C. Pelayanan Penanaman Modal
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.
53
Kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali
atas permohonan penanam modal.
54
Kemudahan pelayanan danatau perizinan atas fasilitas keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal diberikan
setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
55
Kemudahan pelayanan danatau perizinan atas fasilitas perizinan impor dapat diberikan untuk impor.
56
Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai
penanaman modal.
57
Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga
atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupatenkota.
58
53
Rianti, “Pengertian Pelayanan apa itu Pelayanan”, http:www.pengertianahli.com 201408pengertian-pelayanan-apa-itu-pelayanan.html, diakses tanggal 30 April 2015
54
Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
55
Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
56
Pasal 24 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
57
Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
58
Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Proses persetujuan dan perizinan penanaman modal yang mudah, cepat, efisien serta tidak berbelit-belit merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh
pelaku usaha. Sementara prosedur persetujuan dan perizinan yang berbelit-belit dan birokrasi yang panjang merupakan suatu kendala yang sangat memberatkan
bagi pelaku usaha. Untuk itu pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan penanaman modal. Singkatnya menciptakan iklim yang
kondusif bagi pelaku usaha merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah. Pelaksanaan pelayanan perizinan di bidang penanaman modal sejak
dikeluarkan Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 29 Tahun 2004, menandakan satu era globalisasi dilakukannya pelayanan perizinan
penanaman modal secara sentralistik di BKPM. Dikeluarkan aturan tersebut maka pemerintah daerah tidak lagi punya kewenangan untuk melakukan
penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal. Persetujuan dan perizinan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan
Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang
Penanaman Modal, pada dasarnya untuk mememberikan pelayanan yang baik bagi para penanam modal. Namun persetujuan dan perizinan pelayanan dengan
sistem satu atap one roof service lebih bernuansa sentraliasasi daripada memberikan pelayanan yang baik kepada para penanam modal. Karena
pelayanan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan
Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal secara substantif hanyalah menekankan pada semua persetujuan dan perizinan penanaman modal berada di
Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM Pusat. Seharusnya konsep pelayanan satu atap juga bisa dilaksanakan oleh institusi penyelenggaraan
penanaman modal yang ada di Propinsi, Kabupaten atau kota.
59
Realita pelayanan menunjukkan bahwa pelayanan dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh suatu lembaga pelayanan dapat berubah-ubah. Baik tidaknya
kualitas pelayanan selalu berhubungan dengan apa yang dialami calon investorinvestor. Mutu sebuah pelayanan hanya diketahui secara pasti apabila
terjadi proses dalam konsumsi, sedangkan prilaku calon investor sangat dipengaruhi oleh mutu yang diberikan. Sedangkan untuk mengetahui pelayanan
yang diberikan dengan diterbitkannya Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 mengalami kenaikan atau penurunan kualitas pelayanan adalah sangat
penting dilakukan. Hasil analisis kualitas pelayanan ini tentu akan merupakan suatu masukan yang sangat berarti bagi peningkatan proses pelayanan di BKPM
khususnya. Dalam rangka menindaklanjuti Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, dan Perpres Nomor 27 Tahun 2009 tersebut saat ini BKPM telah melakukan pembenahan baik secara internal maupun untuk
kepentingan pelaksanaan pelayanan perizinan di daerah antara lain dengan melakukan perubahan pedoman tata cara permohonan penanaman modal,
pengendalian pelaksanaan penanaman modal, mengatur kembali standar prosedur perizinan penanaman modal, membangun Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik SPIPISE.
59
Analisis Terhadap Sentralisasi Persetujuan dan Perizinan Penanmana Modal Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Penanaman
Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Pelayanan Satu Atap, hal 133-134, 2005
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007, penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan
dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum dan badan usaha yang tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan.
Pelayanan permohonan perizinan penanaman modal di Indonesia dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP. Kewenangan pelayanan di
tingkat pusat dimiliki oleh PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM . PTSP BKPM melayani penyelenggaraan:
1. penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi;
2. kepentingan nasional pemerintahan di bidang penanaman modal
3. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal
asing. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di tingkat provinsi
dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PDPPM. Sementara itu, penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di
tingkat kabupaten kota dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten Kota bidang Penanaman Modal PDKPM. Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai
berikut : 1.
Penanam modal asing wajib melakukan Pendaftaran untuk melakukan penanaman modal sementara penanam modal dalam negeri tidak diwajibkan
melakukan Pendaftaran kecuali memang diperlukan.
2. Penanam modal yang akan melakukan penanaman modal dapat langsung
mengajukan permohonan Pendaftaran ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin pendaftaran sebelum berstatus badan hukum
perseroan terbatas dan wajib ditindaklanjuti dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas.
3. Penanam modal yang akan melakukan penanaman modal dapat mengajukan
permohonan Pendaftaran ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin pendaftaran sebelum berstatus badan hukum perseroan
terbatas apabila memiliki akta pendirian perusahaan dari notaris. 4.
Penanam modal yang telah disahkan sebagai badan hukum perseroan terbatas oleh Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia yang akan
melakukan penanaman modal dapat mengajukan permohonan Pendaftaran ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin pendaftaran.
5. Penanam modal yang sudah mendapatkan izin pendaftaran dapat
mengajukan Izin Pelaksanaan konstruksi perusahaan sebelum melakukan kegiatan produksi atau komersialisasi.
6. Penanam modal yang sudah mendapatkan izin pendaftaran dapat menerima
fasilitas non fiscal. 7.
Perusahaan penanaman modal asing yang telah berstatus badan hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas dan
dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan fasilitas fiskal, wajib mengajukan permohonan kepemilikan Izin Prinsip Penanaman Modal.
Perusahaan penanaman modal asing yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan Izin Prinsip.
8. Perusahaan penanaman modal yang dalam pelaksanaan penanaman
modalnya telah siap melakukan kegiatan berproduksi komersial, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha Tetap IUT ke Pelayanan Tepadu Satu
Pintu.
60
D. Bidang Usaha Penanaman Modal