Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return On Assets Bank Umum Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON

ASSETS BANK UMUM DI INDONESIA

OLEH

HETTI K. BR TARIGAN 080501111

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON ASSETS BANK UMUM DI INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesi (BI) Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, KAP, NPL dan BOPO dapat menjelaskan variabel ROA sebesar 57,0714% sedangkan 42,9286% dijelaskan oleh variabel lainnya. CAR (Capital Adequacy Ratio) dan KAP (Kualitas Aktiva Produktif) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.

Berdasarkan uji asumsi klasik ditemukan multikolinieritas dan autokorelasi. Multikolinieritas diobati dengan mengeluarkan variabel KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dan autokorelasi diobati dengan menggunakan model AR(1) dan dibuktikan dengan menggunakan LM test.

Kata Kunci: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Non Performing Loan dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional.


(3)

ABSTRACK

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING RETURN ON ASSETS OF COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA

Formulation of the problem in this study is how to influence CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia. The purpose of this study was to determine the effect of CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia.

The hypothesis in this study is the CAR (Capital Adequacy Ratio) positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect the ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia.

Secondary data collection is done by taking data published by the Bank Indonesi (BI) of Medan. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS).

The results showed that the variable CAR, KAP, NPL and BOPO may explain the variable ROA of 57.0714% while 42.9286% is explained by other variables. CAR (Capital Adequacy Ratio) and KAP (Earning Assets) has a positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect on ROA (Return On Asset) Commercial Banks in Indonesia.

Under the assumptions of classical test found multicollinearity and autocorrelation. Multicollinearity is treated by removing the variable KAP (Quality of Earning Assets) and the autocorrelation is treated by using AR model (1) and proved by using the LM test.

Keyword: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Assets Quality, Non-performing loans and Operating Cost of Operating Income.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia dan berkat-Nya dalam penyelesaian skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return On Assets Bank Umum Di Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan

3. Bapak Syahrir Hakim Nasution, SE, M.Si., selaku sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, MSi., selaku sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing 7. Bapak Drs. Sahat Silaen, M.Si., selaku Dosen Penguji

8. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si., selaku Dosen Penguji

9. Bapak L. Tarigan dan Ibu J. Br Ginting, selaku Orangtua dan keempat adik penulis Riski, Adlin, Della dan Ledy yang selalu memberi dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

10.Teman-teman EP ’08. Rolis, Natalia, Rut Leny, Nina Lusia, Rut Mawarni, Yosefi dan teman-teman semua yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap supaya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan,

Penulis 01 Maret 2012


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...…....i

ABSTRACT………...…..…….……..ii

KATA PENGANTAR……….…….….…iii

DAFTAR ISI……….…………..v

DAFTAR TABEL……….……..……...ix

DAFTAR GAMBAR………...………...x

DAFTAR LAMPIRAN……….……xi

BAB I PENDAHULUAN……….…...1

1.1 Latar Belakang………..1

1.2 Perumusan Masalah………..5

1.3 Tujuan Penelitian………..5

1.4 Manfaat Penelitian………6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..7

2.1 Bank………...………..7

2.1.1 Pengertian bank………7

2.1.2 Fungsi Bank……….8

2.1.3 Jenis-Jenis Bank………...9

2.2 Bank Umum……….………..15

2.2.1 Pengertian Bank Umum……….15

2.2.2 Kegiatan Bank Umum………16

2.2.3 Sumber Dana Bank Umum………...…….18

2.2.4 Alokasi Dana Bank Umum………23


(7)

2.2.4.2 Alokasi dana menurut sifat aktiva…………..30

2.2.5 Risiko-Risiko Usaha Bank Umum……….31

2.2.6 Neraca Bank Umum………...33

2.2.7 Penilaian Kesehatan Bank Umum………..35

2.2.8 Return On Assets (ROA)………...39

2.2.9 Capital Adequacy Ratio (CAR)……….39

2.2.10 Kualitas Aktiva Produktif (KAP)……….…40

2.2.11 Non Performing Loan Ratio (NPL)………...……40

2.2.12 Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)………..41

2.3 Penelitian Terdahulu………...…...41

2.4 Kerangka Konseptual……….……44

2.5 Hipotesis Penelitian………...45

BAB III METODE PENELITIAN……….46

3.1 Ruang Lingkup Penelitian……….46

3.2 Jenis Dan Sumber Data………..46

3.3 Pengolahan Data………46

3.4 Model Analisis Data………..47

3.5 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit)………..48

3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)………48

3.5.2 Uji F-Statistik……….48

3.5.3 Uji t-Statistik………..50

3.6 Uji Asumsi Klasik………..52

3.6.1 Uji Normalitas………52

3.6.2 Multikolinieritas……….52

3.6.3 Autokorelasi………...53

3.7 Defenisi Operasional………..55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….57


(8)

4.1.1 Perkembangan Perbankan Dalam Perekonomian……..57

4.1.2 Perkembangan ROA Bank Umum……….62

4.1.3 Perkembangan CAR Bank Umum……….64

4.1.4 Perkembangan KAP Bank Umum………...66

4.1.5 Perkembangan NPL Bank Umum………..68

4.1.6 Perkembangan BOPO Bank Umum….………..70

4.2 Hasil Penelitian………..………72

4.2.1 Interprestasi Model………73

4.2.2 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit) ………74

4.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2)………...74

4.2.2.2 Uji F-Statistik………74

4.2.2.3 Uji t-statistik………..76

4.2.3 Uji Asumsi Klasik………..82

4.2.3.1 Uji Normalitas………..82

4.2.3.2 Multikolinieritas………83

4.2.3.3 Autokorelasi………..92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….97

5.1 Kesimpulan………97

5.2 Saran………..99

DAFTAR PUSTAKA……….100


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Neraca Bank Umum...34

2.2 Predikat Kesehatan Bank...38

4.1 Daftar 16 Bank Swasta Nasional yang Terkena Likuidasi...58

4.2 Perkembangan DPK dan Kredit yang disalurkan Bank Umum…59 4.3 Jumlah (Kantor) Bank Umum di Indonesia (Januari2004 – Agustus 2011)………..6

4.4 ROA Bank Umum...63

4.5 CAR Bank Umum...65

4.6 KAP Bank Umum...67

4.7 NPL Bank Umum...69

4.8 BOPO Bank Umum...71

4.9 Hasil Regresi………..72

4.10 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen………..83

4.11 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen………..83

4.12 Hasil Regresi………..84

4.13 Hasil Estimasi Regresi………...94


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Diagram Pool of Funds Approach... ...23

2.2 Diagram Pool of Funds Approach...25

2.3 Kerangka Konseptual...44

3.1 Kurva Uji F statistik...50

3.2 Kurva Uji t-statistik...52

3.3 Kurva Durbin Watson...54

4.1 Kurva Uji F statistik...75

4.2 Kurva Uji t-statistik variabel CAR...77

4.3 Kurva Uji t-statistik variabel KAP...78

4.4 Kurva Uji t-statistik variabel NPL...80

4.5 Kurva Uji t-statistik variabel BOPO...81

4.6 Hasil Uji Normalitas………..82

4.7 Hasil Uji Normalitas………..86

4.8 Kurva Uji F statistik...87

4.9 Kurva Uji t-statistik variabel CAR...89

4.10 Kurva Uji t-statistik variabel NPL...90

4.11 Kurva Uji t-statistik variabel BOPO...92


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman


(12)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON ASSETS BANK UMUM DI INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesi (BI) Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, KAP, NPL dan BOPO dapat menjelaskan variabel ROA sebesar 57,0714% sedangkan 42,9286% dijelaskan oleh variabel lainnya. CAR (Capital Adequacy Ratio) dan KAP (Kualitas Aktiva Produktif) berpengaruh positif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia sedangkan NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) berpengaruh negatif terhadap ROA (Return On Asset) Bank Umum di Indonesia.

Berdasarkan uji asumsi klasik ditemukan multikolinieritas dan autokorelasi. Multikolinieritas diobati dengan mengeluarkan variabel KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dan autokorelasi diobati dengan menggunakan model AR(1) dan dibuktikan dengan menggunakan LM test.

Kata Kunci: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Kualitas Aktiva Produktif, Non Performing Loan dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional.


(13)

ABSTRACK

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING RETURN ON ASSETS OF COMMERCIAL BANKS IN INDONESIA

Formulation of the problem in this study is how to influence CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia. The purpose of this study was to determine the effect of CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) against the ROA (Return On Asset) at commercial banks in Indonesia.

The hypothesis in this study is the CAR (Capital Adequacy Ratio) positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the KAP (Earning Assets), NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect the ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia.

Secondary data collection is done by taking data published by the Bank Indonesi (BI) of Medan. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS).

The results showed that the variable CAR, KAP, NPL and BOPO may explain the variable ROA of 57.0714% while 42.9286% is explained by other variables. CAR (Capital Adequacy Ratio) and KAP (Earning Assets) has a positive effect on ROA (Return On Asset) Commercial Bank in Indonesia while the NPL (Non Performing Loan) and BOPO (Operating Cost of Operating Income) negative effect on ROA (Return On Asset) Commercial Banks in Indonesia.

Under the assumptions of classical test found multicollinearity and autocorrelation. Multicollinearity is treated by removing the variable KAP (Quality of Earning Assets) and the autocorrelation is treated by using AR model (1) and proved by using the LM test.

Keyword: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Assets Quality, Non-performing loans and Operating Cost of Operating Income.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2000. Analisis Regresi (Teori, Kasus dan Solusi), Edisi II, BPFE, Yogyakarta.

Dendawijaya, Lukman, 2004. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional 1998-2003, Ghalia Indonesi, Jakarta.

_______, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi II, Ghalia Indonesia, Jakarta. Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Hakim, Abdul, 2000. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis, Ekonesia, Yogyakarta.

Kasmir, 2002. Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

_______, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisis Revisi VI, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kusumaningrum, Candra, 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return On Assets Pada Bank Daerah Di Indonesia, SkripsiUniversitas Diponegoro, Semarang.

Lubis, Irsyad, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, USU Pres, Medan. Mangani, Ktut silvanita, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Erlangga,

Jakarta.

Nainggolan, Benget M, 2011. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio

Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia, Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Nainggolan, Luvani Amelia, 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum di Sumatera Utara, Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika, USU press, Medan.

Rivai, H. Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes, 2007. Bank and Financial Institution Management, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan

Perbankan, Edisi V, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Supranto, J, 2009. Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi VII, Erlangga, Jakarta. Tambunan, Tulus, 2009. Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.


(15)

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi II,Salemba Empat, Jakarta.

Widarjono, Agus, 2007. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi II, Ekonisia, Yogyakarta.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan sengit antar bank dalam penghimpunan dana masyarakat (giro, tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank komersil mengakibatkan banyak bank kurang berhati-hati dalam penentuan kebijakannya. Akibatnya, saat krisis perekonomian pada pertengahan tahun 1997 melanda, puluhan bank harus menjalankan operasinya dengan terseok-seok bahkan 16 bank swasta nasional harus terlikuidasi.

Kondisi ini diakibatkan terlalu besar dan bebasnya bank dalam menyalurkan dana kreditnya sehingga pada saat krisis terjadi, tingkat kredit macet dan bermasalah meningkat, sementara kemampuan bank untuk memobilisasi dana dari masyarakat semakin berkurang. Keadaan ini mengakibatkan bank tersebut bersusah payah mencari dana untuk menjamin operasionalnya.

Selain dari itu, para ahli perbankan menduga bahwa beberapa alasan yang masuk akal sebagai alasan likuidasi bank-bank tersebut adalah (1) bank bersangkutan memiliki CAR yang jauh berada dibawah 8%, sebagai batas kewajaran rasio kecukupan modal berdasarkan BIS (Bank for International Settlement) dan sudah ditetapkan secara internasional dan bahkan ada bank memiliki CAR yang negatif. (2) Bank yang bersangkutan memiliki kualitas aktiva


(17)

yang kurang baik, khususnya aktiva produktif yang berupa kredit macet dan kredit bermasalah lainnya, yang dikenal dengan “aktiva produktif yang diklasifikasikan”. Buruknya kualitas aktiva produktif akan mengakibatkan nilai BDR (Bad debt ratio) bank yang bersangkutan juga kurang baik. (3) Rasio LDR (loan to deposit ratio) yang terlalu tinggi, jauh di atas 110%, dan ini berarti bahwa jumlah kredit yang diberikan jauh melebihi jumlah dana yang dikumpulkan (ditambah modal inti dan BLBI).

Dendawijaya (2005 : xiii) menyatakan bahwa “perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakain kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan ekonomi serta perbaikan sistem keuangan, khususnya perbankan”. Sehat tidaknya perbankan nasional akan sangat mempengaruhi iklim usaha nasional. Untuk itu, pemerintah memandang perlu melakukan penyempurnaan dan mengadakan perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dengan mengesahkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Dengan disahkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, di mana salah satu unsur pokoknya adalah pembentukan badan khusus yang bertugas melakukan program penyehatan perbankan nasional, maka dengan Keppres No. 27 dan No. 34 Tahun 1998 dibentuklah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), sebuah badan di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang didirikan dalam rangka program penyehatan dan rehabilitasi sektor perbankan Indonesia. Pada tanggal 13 Maret 1999, pemerintah melalui BPPN dan Bank


(18)

Indonesia mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional, yakni : (1) 38 bank nasional ditutup / bank beku operasi (BBO), (2) 7 bank nasional diambil alih /bank take over (BTO), (3) 9 bank nasional dan lain-lain diikutsertakan dalam program rekapitalisasi, (4) 73 bank nasional tidak ikut dalam program rekapitalisasi.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak sedangkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalulintas pembayaran.

Siamat (2005 : 276) menyatakan bahwa

defenisi bank diatas memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat sedangkan defenisi bank umum pada dasarnya merupakan penekanan pada fungsi tambahan bank umum dalam hal pemberian pelayanan atau jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Manajemen bank memiliki sasaran dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Sasaran tersebut pada prinsipnya dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, yaitu sasaran yang bersifat jangka pendek dan sasaran jangka panjang. Sasaran manajemen bank jangka pendek antara lain pemenuhan likuiditas, menyediakan jasa-jasa lalu-lintas pembayaran dan penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek atau instrument pasar uang. Sedangkan sasaran jangka panjang manajemen bank adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan


(19)

dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank. Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen bank harus memperhatikan beberapa hal dalam pengelolaan aktiva dan kewajibannya yaitu mengelola likuiditasnya, memperkecil risiko dengan mengalokasikan dananya pada asset yang berisiko rendah atau melakukan diversivikasi, memperoleh dana dengan biaya rendah dan menentukan jumlah modal yang harus dipertahankan dan meningkatkan modal sesuai kebutuhan.

Kondisi keuangan bank dapat dihitung dengan analisis rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur efisiensi manajemen berdasarkan tingkat profitabilitas dari pinjaman dan investasi. Indikator yang digunakan dalam bank biasanya adalah ROA (Return On Asset) yang mengukur kemampuan manajemen bank yang memperoleh laba secara keseluruhan. ROA dianggap penting bagi bank karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset (aktiva). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar.

Profitabilitas sebuah bank tentunya dipengaruhi banyak faktor, baik internal maupun eksternal dari bank itu. Faktor eksternal dapat berupa peraturan-peraturan pemerintah yang mungkin membuka atau menutup kesempatan bank dalam meningkatkan profitabilitasnya, kebijakan moneter dan tingkat hasrat masyarakat untuk menyimpan sebagian dari harta yang dimilikinya. Sedangkan faktor internal berasal dari laporan keuangan bank itu sendiri, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adalah : rasio kecukupan modal atau sering kita sebut dengan CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non


(20)

Performing Loan) dan BOPO (Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return On Assets Bank Umum di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaiamana pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?

2. Bagaiamana pengaruh KAP (Kualitas Aktiva Produktif) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?

3. Bagaiamana pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?

4. Bagaiamana pengaruh BOPO (Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.


(21)

2. Untuk mengetahui pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh KAP (Kualitas Aktiva Produktif) terhadap ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh BOPO (Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Asset ) pada Bank Umum di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROA (Return On Asset) pada Bank Umum di Indonesia.

2. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa/mahasisiwi Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BANK

2.1.1 Pengertian bank

Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas


(23)

perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara tentang bank tidak terlepas dari masalah keuangan.

2.1.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secaralebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent or trust, agent of development dan agent of services.

a. Agent Of Trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakayt percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.


(24)

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent Of Services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa pengiriman uang, penitipan barang berharga,pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

Ketiga fungsi bank di atas diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehinnga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution).


(25)

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain :

a. Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :

1. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.


(26)

b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari segi akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah :

1. Bank Milik Pemerintah

Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

Contoh bank milik pemerintah antara lain :

- Bank Negara Indonesia

- Bank Rakyat Indonesia

- Bank Mandiri

Sedangkan Bank Milik Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing propinsi. Sebagai contoh :

- BPD DKI Jakarta

- Bank Sumut


(27)

Bank jenis ini merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain :

- Bank Danamon

- Bank Internasional Indonesia

3. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh adalah :

- Bank Umum Koperasi Indonesia

4. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang bank yang ada di luar negeri, baik milik swata asing atau pemerintah asing suatu negara. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.

Contoh bank asing antara lain :

- City bank

- Standard Chartered Bank

5. Bank Milik Campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara


(28)

mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain :

- Inter Pacific Bank

c. Dilihat dari Segi Status

Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayananya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis bank bila dilihat dari segi status biasanya khusus untuk bank umum.

Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam yaitu:

1. Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan perdagangan ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso ke luar negeri, travelerscheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

2. Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan perdagangan sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan


(29)

transaksi seperti halnya bank devisa. Bank nondevisa melakukan perdagangan masih dalam batas-batas suatu negara.

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu:

1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini disebabkan tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia di mana asal mula Bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda (Barat). Dalam mencari keuntungan dan menetukan harga kepada para nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :

a. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penetuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.

b. Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.


(30)

2. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :

a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)

c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)

d. Pembiayaan baranh modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)

e. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai syariah islam. Kemudian sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan Bank Prinsip Syariah dasar hukumnya adalah al-Quran dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.


(31)

2.2 BANK UMUM

2.2.1 Pengertian Bank Umum

Bank umum adalah suatu lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah mencari keuntungan, yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya. Pendapatan bank bersumber dari hasil kegiatan yang berupa pinjaman dan jasa keuangan lainnya. Sedangkan biaya bersumber dari biaya bunga dana, biaya pencadangan atas resiko kredit dan lain-lain.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, “bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberi jasa dalam lalulintas pembayaran”. Ketentuan undang-undang ini memungkinkan bank umum untuk memilih corak kegiatannya apakah secara konvensional atau beraktivitas berdasarkan prinsip syari’ah Islam atau kedua-duanya sekaligus. Ketentuan ini juga memberi peluang usaha yang luas bagi bank umum disamping mereka juga senantiasa dapat menyesuaikan corak kegiatannya sesuai dengan kondisi dan tuntutan zaman.

2.2.2 Kegiatan Bank Umum

Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Menghimpun Dana (Funding):

Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan.


(32)

Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis-jenis simpanan yang ada dewasa ini adalah:

- Simpanan Giro (Demand Deposit) - Simpanan Tabungan (Saving Deposit) - Simpanan Deposito (Time Deposit)

b. Menyalurkan Dana (Lending)

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dilakukan melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Demikian juga dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan.

Sebelum kredit diluncurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerimaan kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menjalankannya, besar kecilnya bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dan bunga simpanan.

Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi : - Kredit Investasi


(33)

- Kredit Perdagangan

c. Memberikan Jasa-Jasa Bank Lainnya (Service)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun berbagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangant banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dimasa ini kegiatan ini merupakan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin mengecil bahkan cenderung negative spread (bunga simpanan lebih besar dari bunga kredit).

Dalam praktiknya, jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi : 1. Kiriman Uang (Transfer)

2. Kliring (Clearing) 3. Inkaso (Collection) 4. Safe Deposit Box

5. Kartu Kredit(Bank Card) 6. Letter of Credit (L/C) 7. Bank Notes (Valas) 8. Dan lain-lain

2.2.3 Sumber Dana Bank Umum

Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak dapat berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.


(34)

Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur.

Sumber dana-dana bank umum adalah sebagai berikut : a. Dana Pihak Pertama (Dana dari Modal Bank Sendiri)

Dana dari bank sendiri adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, baik para pemegang saham pendiri (yang pertama kalinya ikut mendirikan bank tersebut) maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu kemudian, termasuk para pemegang saham publik (jika misalnya bank tersebut sudah go public atau merupakan suatu badan usaha terbuka).

Dalam neraca bank, dana modal sendiri terterta dalam rekening modal dan cadangan yang tercantum pada sisi pasiva (liabilities). Dan modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai berikut :

1. Modal disetor

Modal disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank didirikan. Pada umumnya, sebagai dari setoran pertama modal pemilik bank (pemegang saham) dipergunakan bank untuk penyediaan sarana perkantoran seperti tanah atau gedung, peralatan kantor, dan promosi untuk menarik minat masyarakat.


(35)

Agio saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.

3. Cadangan-cadangan

Cadangan-cadangan adalah sebagian laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.

4. Laba ditahan

Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai dividen, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional bank.

b. Dana Pihak Kedua (Dana Pinjaman dari Pihak Luar)

Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut :

1. Call Money

Call Money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian antarbank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan bank, jangka waktu call money biasanya tidak lama, yaitu sekitar satu minggu, satu bulan dan bahkan hanya beberapa hari saja. Jika jangka waktu pinjaman hanya satu malam saja, pinjaman itu disebut overnight call money.

2. Pinjaman Biasa Antarbank

Pinjamanbiasa antarbank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu relatif lebih lama. Pinjaman ini


(36)

umumnya terjadi jika antarbank peminjam dan bank yang memberikan pinjaman kerja sama dalam bantuan keuangan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang disepakati kedua belah pihak, jangka waktunya bersifat menengah atau panjang dengan tingkat bunga relatif lebih lunak.

3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Pinjaman ini lazimnya berupa surat berharga yang dapat diperjualbelikan seperti sertifikat bank dan atau deposit on call dengan jangka waktu pendek dan dapat diperpanjang kembali.

4. Pinjaman dari Bank Sentral (BI)

Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi, seperti kredit-kredit program, misalnya kredit investasi pada sektor-sektor ekonomi yang harus ditunjang sesuai dengan petunjuk pemerintah.

c. Dana Pihak Ketiga (Dana dari Masyarakat)

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat.


(37)

1. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan masyarakat dalam rupiah atau valuta asing pada bank yang transaksinya (penarikan dan penyetoran) dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah bayar lainnya dan atau dengan cara pemindahbukuan. Oleh karena itu, giro ini dikatakan pula sebagai danayang sensitif atau peka terhadap perubahan sehingga disebut pula dana yang labil yang sewaktu-waktu dapat ditarik atau disetor oleh nasabah.

2. Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka watu tersebut. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo (apabila dia tidak ingin memperpanjang) dananya dapat ditarik kembali. Namun saat ini sudah ada banyak bank yang memberikan fasilitas deposito yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Dalam praktiknya, jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call.

3. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah dan atau valuta asing pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu dari masing-masing bank penerbit, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Tabungan ini dikatakan pula sebagai dana yang sensitif atau peka terhadap perubahan


(38)

sehingga disebut pula sebagai dana yang labil yang sewaktu-waktu dapat ditarik atau disetor oleh nasabah, meskipun frekuensi pengambilannya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan giro. Akibatnya adalah dana tabungan ini dapat mengendap di bank dalam waktu yang relatif lebih lama dari dana giro.

2.2.4 Alokasi Dana Bank Umum

Cara penempatan (alokasi) dana oleh suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas dua (2) pendekatan yang masih banyak dipergunakan / dipilih oleh eksekutif bank, yaitu :

1. Pool of Funds Approach

Pool of Funds Approach adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya.

Gambar 2.1

Diagram Pool of Funds Approach

Source of Funds Application of Funds

Demand Deposit (Giro) Saving Deposit

(Tabungan) Time Deposit

(Deposito)

Primary Reserve

Secondary Reserve Poll of Funds


(39)

Kelebihan dan kelemahan Pool of Funds Approach antara lain adalah :

Kelebihan :

- Perhitungan biaya relatif sederhana mungkin - Pengelolaannya tidak kompleks

Kelemahan :

- Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan standar likuiditas.

- Tidak terdapat pertimbangan terhadap perubahan giro, tabungan, deposito dan sumber lainnya.

- Mengabaikan likuiditas yang berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan dan bunga secara terus-menerus.

- Memperkecil peranan cadangan sekunder sebagai sumber likuiditas.

- Mengabaikan kenyataan mengenai kemampuan bank untuk memperoleh laba dari operasinya.

- Mengabaikan peran interaksi aktiva dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman.

Capital Funds (Modal)

Investment


(40)

2. Assets Allocation Approach

Assets Allocation Approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.

Gambar 2.2

Diagram Pool of Funds Approach

Source of Funds Application ofFunds

Kelebihan dan kelemahan Assets Allocation Approach antara lain adalah :

Kelebihan :

- Mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas

Primary Reserve Demand Deposit

(Giro)

Secondary Reserve Saving Deposit

(Tabungan) Time Deposit

(Deposito)

Investment

Capital Funds (Modal)

Fixed Asset Borrowing


(41)

- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman modal dalam surat-surat berharga yang memiliki keuntungan lebih tinggi.

Kelemahan :

- Keputusan mengenai jumlah likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan.

- Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang menyebabkan keuntungan menjadi berkurang.

- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial.

- Keputusan mengenai manajemen aktiva-pasiva dibuat secara independen.

2.2.4.1 Jenis-jenis alokasi dana bank umum Jenis-jenis alokasi dana bank umum antara lain adalah : a. Primary Reserve (Cadangan Primer)

Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan pengawas bank). Dana-dana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum atau disebut juga giro wajib minimum karena penempatannya berupa giro bank umum pada Bank Indonesia.

Primary Reserve merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama untuk menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik berupa penarikan dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun penarikan (pencairan) kredit atau credit disbursement sesuai dengan kesepakatan


(42)

yang dibuat antara pihak bank dan debitur kredit dalam perjanjian kredit yang dibuat di hadapan notaris publik.

Dengan demikian, pembentukan cadangan primer atau primary reserve dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan operasi bank, semua penarikan simpanan dan permintaan pencairan kredit dari nasabah. Di samping itu, cadangan primer juga digunakan untuk penyelesaian kliring antarbank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera dibayar.

Dalam praktiknya, primary reserve adalah dana dalam kasdan saldo rekening koran pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan. Komponen-komponen ini sering disebut pula disebut sebagai alat-alat likuid.

b. Secondary Reserve (Cadangan Sekunder)

Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana keadaan noncash liquid asset (asset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada bank dan terdiri atas surat-surat berharga paling likuid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain: SBPU, SBI dan surat berharga jangka pendek lainnya.

Tujuan utama dari secondary reserve dalah untuk dijadikan sebagai supplement (pelengkap) atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Karena sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagai cadangan, secondary reserve dapat memberikan dua manfaat bagi bank, yaitu untuk menjaga likuiditas dan meningkat profitabilitas bank.


(43)

Cadangan sekunder atau secondary reserve digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek, seperti penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.

2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan.

3. Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.

4. Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan dari deposan dan penarikan (disbursement) dari debitur.

c. Loan Portofolio (Kredit)

Prioritas kietiga di dalam alokasi dana bank adalah penyaluran kredit (loan). Dasar pemikirannya adalah setelah bank mencukupi primary reserve serta kebutuhan secondary reserve (yang merupakan suplemen bagi primary reserve), bank baru dapat menentukan besarnya volume kredit yang akaan diberikan.

Dalam praktik perbankan di Indonesia, denga memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh bank sentral (Bank Indonesia) sebagai Pembina dan pengawas bank umum, penentuan besarnya volume kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Reserve Requirement (RR) 2. Loan to Deposit Ratio (LDR)

3. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) d. Portofolio Investment (Investasi portofolio)


(44)

Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada investasi portofolio (portofolio investment). Alokasi dana bank ke dalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau surat-surat berharga yang berlikuiditas tinggi. Investasi pada surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan dan likuiditas bank.

Karena pengalokasian dana untuk jenis ini adalah mengharapkan pendapatan yang memadai bagi bank, maka sifat aktiva ini biasanya lebih permanen atau berjangka panjang. Instrument untuk portofolio investment yang agak aman adalah dalam bentuk obligasi dengan berbagai jenisnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana dalam bentuk portofolio investment adalah :

1. Tingkat bunga (untuk jenis obligasi),

2. Capital gain yang mungkin bisa diraih (untuk jenis saham), 3. Kualitas atau keamanan (terutama untuk jenis saham), 4. Mudah diperjualbelikan,

5. Jangka waktu jatuh temponya (untuk obligasi, sertifikat deposito), 6. Pajak yang harus dibayar,

7. Diversifikasi (jangan ditanam pada satu jenis portofolio), 8. Ekspektasi (harapan akan keuntungan di masa datang). e. Fixed Asset (Aktiva Tetap)


(45)

Alokasi atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun tidak dikaitkan dengan strategi menjaga likuiditas bank) adalah penanaman dalam bentuk aktiva tetap (fixed assets), seperti pembelian tanah, pembangunan gedung kantor bank (baik untuk kantor pusat, kantor cabang, cabang pembantu maupun kantor kas), peralatan operasional bank, seperti komputer, facsimile, sistem komunikasi antar cabang (on line system), kendaraan bermotor, dan aktiva tetaplainnya. Investasi tersebut di atas termasuk aktiva tetap berbentuk hardware, software, konsultan, bantuan teknis dan lain-lainnya yang ditujukan untuk memperlancar kegiatan operasional bank.

2.2.4.2 Alokasi dana menurut sifat aktiva

Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank ke dalam bentuk-bentuk aktiva, baik aktiva yang dapat memberikan hasil (income) maupun aktiva yang tidak memberikan hasil. Dengan katalain, terdapat perbedaan antara aktiva yang memberikan hasil (aktiva produktif atau earning assets) dan aktiva yang tidak memberikan hasil (aktiva tidak produktif atau nonearning assets).

a. Penanaman Dana pada Aktiva Produktif (Earning Assets)

Aktiva produktif atau earning asset adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank, termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya.


(46)

1. Kredit yang diberikan

2. Penempatan dana pada bank lain 3. Surat –surat berharga

4. Penyertaan modal

b. Pananaman Dana dalam Aktiva Tidak Produktif

Alokasi dana dalam aktiva tidak produktif atau nonearning assets adalah penanaman dana bank ke dalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif ini terdiri atas :

1. Alat-alat likuid

Alat likuid atau cash asset adalah aktiva yang dapat dipergunakan setiap saat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.

2. Aktiva tetap dan inventaris

Aktiva tetap yang dimiliki bank dapat berbentuk tanah, gedung kantor (baik kantor pusat maupun cabang-cabang), peralatan kantor seperti computer, faksimile, ATM, peralatan promosi dan lain-lain.

2.2.5 Risiko-Risiko Usaha Bank Umum

Risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan


(47)

semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan. Risiko usaha yang dapat dihadapi oleh bank adalah :

a. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman pokoknya, atau tidak membayar pinjamannya sama sekali. Risiko kredit muncul karena adanya pilihan yang merugikan dan bahaya moral dari peminjam. Peminjam dengan risiko tinggilah yang paling mau meminjam karena mengharapkan pengembalian yang tinggi dan untuk mendapatkannya mereka melakukan pilihan yang merugikan. Setelah memperoleh pinjaman, masalah bahaya moral muncul karena peminjam memiliki insentif untuk menginvestasikan dana pinjamannya ke investasi yang menurutnya memberikan pengembalian yang tinggi. Dan risiko yang tinggi membuat dana yang dipinjam mengalami risiko default. Untuk menghindari risiko kredit, bank perlu menerapkan prinsip-prinsip pemberian hutang.

b. Risiko Suku Bunga

Perubahan suku bunga dapat mengakibatkan perubahan keuntungan bank. Hal itu disebabkan karena adanya ketidakcocokan anatara suku bunga asset dan suku bunga kewajiban. Kewajiban bank yang berupa instrumen jangka pendek, lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dibandingkan asset bank yang merupakan instrument jangka panjang. Akibatnya, kenaikan suku bunga yang meningkatkan pembayaran atas kewajiban lebih besar dibandingkan kenaikan penerimaan asset sehingga menurunkan keuntungan bank (dan sebaliknya bila suku bunga turun). Selain penurunan keuntungan bank, pada suku bunga yang


(48)

tinggi, bank menghadapi peminjam dengan bahaya moral yang tinggi pula sehingga membuat asset bank semakin berisiko.Untuk menghindarinya bank menerapkan penjatahan kredit.

c. Risiko Likuiditas

Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena adanya rush (penarikan dana secara serentak) yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank. Hal itu dapat disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen likuiditas. Misalnya karena cadangan lebihnya terlalu rendah, atau disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen asset yaitu melakukan investasi yang beresiko tinggi untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi serta kesalahan dalam manajemen modal, yaitu modal yang dimiliki bank terlalu rendah karena lebih mementingkan keuntungan pemilik bank.

d. Risiko Manajemen

Bank menghadapi risiko bila manajer melakukan bahaya moral. Dengan fasilitas yang diimiliki, manajer bank memiliki insentif untuk melakukan aktivitas yang berisiko tinggi untuk memperoleh pengembalian tinggi, seperti trading aktivitas derivatif dan trading valuta asing. Jika strateginya benar, maka bank dan manajernya memperoleh keuntungan yang besar. Namun bila salah, maka bank harus menanggungnya. Situasi tersebut akan membuat manajer memperbesar taruhannya untuk meningkatkan keuntungannya (menutupi kerugian), yang akhirnya akan lebih meningkatkan risiko yang dihadapi bank. Aktivitas itu dapat membuat bank yang sehat menjadi bangkrut dalam waktu yang singkat.

Hal itu dapat diatasi dengan melakukan pengendalian internal (internal control)- bahwa orang yang melakukan trading harus berbeda dengan orang yang


(49)

melakukan administrasi (bookkeeping)- dan memberi batasan jumlah dana untuk transaksi trading untuk membatasi risiko serta melakukan prosedur pengukuran risiko dengan teliti.

2.2.6 Neraca Bank Umum

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 34, setiap bank umum diwajibkan menyampaikan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba/rugi berdasarkan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, neraca bank umum dapat berbentuk sebagai berikut.

Tabel 2.1 Neraca Bank Umum

No. AKTIVA No. PASIVA

1 Kas 1 Giro

2 Giro di Bank Indonesia 2 Call money 3 Tagihan pada bank lain : 3 Tabungan

a. Giro 4 Deposito berjangka

b. Call money 5 Kewajiban lainnya

c. Deposito Berjangka 6 Surat berharga d. Kredit yang diberikan 7 Pinjaman diterima 4 Surat berharga dan tagihan lainnya a. Bank Indonesia

5 Kredit yang diberikan b. Subordinasi dan lainnya

6 Penyertaan 8 Rupa-rupa pasiva

7 Cadangan aktiva yang diklasivikasikan 9 Modal

8 Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) a. Modal disetor

9 Rupa-rupa aktiva b. Agio saham

c. Cadangan

d. Laba ditahan

10 Laba/rugi tahun berjalan

Jumlah aktiva Jumlah pasiva


(50)

Neraca bank adalah suatu daftar yang menggambarkan kekayaan, kewajiban dan modal bank pada suatu periode tertentu. Aktiva bank pada umumnya terdiri atas alat-alat likuid, aktiva produktif dan aktiva tidak produktif.

Sisi aktiva dalam neraca bank menggambarkan pola pengalokasian dana bank. Sisi pasiva dalam neraca bank menggambarkan kewajiban bank yang berupa klaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas kekayaan bank yang dinyatakan dalam bentuk rekening giro, deposito berjangka, tabungan dan instrument-

instrumen utang atau kewajiban bank lainnya. Selain itu, modal bank menggambarkan nilai buku pemilik saham bank.

2.2.7 Penilaian Kesehatan Bank Umum

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan ataupun penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi


(51)

masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank terus-menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat pengarahan atau sangsi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank.

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS yaitu :

a. Aspek Permodalan

Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequaci Ratio) yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR yang ditetapkan oleh pemerintah utuk tahun 2001 minimal 12 %.

b. Aspek Kualitas Aset

Yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.


(52)

Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Penilaian kesehatan di bidang manajemen tidak lagi didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset dan rentabilitas, tetapi kini penilaiannya hanya didasarkan pada 100 aspek saja.

d. Aspek Earning

Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah, setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan :

1. Rasio laba terhadap Total Aset (ROA)

2. Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO) e. Aspek Likuiditas

Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan utang lancar.

Yang dianalisis dalam rasio ini adalah :


(53)

2. Rasio kredit terhadap dana yang diterima olehbank seperti KLBI, giro, tabungan, deposito dan lain-lain.

Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL (Capital, Aset, Management, Earning dan Liquidity). Disamping dengan penilaian analisis CAMEL yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank adalah penilaian terhadap :

1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) & Pelaksanaan Kredit Ekspor.

2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering disebut Legal Lending Limit.

3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto. f. Aspek Sensitivitas

Aspek ini mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei 2004. Dalam melepaskan kreditnya, perbankan harus memerhatikan dua unsur, yaitu : tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyertaan dan risiko keuangan.

Selanjutnya masing-masing aspek di atas diberikan nilai, kemudian dijumlahkan secara keseluruhan dari komponen yang diinilai, hasil dari penilaiaan ini ditetapkan kedalam empat golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut :


(54)

Predikat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat

81 – 100 Sehat

66 - < 81 Cukup Sehat 51 - < 66 Kurang Sehat

0 - < 51 Tidak Sehat

Sumber : Lubis, Irsyad (2010 : 48)

2.2.8 Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan aset.

Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menentukan ROA adalah :

Return On Assets = x 100 %

2.2.9 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang mengukur perbandingan modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko.

Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menentukan CAR adalah :


(55)

CAR = x 100 %

Keterangan :

- Modal : Modal Inti + Modal Pelengkap - ATMR :

1. Aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat 2. Beberapa pos dalam offbalance sheet yang diberikan bobot sesuai dengan

kadar risiko kredit yang melekat.

2.2.10 Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Kualitas Aktiva Produktif (KAP) adalah rasio yang mengukur perbandingan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif.

Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menentukan KAP adalah :

Rasio KAP = x 100 %

Keterangan :

- APYD : Aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian.

- Aktiva Produktif : Penanaman dana Bank baik dalam Rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif.


(56)

Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang mengukur perbandingan antara kredit dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet dengan total kredit.

Rumus untuk menentukan NPLadalah :

Rasio NPL= x100%

2.2.12 Biaya Operasional Terhadap PendapatanOperasional (BOPO) Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank.

Berdasarkan Surat Edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menentukan BOPO adalah :

BOPO = x 100 %


(57)

Gozali dalam Nainggolan (2011) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional), dan NPL (Non Performing Loan) terhadap Profitabilitas Bank Mandiri Syariah. Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan data laporan keuangan dari Januari 2004-Desember 2006. Hasil penelitian ini adalah :

1. Dilihat dari R-squared sebesar 0,765 yang berarti bahwa 76,5% profitabilitas mampu dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model (CAR, FDR, BOPO, NPL) dan sisanya sebesar 23,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang digunakan.

2. Dari pengujian F statistik dengan menggunakan α = 5% diperoleh F-tabel sebesar 2,71 sementara diperoleh statistik sebesar 23,6 yang berarti F-statistik > F-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

3. Dilihat dari masing-masing variabel maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Variabel CAR berhubungan negatif dan signifikan dengan variabel tersebut tidak sesuai hipotesis, disebabkan adanya risiko yang besar sehingga CAR dapat berpengaruh negatif.

b. Variabel FDR berhubungan positif dan signifikan, hal ini dikarenakan bila semakin besar dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan maka mempengaruhi tingkat profitabilitas.

c. Variabel BOPO berhubungan positif dan signifikan, hal ini disebabkan dengan adanya penambahan cabang baru dan promosi dapat


(58)

mempengaruhi profitabilitas periode Januari 2004 – Oktober 2006 yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri.

d. Variabel NPL berhubungan negatif dan signifikan dikarenakan semakin rendah tingkat kredit macet suatu bank maka semakin baik bank tersebut. NPL menerangkan tingkat pengembalian pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan dari suatu bank.

Luvani (2008) melakukan penelitian untuk melihat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank Berdasarkan Indikator BOPO Pada Bank Umum di Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil dengan menggunakan data triwulan dari tahun 2000 triwulan III sampai dengan tahun 2007 triwulan I. Variabel yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit, NPL, dan BOPO triwulan sebelumnya. Hasil dari penelitian ini adalah :

1. Dilihat dari R-squared sebesar 0,91 yang berarti bahwa 91% rentabilitas mampu dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model Suku Bunga Kredit, NPL, dan BOPO triwulan sebelumnya dan sisanya sebesar 9% dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang digunakan. 2. Dari pengujian F statistik dengan menggunakan α = 5% diperoleh F-tabel

sebesar 4,2 sementara diperoleh statistik sebesar 79,407 yang berarti F-statistik > F-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.


(59)

a. Variabel Suku Bunga Kredit berpengaruh nyata terhadap rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO pada tingkat kepercayaan 90% (α = 10%).

b. Variabel NPL berpengaruh nyata terhadap rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).

c. Variabel BOPO triwulan sebelumnya berpengaruh nyata terhadap rentabilitas bank berdasarkan indikator BOPO pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).

2.4 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 menunjukkan model kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan ataupun pengaruh CAR, KAP, NPL dan BOPO terhadap Return On Asaet (ROA).

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual


(60)

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. CAR (Capital Adequacy Ratio) memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA (Return On Asset).

ROA (Return On Asset)

Y CAR

(Capital Adequacy Ratio) X1

KAP

(Kualitas Aktiva Produktif) X2

NPL

(Non Performing Loan) X3

BOPO

(Biaya Operasional Terhadap Pendapatan OPerasional)


(61)

2. KAP (Kualitas Aktiva Produktif) memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA (Return On Asset).

3. NPL (Non Performing Loan) memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA (Return On Asset).

4. BOPO (Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional) memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA (Return On Asset).

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.


(62)

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari CAR (Capital Adequacy Ratio), KAP (Kualitas Aktiva Produktif), NPL (Non Performing Loan) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROA (Return On Assets) pada Bank Umum di Indonesia dalam kurun waktu Januari 2004 – Desember 2009 (dalam bulanan).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka, dalam kurun waktu bulanan Januari 2004 – Desember 2009.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum merupakan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) Kota Medan serta bahan-bahan kepustakaan berupa bacaan yang berhubungan dengan penelitian, website, artikel dan jurnal-jurnal.

3.3 Pengolahan Data

Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan program Eviews 5.1 untuk mengolah data.

3.4 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Squares atau OLS).


(63)

Data yang digunakan dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statitika yaitu persamaan linear berganda. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3, X4 )...(1)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear berganda dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ...(2) Dimana :

Y = ROA (Return On Assets) dalam satuan % X1 = CAR (Capital Adequacy Ratio) dalam satuan % X2 = KAP (Kualitas Aktiva Produktif) dalam satuan % X3 = NPL (Non Performing Loan) dalam satuan %

X4 = BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dalam satuan %

α = Intercept

β1β2β3β4 = Koefisien Regresi

µ = Tingkat Kesalahan (Term of Error)

Bentuk hipotesis diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (CAR), maka Y (ROA) mengalami kenaikan, cateris paribus.


(64)

Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (KAP), maka Y (ROA) mengalami penurunan, cateris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (NPL), maka Y (ROA) mengalami penurunan, cateris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan pada X4 (BOPO), maka Y (ROA) mengalami penurunan, cateris paribus.

3.5 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit) 3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2≤ 1).

3.5.2 Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 = ...βk = 0 (tidak ada pengaruh)


(65)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

dan

F-tabel = α, k, (n-k-1)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 : β1 = β2= 0 H0 diterima (F-hitung < F-tabel) artinya variabel independen secara serentak/bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha: β1≠ β2≠ 0 Ha diterima (F-hitung > F-tabel) artinya variabel independen secara serentak/bersama-samaberpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(66)

Kurva Uji F statistik

3.5.3 Uji t-Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0: βi = β

Ha : βi ≠ β

Dimana βi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis. Arinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

Ho diterima


(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return On Assets Bank Umum di Indonesia, dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain adalah:

1. Berdasarkan hasil regresi, variabel CAR, KAP, NPL dan BOPO dapat menjelaskan variabel ROA sebesar 57,0714% sedangkan 42,9286% dijelaskan oleh variabel lainnya.

a. Koefisien CAR adalah positif, artinya ada pengaruh positif antara CAR dengan ROA. Setiap kenaikan 1% CAR akan meningkatkan ROA sebesar 0,082003%.

b. Koefisien KAP adalah positif, artinya ada pengaruh positif antara KAP dengan ROA. Setiap kenaikan 1% KAP akan meningkatkan ROA sebesar 0,348942%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penulis yang menyatakan bahwa KAP memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.

c. Koefisien NPL adalah negatif, artinya ada pengaruh negatif antara NPL dengan ROA. Setiap kenaikan 1% NPL akan menurunkan ROA sebesar 0,254558%.

d. Koefisien BOPO adalah negatif, artinya ada pengaruh negatif antara BOPO dengan ROA. Setiap kenaikan 1% BOPO akan menurunkan ROA sebesar 0,028412%.


(2)

2. Dari hasil uji asumsi klasik terdapat multikolinieritas karena terdapat korelasi parsial antar variabel independen yaitu antara variabel KAP dan NPL yang ditandai dengan nilai antar korelasi di atas 0,85 yaitu 0,952859.

3. Setelah dilakukan pengobatan dengan mengeluarkan variabel KAP dan meregres kembali, variabel CAR, NPL dan BOPO dapat menjelaskan variabel ROA sebesar 54,8025% sedangkan 45,1975% dijelaskan oleh variabel lainnya. a. Koefisien CAR adalah positif, artinya ada pengaruh positif antara CAR

dengan ROA. Setiap kenaikan 1% CAR akan meningkatkan ROA sebesar 0,06252%.

b. Koefisien NPL adalah negatif, artinya ada pengaruh negatif antara NPL dengan ROA. Setiap kenaikan 1% NPL akan menurunkan ROA sebesar 0,099615%.

c. Koefisien BOPO adalah negatif, artinya ada pengaruh negatif antara BOPO dengan ROA. Setiap kenaikan 1% BOPO akan menurunkan ROA sebesar 0,024966%.

4. Dari pengujian autokorelasi diketahui 0<d<dL (0<1,132585<1,3564), artinya

H0 ditolak (ada autokorelasi positif). Penyembuhan autokorelasi dilakukan

dengan cara menggunakan model AR(1). Dari hasi estimasi regresi, diperoleh koefisien variabel AR(1) adalah sebesar 0,4302. Selanjutnya tidak adanya autokorelasi dibuktikan dengan menggunakan LM test. Hasil pengujian menunjukkan nilai Obs*R-squared bernilai 4,521818 dengan nilai Prob. Chi-Square(2) adalah 0,104256. Hasil ini menunjukkan nilai probabilitas yang cukup besar (di atas 0,05), sehingga tidak menolak H0 (tidak ada autokorelasi).


(3)

5.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mencari tahu variabel bebas lain yang lebih mempengaruhi nilai Return On Asset Bank Umum di Indonesia.

2. Bagi pembaca skripsi ini yang ingin melakukan penelitian, baik yang berkaitan dengan penelitian ini ataupun tidak sebaiknya meneliti terlebih dahulu variabel independen yang ingin ditetapkan sebelum melakukan pengujian agar tidak terdapat korelasi parsial diantara variabel independen yang dapat mengakibatkan adanya multikolinieritas.


(4)

Lampiran 1 Data Variabel Penelitian

TAHUN BULAN

Y (%) X (%)

ROA

CAR (X1)

KAP (X2)

NPL (X3)

BOPO (X4)

2004

Januari 2,59 23,79 3,54 6,72 90,39

Februari 2,35 23,32 3,63 6,85 92,81

Maret 2,71 23,49 3,6 6,25 90,38

April 2,83 22,46 3,7 6,26 89,88

Mei 2,57 21,68 3,59 6,4 90,47

Juni 2,67 21,08 3,52 6,19 90,25

Juli 2,71 20,7 3,56 6,02 82,81

Agustus 2,8 20,72 3,55 5,82 85,93

September 2,96 20,78 3,49 5,58 83,61

Oktober 2,91 20,44 3,48 5,39 84,82

November 3,03 19,77 3,52 5,44 80,78

Desember 3,46 19,42 3,05 4,5 76,64

2005

Januari 3,42 22,35 3,06 4,67 75,2

Februari 3,35 22,09 3,16 4,69 81,35

Maret 3,41 21,75 3,13 4,37 81,19

April 3,52 21,21 3,14 4,45 81,22

Mei 3,33 20,03 3,83 6,37 81,16

Juni 2,2 19,51 4,19 6,99 88,79

Juli 2,25 18,45 4,47 7,64 94,97

Agustus 2,18 18,94 4,78 8,02 88,84

September 1,97 19,43 4,9 7,87 90,05

Oktober 2,01 19,44 4,82 7,5 91,1

November 2,15 19,69 4,83 7,84 90,94

Desember 2,55 19,3 4,7 7,56 89,5


(5)

TAHUN BULAN

Y (%) X (%)

ROA

CAR (X1)

KAP (X2)

NPL (X3)

BOPO (X4)

2006

Januari 1,27 21,66 4,86 7,81 123,26 Februari 2,44 21,28 4,96 8,13 102,67

Maret 2,57 21,84 4,97 8,19 101,11

April 2,64 21,53 4,95 8,12 98,05

Mei 2,57 20,8 4,97 8,38 91,7

Juni 2,54 20,47 4,93 8,33 88,77

Juli 2,52 20,71 5 8,42 88,14

Agustus 2,53 20,83 5 8,35 87,78

September 2,62 21,01 4,68 7,95 87,09

Oktober 2,58 20,82 4,68 8,25 87,74

November 2,62 20,99 4,48 8,09 86,79

Desember 2,64 21,27 3,91 6,07 86,98

2007

Januari 3,34 23 3,96 6,19 102,53

Februari 3,03 23,02 4,07 6,2 91,93

Maret 2,96 22,11 3,95 6,04 88,07

April 2,92 22,05 3,97 6,16 86,61

Mei 2,98 21,89 3,89 6,1 83,86

Juni 2,93 21,15 3,86 5,78 83,6

Juli 2,89 20,85 3,8 5,81 83,1

Agustus 2,87 20,57 3,78 5,74 83,21

September 2,84 21,27 3,46 5,17 83,59

Oktober 2,83 20,11 3,41 5,05 83,19

November 2,78 20,33 3,3 4,84 83,86

Desember 2,78 19,3 3,03 4,07 84,05


(6)

TAHUN BULAN

Y (%) X (%)

ROA

CAR (X1)

KAP (X2)

NPL (X3)

BOPO (X4)

2008

Januari 3,16 21,6 3,05 4,24 87,9

Februari 2,93 21 3,06 4,21 85,56

Maret 2,72 20,52 2,84 3,75 85,19

April 2,56 19,39 2,96 3,82 86,37

Mei 2,62 18,26 2,92 3,76 85,51

Juni 2,53 17,58 2,73 3,54 85,3

Juli 2,68 17,44 2,74 3,5 83,61

Agustus 2,71 17,1 2,81 3,42 83,42

September 2,64 17,26 2,66 3,32 83,72

Oktober 2,68 16,7 2,62 3,34 85,41

November 2,6 16,77 2,92 3,49 86,82

Desember 2,33 16,76 2,95 3,2 88,59

2009

Januari 2,69 15,7 3,26 3,59 101

Februari 2,6 15,62 3,29 3,72 96,54

Maret 2,76 15,53 3,33 3,93 90,68

April 2,71 14,85 3,3 4,06 89,16

Mei 2,7 14,57 3,33 4,14 87,81

Juni 2,7 14,21 3,23 3,94 87,77

Juli 2,69 13,81 3,28 4,06 87,35

Agustus 2,67 13,51 3,28 3,98 87,35

September 2,63 13,27 3,28 3,8 87,41

Oktober 2,65 13,11 3,22 3,84 86,68

November 2,61 12,77 3,22 3,82 86,55

Desember 2,6 13,81 2,83 3,31 86,63