BAB IV IMPLIKASI MEA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING
SEKTOR USAHA RUMAH SAKIT
A. Pengaturan Rumah Sakit di Indonesia
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata dalam bahasa Latin hospitalis yang berarti tamu. Secara lebih luas kata
itu bermakna menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan charitable,
untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para pemuda.
Di Indonesia, evolusi rumah sakit dimulai dengan munculnya rumah sakit- rumah sakit milik misi keagamaan yang pelayanannya bersifat kedermawanan.
Selanjutnya muncul rumah sakit-rumah sakit milik perusahaan yang dibangun khusus untuk melayani karyawan perusahaan misalnya perkebunan,
pertambangan, dan lain-lain. Setelah itu lalu muncul rumah sakit-rumah sakit yang berasal dari praktik pribadi dokter, atau kadang-kadang juga praktik pribadi
bidan, yang mula-mula berkembang menjadi klinik. Beberapa dasawarsa terakhir, muncullah rumah sakit-rumah sakit yang dibangun sepenuhnya oleh pemilik
modal yang bukan dokter. Setelah kemerdekaan, perumahsakitan di Indonesia berkembang pesat,
sehingga muncul berbagai macam rumah sakit, baik milik swasta maupun milik pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, jenis rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
1. Rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 2.
Rumah sakit khusus merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitas yang terpisah dan
berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Rumah sakit adalah bagian dari sistem kesehatan dan perannya adalah mendukung pelayanan kesehatan dasar melalui
penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization WHO, Rumah Sakit harus
terintegrasi dalam sistem kesehatan di mana ia berada. Fungsinya adalah sebagai
pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.
100
Lebih rinci dalam perundangan itu disebutkan, pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi. Pasien juga berhak
mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan. Bahkan, menggugat dan menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan tidak sesuai standar, baik secara pidana maupun perdata. Termasuk, mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik. Dijelaskannya, undang-undang baru tentang rumah sakit itu antara lain mengatur tentang persyaratan penyelenggaraan rumah sakit,
klasifikasi rumah sakit, masalah perizinan, kewajiban dan hak pasien dalam hubungan hukum dengan rumah sakit serta kewajiban dan hak rumah sakit, dan
Pengaturan pola tarif dan berbagai hal terkait pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit ditujukan untuk
memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pasien dan pengelola rumah sakit. Supaya ada kepastian hukum bagi pasien dan pengelola rumah sakit.
Dan harapannya, ke depan pelayanan rumah sakit bisa lebih baik. Dengan disahkannya undang-undang rumah sakit, ini adalah terobosan baru dimana
pemerintah bisa mengatur dan dapat lebih mengawasi seluruh rumah sakit termasuk rumah sakit swasta demi perlindungan kepada masyarakat. Dalam
perundangan tersebut diatur hak dan kewajiban rumah sakit serta pasien.
100
Muana Nanga, “Pengertian Rumag Sakit dalam PKRS”, http:promosi-kesehatan- rs.blogspot.com201407pengertian-rumah-sakit-dalam-pkrs-bab-ii.html, diakses tanggal 1 Mei
2015
terpenting, ada aturan tentang perlindungan bagi pasien dan pengelola rumah sakit.
Kewajiban rumah sakit lainnya mulai dari memberikan informasi yang benar tentang rumah sakit kepada pasien, menghormati hak pasien dan
melindungi para pekerja kesehatan di rumah sakit tersebut. Pelanggaran atas seluruh kewajiban tersebut dikenakan sanksi administratif mulai dari teguran,
teguran tertulis atau denda hingga pencabutan izin rumah sakit. Dalam perundangan tersebut, menteri menetapkan pola tarif nasional untuk rumah sakit
pemerintah. Pola tarif nasional menjadi pedoman dasar yang berlaku secara nasional dalam pengaturan besaran tarif rumah sakit. Undang-undang juga
mengatur pengelolaan, penyelenggaraan, akreditasi, pembentukan jaringan dan pelaksanaan sistem rujukan di rumah sakit serta pola tarif dan pembiayaan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pola tarif rumah sakit sebelumnya ditetapkan berdasar unit pembiayaan
dengan mempertimbangkan kemampuan finansial rumah sakit dan masyarakat serta jenis tindakan pelayanan yang diberikan. Penghapusan klasifikasi kelas
pelayanan sebagai implementasi pemberlakuan Undang Undang UU Rumah Sakit tidak akan menghilangkan pendapatan rumah sakit milik pemerintah hingga
di tingkat daerah. Sebab, meski hanya memiliki klasifikasi pelayanan kelas III, rumah sakit pemerintah tidak akan rugi, mengingat pasien yang dirawati dijamin
melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas. Melalui program Jamkesmas ini, segala bentuk pelayanan yang dilakukan akan ditanggung oleh
masing- masing pemerintah. Artinya klaim rumah sakit pasti dibayar. Dihapuskannya pelayanan rumah sakit kelas I dan II semata- mata untuk
memberi kepastian hukum pelayanan kesehatan yang menjadi hak dasar masyarakat. Rumah sakit pemerintah -hingga di tingkat daerah sekalipun-masih
memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya melalui pengadaan fasilitas tambahan yang mekanismenya diatur badan layanan umum BLU,
demikian beberapa pendapat yang disampaikan pengamat kesehatan. karena pelaksanaan klasifikasi kelas sebagaimana diatur dalam UU Rumah Sakit
ini masih harus menunggu aturan pelaksananya, seperti Peraturan Pemerintah PP, Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Permendagri, maka dengan demikian pihak pengelola rumah sakit pemerintah, masih memiliki waktu untuk mempersiapkan langkah-langkah yang
harus diambil dengan penghapusan klasifikasi kelas ini. Bahkan penghapusan klasifikasi semacam ini sudah diterapkan di sejumlah negara maju, seperti Inggris
dan Australia. Hal ini semata-mata merupakan bagian dari upaya untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya peraturan mengenai penetapan tarif yang ditentukan oleh pemerintah, maka diyakini ke depannya akan berpengaruh positif terhadap
standarisasi pelayanan dalam jangka panjang, peningkatan mutu pelayanan, perlindungan terhadap konsumen, serta tidak ada lagi persaingan tidak sehat
antara rumah sakit Undang- undang ini harusnya disikapi sebagai semangat untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien, tanpa membedakan
kelas. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.
Undang-undang ini sangat positif karena memberi kepastian hukum masyarakat dalam hal hak mendapatkan pelayanan kesehatan.
101
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa rumah sakit merupakan
pusat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan,
rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.
102
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
103
Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan
jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita, cidera dan
melahirkan.
104
Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin
101
Agus Irianto, Sang Hospital Bali, http:www.sanglahhospitalbali.com v1informasi.php?ID=5 diakses tanggal 1 Mei 2015
102
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147MENKESPERI2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit
103
Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2013 tentang Badan Pengawas Rumah Sakit
104
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesahatan Nomor 1045MENKESPERXI2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.
105
Rumah Sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
106
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
107
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
108
1. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
2. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit; 3.
meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan 4.
memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
109
Untuk menjalankan tugas Rumah Sakit mempunyai fungsi:
110
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit; 2.
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
105
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340MENKESPERII2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
106
Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
107
Pasal 2 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
108
Pasal 3 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
109
Pasal 4 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
110
Pasal 5 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan 4.
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; Demikian pula dengan timbulnya iklim reformasi di bidang politik,
ekonomi, hukum dan sosial budaya, akan sangat berpengaruh kepada kelangsungan hidup organisasi rumah sakit. Hal ini mengakibatkan faktor-faktor
lingkungan luar rumah sakit akan memiliki pengaruh yang hampir setara dengan faktor-faktor dalam organisasi rumah sakit itu sendiri. Reformasi pembiayaan
melalui sistem jaminan kesehatan kepada masyarakat dan jaminan keuangan bagi rumah sakit dalam meningkatan keterjangkauan pelayanan. Lebih lanjut, untuk
menolong masyarakat banyak, sistem subsidi silang diselenggarakan di rumah sakit. Reformasi rumah sakit di Indonesia telah dilakukan juga sebagai respon
terhadap dampak globalisasi yang mengakibatkan salah satunya adalah masuknya investor dan tenaga kesehatan asing ke Indonesia. Peningkatan mutu pelayanan
kesehatan merupakan salah satu cara rumah sakit di Indonesia untuk siap bersaing dengan rumah sakit dalam negeri maupun rumah sakit negara tetangga.
Sehubungan dengan telah dikembangkannya Pendekatan Rumah Sakit Proaktif sejak 1997 di mana salah satu esensinya adalah Rumah Sakit Proaktif
harus dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit Promotor Kesehatan Health Promoting Hospital yang juga melaksanakan kegiatan Promotif maupun
preventif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit dan masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang
sehat. Gerakan menjadi Rumah Sakit Promotor Kesehatan akan menghasilkan reorientasi pelayanan rumah sakit di mana klien rumah sakit adalah pasien dan
orang sehat.
111
B. Rumah Sakit sebagai Bidang Usaha yang Terbuka bagi Kegiatan