Upaya Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Liberalisasi Investasi

Indonesia bisa mengikuti MEA jika status kesehatan rakyat telah kuat. Pemerintah, seharusnya melibatkan masyarakat untuk memperkuat status kesehatan. Pasar bebas di sektor kesehatan bukan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, melainkan hanya untuk berbisnis. Pelayanan kesehatan tidak bisa diperdagangkan. Perdagangan bebas ideologinya kapitalisme, pelayanan kesehatan ideologinya sosialisasi.

E. Upaya Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Liberalisasi Investasi

Sektor Usaha Rumah Sakit terkait dengan diberlakukannya MEA Rumah Sakit masa kini menghadapi tantangan-tantangan berat, termasuk menghadapi era globalisasi. Globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan serta investasi adalah lahan dasar untuk sistem pasar bebas. Pasar bebas berarti persaingan bebas, termasuk persaingan bebas dalam jasa pelayanan kesehatan. Tantangan utama secara nasional atau makro adalah bahwa kebutuhan akan kesehatan health needs secara kuantitatif dan kualitatif sangat meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak sumber daya kesehatan health resources yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang meningkat itu. Sedangkan, sumber daya untuk itu SDM, dana, sarana, ilmu dan teknologi, manajemen, material kesehatan, obat, dll terbatas. Sehingga kesenjangan antara kebutuhan dan sumber daya cenderung menjadi semakin besar. Inilah yang menjadi masalah dan tantangan bagi rumah sakit kita dalam globalisasi. Di dalam rumah sakit, tantangan itu muncul dari konsumen atau pasien, sebab pemakai jasa sudah lebih tinggi lagi tuntutan akan pelayanan yang baik dan bermutu. Era globalisasi akan membuka berbagai peluang, baik bagi profesi medis maupun bagi rumah sakit sendiri. Informasi IPTEK dari berbagai negara maju akan cepat dapat diterima dan dipelajari serta kemudian dapat diterapkan secara tepat dan benar dalam pelayanan kepada masyarakat. Alih ilmu dan teknologi, alih keterampilan dari para pakar internasional kepada tenaga kesehatan Indonesia semakin meningkat. Alih IPTEK dan keterampilan dapat melalui berbagai kegiatan, seperti melalui kegiatan di rumah sakit, pelatihan-pelatihan singkat, dalam berbagai disiplin ilmu serta kegiatan seminar dan simposium. Dengan adanya MEA dapat menciptakan peluang untuk tenaga kesehatan Indonesia dapat bersaing di luar negeri dan hal tersebut akan membawa dampak yang baik bagi peningkatan devisa negara. Penanam modal asing juga akan lebih terbuka untuk berinvestasi di Indonesia, terutama di bidang kesehatan. Pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penanaman modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. 151 Prioritas ditetapkan tiap kali pada waktu pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta tekhnologi. 152 151 Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 152 Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Penanaman modal asing di bidang Kesehatan didasarkan pada suatu kerjasama dengan Pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 153 Sistem kerja sama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat dilaksanakan dalam bidang-bidang usaha lain yang akan ditentukan oleh pemerintah. 154 Perusahaan-perusahaan modal asing diizinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Harus ada kebijakan dari pemerintah untuk mengatur tentang tenaga medis yang akan bekerja di luar negeri dan tenaga medis asing. Saat ini telah tersusun draftkonsep Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang Penggunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing Pendatang. Sebelum konsep tersebut menjadi peraturan yang resmi perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam dan melibatkan berbagai pihak sehingga dicapai konsep yang baik dan matang, serta terintegrasi dengan berbagai kebijakan yang bersifat lintas sektoral dan berkaitan dengan hal tersebut. Sampai saat ini rumah sakit di Indonesia belum mampu bersaing dengan rumah sakit di luar negeri. Fokus dari permasalahan yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah pertama, masih kurangnya kesiapan Indonesia menghadapi era globalisasi terutama dalam bidang kesehatan; kedua, tingginya opportunity costs yang hilang; dan ketiga, adanya krisis ketidakpercayaan dari masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan dimana semakin seringnya muncul dugaan malpraktik dan salah diagnosis oleh petugas kesehatan. 153 Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 154 Pasal 8 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing Indonesia. 155 Perusahaan-perusahaan modal asing berkewajiban menyelenggarakan danatau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam danatau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi warganegara Indonesia dengan tujuan agar berangsurangsur tenaga-tenaga warganegara asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warganegara Indonesia. 156 Perusahaan-perusahaan modal asing wajib mengurus mengendalikan perusahaannya sesuai dengan azas-azas ekonomi perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan Negara. 157 Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal. 158 Pemerintah danatau pemerintah daerah menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. 159 Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan Pemerintah. 160 Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang merupakan urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penanaman modal. 161 Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah. 162 155 Pasal 11 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 156 Pasal 12 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 157 Pasal 26 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 158 Pasal 18 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 159 Pasal 30 ayat 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 160 Pasal 30 ayat 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 161 Pasal 30 ayat 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 162 Pasal 30 ayat 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Dalam urusan pemerintahan di bidang penanaman modal, yang menjadi kewenangan Pemerintah adalah penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal asing, yang berasal dari pemerintah negara lain, yang didasarkan perjanjian yang dibuat oleh Pemerintah dan pemerintah negara lain. 163 Pembiayaan Rumah Sakit dapat bersumber dari penerimaan Rumah Sakit, anggaran Pemerintah, subsidi Pemerintah, anggaran Pemerintah Daerah, subsidi Pemerintah Daerah atau sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 164 Ketentuan lebih lanjut mengenai subsidi atau bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah. 165 Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah Sakit dengan melibatkan organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan organisasi kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. 166 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diarahkan untuk : 167 1. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat; 2. peningkatan mutu pelayanan kesehatan; 3. keselamatan pasien ; 4. pengembangan jangkauan pelayanan; dan 5. peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit. Dalam melaksanakan tugas pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengangkat tenaga pengawas sesuai kompetensi dan 163 Pasal 30 ayat 7 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 164 Pasal 48 ayat 1 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 165 Pasal 48 ayat 2 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 166 Pasal 54 ayat 1 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 167 Pasal 54 ayat 2 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit keahliannya. 168 Tenaga pengawas melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis medis dan teknis perumahsakitan. 169 Kondisi tenaga kesehatan di Rumah Sakit di Indonesia, maka jumlah pelayanan dan tenaga medis yang masih sangat jauh kurang kemungkinan Indonesia bakal banyak dimasuki tenaga kerja asing. Hal ini didukung dengan mudahnya akses keluar masuk barang, jasa, investasi, modal dan tentunya pekerja yang terlatih termasuk tenaga medis. Dengan jumlah konsumen yang masih Banyak cara sekaligus persiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA. Hal ini juga merupakan tantangan karena sejatinya pola pikir dan semangat pemerintah serta para pelaku ekonomi Indonesia masih seperti biasanya. Era globalisasi mengharuskan tenaga kesehatan berbenah diri. Peluang dan tantangan yang menghadang harus diterobos breakthrough dengan peningkatan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan Indonesia yang hanya dapat dicapai bila tenaga kesehatan Indonesia dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan Standar Profesinya. Standar Profesi sebagai acuan oleh tenaga kesehatan merupakan persyaratan yang mutlak harus dimiliki. Mengukur kemampuan tenaga kesehatan dapat diketahui dari standar profesi yang harus dipatuhi terlebih lagi apabila dalam penyusunan standar profesi tersebut disusun setelah mengadakan bedah buku dengan profesi yang sama dari negara lain yang berstandar internasional. Profesi Kesehatan di Indonesia diharuskan memiliki standar profesi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 pasal21 dan 22 menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi ditetapkan oleh Menteri. 168 Pasal 54 ayat 3 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 169 Pasal 54 ayat 4 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit banyak atau dengan kata lain permintaan yang tinggi dan ketersedian tenaga medis dalam negeri masih sedikit kemungkinan lini-lini yang kosong bakal diisi tenaga medis asing. Yang lebih penting lagi adalah dapat bersaing dengan Negara- negara lain. Karena kawasan ASEAN sudah menjadi satu pasar, kita tak usah berpikir apakah kita bakal menang kompetisi di dalam negeri, sudah harus berpikir lebih luas yaitu dalam kawasan ASEAN. Calon tenaga medis tidak bisa menutup mata akan diterapkannya AEC Asean Economic Community pada 2015 nanti. Dengan kondisi ekonomi yang mengkhawatirkan, apalagi dengan kondisi pemenuhan kebutuhan tenaga medis yang masih kurang belum lagi isu kualitas dibandingkan Negara lain tentu sangat mengkhawatirkan. Sudah jelas kita tidak bisa acuh tak acuh atas kondisi yang akan hadapi Lalu apa yang dapat lakukan sebagai mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi Asean Economic Community. Tentu yang paling dasar adalah mengetahui tentang Asean Economic Community. Dengan mengetahui setidaknya tahu dan sadar akan keadaan yang akan kita hadapi. Solusi tidak akan muncul dan tepat sasaran tanpa tahu apa masalah, keadaan, realita yang ada, perubahan birokrasi, hukum dan kebijakan baru yang punya efek baru pada profesi nanti sebagai tenaga kesehatan termasuk seperti masuknya tenaga medis asing dan mudahnya keluar masuk barang, jasa, investasi dan modal. Sehingga kita tidak buta dan sudah menyesuaikan diri sehingga mempermudah langkah nantinya. Setelah mengetahui tentang Asean Economic Community dan kebijakan dan aturan-aturan baru khususnya yang berkaitan mengenai tenaga medis. Dengan membagi informasi-informasi tersebut berarti masyarakat telah membantu lebih banyak lagi untuk sadar agar mulai mempersiapkan diri dan terakhir tentu hal yang paling mendasar bagi sebagai masyarakat, yaitu terus belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kompetensi dan nilai yang baik agar tidak kalah saing dengan tenaga medis asing dan mulailah tanamkan sikap profesionalisme sebagai bentuk pemupukan kualitas di masa depan nanti guna menjadi pemeran utama pada Asean Economic Community nanti. Dengan usaha- usaha persiapan tadi minimal telah mempersiapkan diri sebagai masyarakat sejak dini tentunya agar tujuan Asean Economic Community itu sendiri tercapai. 170 170 Nindya Ashaq, “Upaya Bidan dalam Menghadapi ASEAN”, http:nindyaahsq13.blogspot.com.html, diakses tanggal 3 Mei 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN