Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal

2.3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2.3.1. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan.

2.3.2. Tenaga Kependidikan

Adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, pustakawan, laboran, dan lainnya.

2.3.3. Pendidikan Non Formal

Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional memiliki 3 jalur yakni formal, non formal, dan informal. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar Universitas Sumatera Utara masyarakat PKBM, majelis taklim, serta berbagai satuan pendidikan sejenis yang dikelola oleh masyarakat. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan SNP. Dengan memperhatikan jenis, fungsi dan peranan yang diemban jalur pendidikan non formal yang sangat banyak dan beragam, maka sudah saatnya semua pihak baik pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat umum untuk memperhatikan dan memberdayakan keberadaan jalur pendidikan non formal dan kemudian mendudukkannya pada posisi dan tempat yang setara dengan jalur pendidikan formal sesuai dengan amanat dari UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ilmiah, pemilihan metode merupakan salah satu tahap yang sangat perlu. Metode penelitian menjadi pedoman dalam memecahkan berbagai masalah yang akan diungkapkan. Penggunaan metode sangat membantu penulis untuk berfikir secara tepat dan meningkatkan sifat obyektifitas dalam mencari kebenaran pengetahuan. Hadi 1981:63 mengatakan bahwa penelitian research merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. John Dewey Notoatmojo, 1993:19 mengartikan bahwa metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah. Selanjutnya Almack 1939 mendefenisikan bahwa metode penelitian adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian, maka penelitian pada dasarnya adalah proses penerapan metode ilmiah tersebut yang hasilnya adalah ilmu dan kebenaran.

3.1. JenisDesain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni menganalisis pelaksanaan diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan, maka akan dianalisis melalui pendekatan kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis pelaksanaan diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan dan Universitas Sumatera Utara