Pane-I ini tergolong sudah memadai. Pantauan penulis sudah terdapat satu buah bangunan puskesmas yang digunakan
untuk kegiatan seperti imunisasi, pemeriksaan ibu hamil dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan anak. Keberadaan balita kurang gizi
juga sudah mulai berkurang, selaras dengan semakin membaiknya perekonomian masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Di desa Batang Pane-I selain terdapat bidan yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil, juga terdapat bidan-bidan yang membuka praktek sendiri.
Tercatat terdapat enam bidan yang membuka praktek sendiri. Pada musim-musim tertentu, banyak sekali masyarakat desa Batang Pane-I yang mengalami gangguan
kesehatan, terutama flu,demam dan batuk-batuk. Untuk penyakit musiman seperti ini, masyarakat desa mengandalkan bidan-bidan yang ada di desa tersebut untuk
mengobati sakit yang datangnya musiman tersebut. Untuk penanganan ibu melahirkan, dukun dan bidan desa bekerja sama
membantu proses persalinan. Hal ini dilakukan karena budaya mereka yang masih mengangap dukun beranak sangat dibutuhkan dalam proses persalinan. Sementara
bidan desa juga mempunyai kewajiban untuk membantu proses persalinan. Untuk mewujudkan program ibu dan anak yang sehat dan cerdas. Tetapi ada juga warga
yang melahirkan anak mereka dirumah sakit. Biasanya ini terjadi jika ibu tidak dapat melakukan proses persalinan secara normal. Sehingga proses persalinan
harus dilakukan dengan cara operasi sesar. Di desa Batang Pane-I belum terdapat rumah sakit yang mempunayi peralatan untuk operasi. Untuk itu ibu hamil yang
tidak dapat melahirkan secara normal akan dibawa ke rumah sakit terdekat yang berada di kota. Penuturan informan, rumah sakit rujukan bidan desa adalah
Rumah Sakit Nuraini yang berada di pinang berjarak ± 65 km dari desa dan membutuhkan waktu tempuh ± satu setengah jam.
Demikian juga untuk penanganan sakit-sakit keras yang membutuhkan rawat inap seperi demam berdarah, tifus stroke dan lain-lain. Bidan desa juga
merujuk warga desa yang sakit tersebut untuk dirawat di Rumah Sakit yang berada di Kota Pinang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kelembagaan atau Organisasi Desa