3.2.4 Pendidikan
a. Pendidikan Formal Sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia pada waktu itu adalah
untuk jenjang SD dan SMP. Sementara untuk TK belum ada. Perekrtutan guru- guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut pada waktu itu dengan cara
merekrut siapa saja warga yang memiliki ijazah. Baik tamatan SD,SMP ataupun SMA. Mengingat pada masa itu, belum banyak warga yang tamat sekolah.
Sementara kesadaran dan kepedulian warga akan pentingnya pendidikan pada kala itu sangat kecil. Penuturan informan, jumlah anak-anak yang belajar
atau bersekolah jenjang sekolah dasar sangat sedikit. Dan jumlahnya pun semakin berkurang lagi ketika memasuki jenjang SMP. Karena sulitnya perekonomian
warga pada masa itu, banyak anak-anak yang tamat SD langsung ikut orang tua mereka bekerja di perkebunan sawit milik perusahaan swasta. Sementara untuk
anak-anak yang seharusnya belajar di taman kanak-kanak TK, karena pada saat itu di desa Batang Pane-I belum terdapat TK, maka anak-anak tersebut ketika
ditinggal orang tuanya bekerja dititipkan kepada orang-orang yang sudah berusia tua dan tidak kuat lagi untuk bekerja.
Sudah menjadi pemandangan biasa ketika pagi hari, mobil-mobil truk perusahaan sawit swasta tersebut masuk desa untuk menjemput para pekerja yang
didalamnya terdapat anak-anak. Pekerja di perkebunan-perkebunan sawit tersebutpun tidak hanya laki-laki, tetapi juga kaum perempuan. Tetapi dalam
pembangian kerja, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan
Universitas Sumatera Utara
mendapat pekerjaan yang ringan seperti miringi
26
pohon sawit. Dan untuk kaum laki-laki mendapat pekerjaan yang berat seperti mbabat
27
,dan nyemprot
28
Warga desa Batang Pane-I kala itu lebih mementingkan anaknya untuk bekerja daripada untuk besekolah. Sehingga anak-anak pada masa itu menurut
penuturan informan lebih cepat tua dalam hal fisik. .
b. Pendidikan Non-formal Pendidikan non formal juga tak kalah pentingnya dibandingkan dengan
pendidikan formal. Belajar membaca Al-Quran juga menjadi hal wajib untuk anak-anak desa Batang Pane-I ini. Selain di madrasyah, belajar mengaji juga
dilakukan di rumah-rumah warga yang fasih
29
Tetapi seperti pendidikan formal, warga desa Batang Pane-I ini juga kurang berminat untuk belajar. Hal ini dikarenakan bekerja lebih penting, karena
bekerja dapat menghasilkan uang, sementara belajar tidak. Walaupun pada masa itu sudah disediakan oleh pemerintah ustad ataupun ustadjah yang piawai dalam
hal agama islam. Termasuk membaca Al-Quran. dalam membaca Al-Quran.
3.2.5 Kesehatan