Acara Hajatan Perilaku Konsumtif

desa Batang Pane-I, walaupun tidak semua. Biasanya diikuti oleh warga yang rumahnya berdekatan dengan rumah warga yang meninggal tersebut tetangga. Selesai penyolatan, warga yang meninggal langsung dibawa menuju areal pemakaman yang jaraknya ± 2 Km dari desa permukiman warga desa Batang Pane-I. Cara membawanya sangat sederhana. Dengan cara mengunakan kerenda yang terbuat dari besi dan dipikul oleh empat orang lelaki dewasa. Mengingat jaraknya yang lumayan jauh karena ditempuh dengan berjalan kaki, maka untuk itu warga yang memikul kerenda akan bergantian dengan warga yang lain terus menerus sampai ke arela pemakaman. Untuk keluarga atapun warga yang ikut memakamkan warga yang meninggal juga berjalan kaki untuk menuju areal pemakaman. Tetapi untuk orang yang sudah berusia renta, biasanya memilih dibonceng dengan mengunakan sepeda motor. Warga yang ikut memakamkan pun semuanya merupakan laki-laki. Tidak ada kaum perempuan yang ikut pergi ke pemakaman, walaupun itu merupakan keluarga atau sanak famili warga yang meninggal.

3.2.2 Acara Hajatan

Acara hajatan seperi pernikahan ataupun khitanan, pada masa itu hanya orang-orang tertentu saja mengadakan mengelar pesta. Mengingat jaman dahulu perekonomian warga desa Batang Pane-I ini masih sangat jauh dari kata “sejahtera”. Penuturan informan dahulu kala warga yang mengelar pesta pernikahan merupakan orang-orang kaya seperti pemilik warung kelontong. Itupun pestanya tidak “besar-besaran” jika dibandingkan dengan sekarang. Tetapi pada masa itu sudah terbilang sangat mewah. Universitas Sumatera Utara Tratak yang digunakan masih dibuat sendiri oleh warga yang rewang. Tiang-tiangnya berupa bambo dan broti, sementara untuk atapnya masih mengunakan seng. Dan untuk bangku serta meja masih mengunakan bangku dan meja kayu yang dipinjam dari bangku-bangku sekolah. Biasanya yang dipinjam merupakan bangku sekolah anak SD. Sementara untuk hiburan, pada kala itu tidak semua pesta yang digelar oleh warga menyediakan hiburan. Hanya beberapa warga yang sudah “kaya” saja ketika mengadakan pesta pernikahan ataupun pesta khitanan menyediakan hiburan berupa keyboard yang disewa atau didatangkan dari luar desa. Grup keyboard itu biasanya didatangkan dari kota-kota yang ada di sumatera utara, seperti Rantau prapat dan Kisaran.

3.2.3 Perilaku Konsumtif

Pendapatan ataupun penghasilan warga desa Batang Pane-I pada awal desa baru dibuka dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Selama kurun waktu tahun 1982-1984 semua kebutuhan sehari-hari warga transmigrasi ini masih disokong atau dibantu oleh pemerintah. Bantuan atau yang sering disebut warga “jatah”, seperi beras,gula,teh,ikan asin, sabun, dan lain lain. Pada masa itu, banyak warga yang mengelukan bahwa tanah di wilayah desa Batang Pane-I tidak dapat ditanami oleh tanaman-tanaman lunak seperti sayur-sayuran dan umbi-umbian. Sementara pemerintah membuka desa tersebut dengan tujuan untuk program ketahanan dan kemandirian pangan Negara. Belum lagi ancaman hama yang kerap datang dan merusak tanaman warga, sehingga membuat warga banyak yang putus asa menaman tanaman-tanaman lunak Universitas Sumatera Utara tersebut. Oleh karena itu, ada satu RT warga desa Batang Pane-I yang berjumlah sekitar ± 25 kepala keluarga, memilih kembali ke tanah kelahiran mereka, yaitu tanah jawa. Awal tahun 1990a n berdiri sebuah Perusahaan yang bernama PTTN Perseroan Terbatas Tapian Nadengan yang berada di sekitaran wilayah desa Batang Pane-I. Banyak warga yang bekerja sebagai buruh untuk pembukaan lahan dan penanaman kelapa sawit. Dapat dikatakan, PTTN menjadi tumpuan warga dalam mencari nafkah. Setelah itu juga banyak sekali perkebunan sawit yang mulai dibuka disekitaran wilayah desa Batang Pane-I ini. Baik yang bersifat PT ataupun yang dimiliki oleh perorangan. Hal tersebut semakin menambah peluang kerja warga desa Batang Pane-I ini. Barulah Perekonomian warga terlihat “melek”. Dari penghasilan mereka bekerja dikebun-kebun sawit yang dimiliki oleh orang-orang cina, sebagian penghasilan disisihkan untuk mengurus lahan ladang yang diberikan oleh pemerintah. Mereka mulai menanmi ladang-ladang mereka dengan tanaman keras seperti sawit dan karet. Dari uraian diatas terlihat bawasannya untuk memnuhi kebutuhan sehari- hari warga desa harus berusaha keras bekerja perkebunan-perkebunan sawit yang berada di sekitar wilayah desa Batang Pane-I. Sehingga untuk perilaku konsumtif pada masa itu tidak ada. Universitas Sumatera Utara

3.2.4 Pendidikan