Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki luas daratan 1.922.570 km², sedangkan luas perairannya 3.257.483 km². Pencaharian penduduk Indonesia beragam, ada yang bermata pencaharian dibidang pertanian, perternakan, perikanan, dan ada pula yang bermata pencaharian sebagai pekerja kantoran seperti di kota-kota besar di Indonesia. Tingkat kesuburan tanah dan iklim yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat cocok untuk bidang pertanian. Oleh sebab itu 70 mata pencaharian penduduk Indonesia adalah di bidang pertanian. Lahan pertanian indonesia terbentang luas dari sabang sampai merauke dengan keanekaragaman tanaman pertanian. Mulai dari tanaman palawija 1 seperti jagung, umbi-umbian dan kacang- kacangan, tanaman Hortikultura 2 seperti terong,tomat,dan mentimun, hingga tanaman keras 3 Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan pengasil karet dan sawit yang sangat besar. Tahun 2011 tercatat ekspor nasional seperti sawit,coklat dan karet. 1 tanaman palawija secara harfiah dapat di katakan sebagai tanaman kedua setelah tanaman utama dari padi. Dalam era sekarang pengertian tanaman palawija di artikan semua tanaman yang kering tanaman palawija ini juga bisa digunakan untuk menggantikan padi sebagai makanan pokok. 2 Tanaman yang biasa ditanam di kebun, seperti buahan-buahan dan sayur-sayuran. 3 Tanaman keras adalah tanaman tahunan. Biasanya usia hidup panjang. Seperi kopi,coklat, sawit dll. Universitas Sumatera Utara subsektor perkebunan mencapai lebih dari US 32 miliar atau Rp.382 triliun yang sebagian besar bersumber dari kelapa sawit 53,56 dan karet 34,56. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu penyumbang devisa nasional subsektor perkebunan, khususnya untuk komoditas karet dan kelapa sawit, hal ini bisa dilihat dari produksi pada Tahun 2011 sebesar 3,12 juta ton CPO terbesar kedua setelah Provinsi Riau dari total produksi nasional sebesar 22,5 juta ton CPO. Sementara itu untuk produksi karet di Sumatera Utara sebesar 463,4 ribu ton karet kering terbesar kedua setelah Sumatera Selatan dari total produksi karet nasional sebesar 3,08 juta ton karet kering 4 Sawit merupakan bahan mentah yang sangat dibutuhkan untuk dijadikan komposisi utama dari minyak goreng, margarin, lilin, bahan kosmetik dan sangat dibutuhkan juga dalam industri farmasi. Oleh sebab itu permintaan akan sawit sangat tinggi dewasa ini. Permintaan yang tinggi mengakibatkan pada mahalnya harga CPO Crude Palm Oil dan menjadikan harga 1 kg tandan buah segar juga tinggi. Ketika terjadi keadaan seperti ini, maka pengusaha sawit yang sudah produktif mendapatkan keuntungan yang besar, baik pemilik perusahaan perkebunan ataupun pemilik sawit pribadi petani sawit. Keuntungan-keuntungan tersebut bila di perusahaan, pada umumnya digunakan untuk memperluas lahan sawit mereka dengan membuka lahan sawit baru di wilayah lain. Selain itu, keuntungan tersebut juga digunakan untuk memperbaiki sistem manajemen . Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan dari provinsi Sumatera Utara di samping karet. 4 Dikutip dari koran Waspada Universitas Sumatera Utara perusahaan agar lebih baik lagi dan menghasilkan keuntungan yang lebih besar lagi. Keuntungan dikalangan petani sawit masyarakat menjadikan taraf perekonomian mereka meningkat dari sebelumnya. Peningkatan taraf perekonomian tersebut sangat berpengaruh pada perubahan semua aspek, seperti aspek sosial dan budaya serta aspek pendidikan anak-anak mereka. Misalnya, sebelumnya mereka tidak dapat menyekolahkan anak pertama, dengan mempunyai kebun sawit anak keduanya dapat bersekolah, sebelumnya rumah mereka semi permanen sekarang menjadi permanen, sebelumnya mereka sering melakukan gotong royong sekarang menjadi jarang karena ada pekerja yang menanggani dan mengelola keadaan jalan yang di bayar oleh mereka. Perubahan ekonomi kearah yang lebih baik mempengaruhi perubahan sosial budaya yang dialami oleh masyarakat. Sebagai contoh perubahan yang dialami oleh masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Asnawi mengatakan dalam Zed dkk, 1992:86 perubahan ekonomi kearah yang lebih baik juga telah membawa pengaruh kepada keadaan sosial masyarakat Minangkabau. Perubahan- perubahan dalam masyarakat manusia dapat berupa perubahan yang lambat, sedang dan cepat, atau secara evolusi dan revolusi Ranjabar, 2008:11. Menurut Sudharto, perubahan itu dapat berupa kemajuan progress atau kemunduran regress, luas ataupun terbatas dalam Karim, 1982: 42. Perubahan juga berlaku pada semakin banyaknya jumlah penduduk yang datang untuk bekerja di desa atau kampung dengan lahan sawit banyak. Ini terjadi karena para pemilik sawit tidak mampu lagi mengelola dan memelihara sawitnya sendirian hanya melibatkan keluarga. Anak-anak mereka sudah banyak yang ke Universitas Sumatera Utara luar kampung untuk menimba ilmu di Kota, sehingga mereka mengunakan buruh untuk pengelolaan sawit dan pemanenan TBS 5 Perubahan tidak berdampak positif saja, tetapi juga berdampak negatif. Sebagai contoh dengan mampunya mereka membeli peralatan elektronik, secara tidak langsung telah mengubah tingkah laku masyarakat dari yang biasanya sering berkumpul hanya untuk menonton televisi di satu tempat warung-warung tetapi karena semua telah mampu membeli televisi. Mereka menonton televisi di rumah masing-masing sehingga interaksi antar individu menjadi berkurang. Teknologi juga merusak moral anak-anak di desa tersebut. Seperti pengunaan handphone canggih. Dengan adanya handphone tersebut anak-anak dengan mudah mengakses video-video dewasa yang bertebaran di dunia maya. Disini jelas terlihat hubungan antara kemampuan ekonomi terhadap minat membeli teknologi baru sehingga menyebabkan perubahan social dan budaya. Tidak perlu teknologi yang sangat maju, asal saja agak maju daripada teknologi yang ada, menyebabkan perubahan social Soedjito, 1986:82 . Mulai dari pemupukan, penutasan dan pemanenan dikerjakan semunya oleh buruh. Sementara para pemilik lahan sawit hanya mengontrol tanpa bersentuhan langsung dengan peralatan dan bahan untuk mengelola sawit. Dampak negative yang lain adalah munculnya sifat sombong pada individu yang telah berubah menjadi orang kaya. Ada beberapa kasus tentang gejala ini diantaranya, sangat segar ingatan kita tentang Darsem sang TKW asal subang yang lolos hukuman pancung di Arab Saudi. Uang yang dimilikinya hasil 5 Tandan buah segar Universitas Sumatera Utara dari sumbangan masyarakat Indonesia digunakannya untuk memborong perhiasan mewah. 6 Melihat keadaan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Perubahan- Perubahan Sosial dan Budaya yang terjadi Dikalangan Petani Kelapa Sawit.

1.2 Tinjauan Pustaka