Kebijakan Penanaman Modal Indonesia

dari luar negeri. 44 Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 45 Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian; dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 46 Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk: 47 a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. menciptakan lapangan kerja; c. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; e. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; g. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan h. ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Kebijakan Penanaman Modal Indonesia

Keadaan ekonomi Indonesia menjadi sangat terpuruk pada saat Indonesia dilanda krisis pada tahun 1997 yang berakibat luas. Krisis tersebut telah 44 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Bayumedia Publising 2003, hlm 8 45 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 46 Pasal 3 ayat 1 Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 47 Pasal 3 ayat 2 Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia dan memaksa Indonesia untuk melakukan perubahan di mana ekonomi, politik, sosial, dan hukum mengalami tranformasi dan reformasi menuju kepada suatu sistem baru yang diharapkan akan lebih berkeadilan, andal dan berkelanjutan. Pemulihan ekonomi berjalan sangat lambat sebagai akibat kinerja investasi yang buruk yang disebabkan sejumlah permasalahan yang mengganggu pada tiap tahap penyelenggaraannya. Keadaan tersebut menyebabkan lesunya kegiatan investasi baru yang mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Situasi tersebut diperparah dengan belum efesiennya fasilitas perdagangan nasional yang berkaitan dengan aktivitas ekspor impor. Untuk mewujudkan iklim investasi maka kebijakan penanaman modal Indonesia di arahkan untuk: 48 1. Mengurangi biaya transaksi dan praktik ekonomi biaya tinggi baik untuk tahapan memulai maupun tahapan operasi suatu bisnis. 2. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakan hukum, terutama berkenaan dengan kepentingan untuk menghormati kontrak usaha, menjaga hak kepemilikan, terutama berkenaan dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme penyelesaian konflik atau perbedaan pendapat. 3. Memperbaiki kebijakan investasi dengan merumuskan cetak biru blue print pengembangan kebijakan investasi kedepan termasuk melakukan revisi terhadam Undang-Undang Penanaman Modal. 48 Kiki Yani dan Ipien, “Arah kebijakan Penanaman Modal Asing”, http:kiyay- ipien.blogspot.com201108arah-kebijakan-penanaman-modal-asing-di.html, diakses tanggal 30 April 2015 4. Memperbaiki harmonisasi peraturan perundang-undangan antara pusat dan daerah terutama dalam pengembangan formalisasi dan operasionalisasi usaha di daerah-daerah dengan mengedepankan prinsip kepastian hukum, deregulasi dan efisiensi dalam biaya dan waktu pengurusan. 5. Meningkatkan akses dan perluasan pasar ekspor serta penguatan kinerja eksportir.Di bidang perdagangan dalam negeri, kebijakan diarahkan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas sistem distribusi nasional, tertib niaga, dan kepastian berusaha. Dalam meningkatkan arus penanaman modal ke Indonesia, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah. Upaya tersebut, antara lain dengan pendelegasian kewenangan pengelolaan penanaman modal kepada pemerintah daerah. Hanya saja pendelegasian kewenangan tersebut belum sepenuhnya berjalan. Hal ini disebabkan belum tertatanya pembagian pengelolaan investasi secara cermat. Oleh karena itu, terkesan pemerintah pusat belum sepenuhnya mendelegasikan wewenang ke pemerintah daerah dalam urusan penanaman modal. Secara normatif, memang dengan diundangkannya UUPMA pada tahun 1967, pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk mengatur masalah penanaman modal asing. Dalam UUPMA, pemerintah diberi wewenang untuk : 49 1 Menentukan perincian bidang-bidang bagi modal asing 2 Menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Penanam Modal Asing secara kasuistis 3 Menetapkan bidang-bidang usaha tertentu yang tidak boleh ditanam oleh modal asing 49 Pandji Anoraga dan Pidji, Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Penerbit Rieneka Cipta, 2003, hal 17 4 Menetapkan bidang-bidang usaha yang dapat diadakan kerjasama antara modal asing dan modal nasional. Jadi kewenangan untuk memutuskan boleh tidaknya suatu investasi masih ada di pemerintah pusat, dalam hal ini diwakili oleh Badan Koordinasi dan Kebijakan Penanaman Modal, jika masalah pengelolaan penanaman modal modal masih bersifat sentralistik, tentunya kurang menguntungkan, terlebih lagi nuansa penanaman modal yang ada sekarang ini semakin liberal dan penuh persaingan dengan negara-negara tetangga, seperti di kawasan ASEAN. Maka untuk memotong mata rantai birokrasi penanaman modal ini, sebenarnya beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah antara lain menerbitkan berbagai kebijakan di bidang penanaman modal yakni dengan diterbitkannya : 1. Keputusan Presiden RI Nomor 116 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Dalam pasal 2 disebutkan “Badan Koordiansi Penanaman Modal Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan penanaman modal daerah, memberikan persetujuan dan perizinan penananam modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri tertentu ditetapkan oleh Menteri NegaraKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal beradsarkan kriteria tertentu, dan melaksanakan pengawasan atas pelaksanaannya”. 2. Instruksi Presiden Nomor 22 Tahun 1998 tentang Penghapusan Kewajiban Memiliki rekomendasi instansi teknis dalam permohonan persetujuan penanaman modal. Penanaman modal atau investasi merupakan pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara karena ekonomi Negara yang hendak tumbuh berkelanjutan membutuhkan modal terus-menerus. Dengan pendapatan per kapita yang rendah, Indonesia memupuk modal dengan kecepatan tinggi untuk mengejar ekonomi yang berpendapatan lebih tinggi. Kebutuhan akan modal secara terus- menerus hanya dapat dipenuhi apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, seperti dengan melakukan perbaikan koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenanga kerja dan keamanan berusaha. Dengan adanya perbaikan di bidang-bidang tersebut maka harapan untuk mendapatkan modal secara terus-menerus akan dapat terealisasikan. Untuk itu dalam kaitannya dengan penanaman modal, perlu dan patut ditonjolkan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peninggian mobilitas. Kebijakan penanaman modal yang mengandung pembatasan-pembatasan ketat dan merupakan praktik luas hampir di semua Negara berkembang harus diganti dengan kebijakan penanaman modal yang lebih terbuka. Nondiskriminasi dan perlakuan yang sama bagi modal dalam negeri dan modal asing diterima sebagai salah satu asas penting dalam kebijakan penanaman modal dan juga Perampingan daftar negatif penanaman modal sebagai salah satu kebijakan yang dapat mendorong majunya penanaman modal. Kebijakan penanaman modal Indonesia harus diharmoniskan dengan perubahan-perubahan besar melalui deregulasi yang bersifat pragmatik. Oleh karena itu, Undang-Undang Penanaman Modal harus mengatur hal hak penting, antara lain seperti semua hal yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor yang meliputi kebijakan dasar penanaman modal, bentuk keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi yang diwujudkan dengan pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal dan tanggung jawab penanaman modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang didalamnya mengatur mengenai kelembagaan urusan penanaman modal dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Karena pada prinsipnya para pemilik modal menginginkan suatu kemudahan dalam melakukan usahanya, mengakibatkan persaingan diantara negara-negara berkembangan untuk menarik penanam modal, sehingga tiap Negara berlomba memberikan kemudahan bagi para penanaman modal yang diwujudkan dalam bentuk undang-undang ataupun kebijakan pemerintah sebagai bentuk kepastian hukum bagi para penanam modal. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengalami perluasan makna tentang definisi modal itu sendiri, bahwa yang dimaksud dalam modal tidak hanya mencangkup valuta asing, alat-alat produksi dan penanam namun juga mencangkup modal portofolio, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga memberikan kebijakan izin penanaman modal kepada penanam modal untuk menanamkan modalnya tanpa adanya batas waktu selama memenuhi peraturan perundang-undnagan sementara dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 pemerintah hanya memberikan izin selama 30 Tahun. Kebijakan pemberian izin kepada para penanam modal dalam jangka waktu yang tak terbatas tentunya dapat menambah minat kepada para penanam modal untuk menanamkan modalnya di Indonesia terlebih lagi dengan adanya daftar negatif yang sangat pendek yang diberikan oleh Undang-Undnag Nomor 25 Tahun 2007 membuka lebih banyak lagi ruang-ruang berusaha bagi para penanam modal. 50 Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk: 51 1. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan 2. mempercepat peningkatan penanaman modal. Dalam menetapkan kebijakan dasar Pemerintah: 52 1. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. 2. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan 3. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Berikut penjelasan diatas menetapkan kebijakan dasar Pemerintah yaitu: 1. Yang dimaksud dengan “perlakuan yang sama” adalah bahwa Pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundangundangan. 50 Siti Painan, “Undang-undang Penanaman Modal pasca lahirnya undang-undang No.15 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal”, http:lppm.stih-painan.ac.idundang-undang- penanaman-modal-pasca-lahirnya-undang-undang-no-25-tahun-2007-tentang-penanaman-modal, diakses tanggal 30 April 2015 51 Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 52 Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 2. Secara umum kepastian hukum sebagai konsep menekankan pada perkataan kepastian dan mengenai kepastian certainty itu sendiri berarti absence of doubt; accuracy; precision; definite. Kepastian hukum mengarah pada deskripsi tentang hukum yang meyakinkan, teliti, tepat, dan pasti. Kondisi iklim berusaha dan resiko investasi yang positif ternyata kemudian membuahkan hasilnya. Perusahaan-perusahaan domestik tanpa ragu-ragu dapat melakukan ekspansi usahanya disegala lini produksi. Minat untuk melakukan investasi secara langsung pada sektor riil yang dilakukan oleh masyarakat bisnis dan industri meningkat tajam baik berbagai sektor. Iklim investasi yang kondusif seperti adanya kepastian hukum, stabilitas politik dan jaminan keamanan, kebijakan pemerintah yang pro investasi, serta tersedianya sarana dan prasarana umum yang memadai, adalah faktor utama yang dapat meningkatkan minat calon investor. Kepastian hukum sangat dibutuhkan dalam upaya menarik minat penanam modal. Ini ditandai oleh keselarasan regulasi bidang penanaman modal, baik di tingkat nasional maupun daerah. 3. Usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi diberikan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya dan dijamin kepastian usahanya dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi, serta diperluas aksesnya kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan usaha dan potensi sumberdaya lokal yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha agribisnis serta mengembangkan ragam produk unggulannya.

C. Pelayanan Penanaman Modal