Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi KUK pada Bank Bank Umum di Indonesia

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015

Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2007


(2)

(3)

SKRIPSI

disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1

Progam Studi Ekonomi Pembangunan, pada Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia

Oleh:

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015

Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI

YOGYAKARTA 2007


(4)

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi Progam Studi Ekonomi Pembangunan FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa perrnyataan ini tidak benar maka Saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”

Yogyakarta, 9 Pebruari 2007 Penulis,


(5)

Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)

Oleh:

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015

Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

Yogyakarta, 10 Pebruari 2007 Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing,


(6)

memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana jenjang Strata 1 pada Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Nama : Condro Wahyu Sujati Nomor Mahasiswa : 01313015

Progam Studi : Ekonomi Pembangunan

Yogyakarta, 21 Maret 2007 Disahkan oleh,

Pembimbing Skripsi : Drs. Nur Feriyanto, M.Si …………. Penguji I : Drs. Priyonggo Suseno, M.sc …………. Penguji II : Dra. Sarastri Mumpuni, M.si ……...

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia


(7)

Segala puji bagi Alloh Yang mengadakan dan Yang mengembalikan makhluk-Nya, Yang Maha Membuat apa yang Dia kehendaki. Pemilik arsy yang agung Pemberi ancama siksa yang pedih, Pemberi petunjuk kepada hamba-hamba pilihan-Nya menuju aturan (manhaj)-Nya yang lurus dan “jalan”yang kokoh. Pemberi nikmat kepada mereka setelah menyatakan syahadat tauhid dengan memelihara akidah mereka dari kegelapan akibat keraguan dan kebimbangan. Pembimbing mereka untuk mengikuti jejak rasul pilihan-Nya Muhammad saw. Dan berpijak kepada perilaku sahabatnya yang mulia dan dimuliakan dengan diteguhkan dan diluruskan, Yang tampak jelas bagi mereka dalam Dzat dan pekerjaan-pekerjaan (Af’al)-Nya dengan keindahan Sifat-sifat-Nya yang hanya bisa dipahami oleh orang yang telah diberi kemampuan “mendengar” dan bisa “menyaksikan”. Dia adalah tunggal dalam Dzat-Nya, lagi Maha Esa dan tidak bersekutu, sendiri tiada banding menjadi sandaran segala makhluk yang tiada tanding, Dia Qodim tiada yang mengawali, Azali tiada awal Langgeng Kekal Yang Tiada berujung, Berjaga dan selalu berbuat tiada henti, Berdiri sendiri tiada putus, dan senantiasa disifati dengan sifat-sifat keagungan, tiada berhenti dan terpenggal dengan terputusnya abab dan bergantinya masa. Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Nyata dan Yang Batin dan Dia Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.

Skripsi ini telah selesai dibuat berkat petunjuk dan bimbingan-Nya, sungguh suatu kenikmatan yang tiada terkira atas pemberian-Nya, yang patut senantiasa untuk disyukuri dengan harapan tiada mengecewakan-Nya sehingga ditambahkan kenikmatan-Nya. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi bagi penulis. Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia” (Pada tahun 2004:02-2005:12) secara subtantif adalah berisikan tentang bagaimana dan apakah yang mempengaruhi Kredit Usaha Kecil yang dialokasikan oleh/dari bank-bank umum di Indonesia kepada usaha kecil. Suku bunga riil pinjaman ( KUK ), tingkat inflasi dan jumlah penghimpunan dana bank ternyata setelah diteliti memiliki hubungan dan mempengaruhi alokasi KUK pada usaha kecil. Dengan hasil penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat membantu bank-bank umum di Indonesia, pemerintah dan juga masyarakat bisnis sektor riil dari unit usaha kecil dapat mengambil banyak manfaat darinya, sehingga dunia ekonomi Indonesia menjadi lebih baik.

Skripsi penulis selesai juga berkat dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Pihak-pihak yang terkait dengan pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan banyak trimakasih, sekali lagi karena atas jasa dan perhatiannya yang dengan tulus diberikan


(8)

3. Sahabudin sidiq, SE., MA selaku dosen pembimbing akademik 4. Nur Feriyanto, SE., Msi selaku dosen pembimbing skripsi penulis

5. Sarastri Mumpuni, SE., Msi selaku dosen penguji dan pembimbing revisi 6. Priyonggo Suseno, SE., Msc selaku dosen penguji dan pembimbing revisi

7. Orang tua tercinta-ku yaitu Ayah-ku Bapak Sukarji Sarjana Muda Geografi UGM terimakasih atas kasih sayang dan limpahan cinta serta dukungan yang engkau berikan kepada Ananda penulis yang dengan sabar dan doa dengan memberikan segenap daya upaya dan kemampuannya untuk bisa menyekolahkan dan mendidik Ananda penulis sampai dewasa, jasa-mu yang besar tiada dapat Ananda ganti dengan apapun, tapi usaha membalas jasa-mu akan selalu senantiasa Ananda usahakan walupun tak sebanding dengan pengorbanan-mu wahai Ayah !!!

8. Yang Kedua adalah Yang tercinta Ibunda-ku Ibu Suwartini pantas aku nyanyikan syair lagu ini untuk-mu wahai Ibu “Kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tiada kembali bagai sang surya menerangi dunia” sungguh jasa-mu dan Ayah tidak akan aku lupakan sampai ajal menjemput-ku.

9. Rekan-rekan dan organisasi tempat aku banyak belajar dan berfikir keras Himpunan Mahasiswa Islam MPO FE UII

10. Rekan-rekan dan organisasi Jamaah Al-Muqtashidin FE UII 11. Rekan-rekan dan organisasi “Shopisticated Investor” FE UII

12. Rekan-rekan dan organisasi Takmir Masjid El-Hasan Sagan Yogyakarta dimana aku banyak belajar memperdalam Agama tercinta-ku ad diin al Islam

13. Rekan-rekan dan organisasi “Rausyan Fiqr” yang membuat aku semakin tangguh dalam berfikir untuk Agama

14. dan seluruh teman-teman-ku yang tidak bisa aku sebutkan secara individu karena kekhawatiran lupa mencantumkan salah satunya karena terlalu banyak maka akan menimbulkan kecemburuan. Mohon dimengerti…

Atas semua dukungannya selama ini penulis dengan tulus ikhlas mengucapkan banyak trimakasih.!!!! Semoga Alloh Swt membalas setiap amal ibadah kita Amiin Ya Robbal A’lamiin.

Yogyakarta 27 Maret 2007 Penulis Skripsi


(9)

Halaman Judul………... i

Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... ii

Halaman Pengesahan Skripsi………..……….…….. iii

Halaman PengesahanUjian………….………...… iv

Halaman Kata Pengantar……… v

Halaman Daftar Isi………. vii

Halaman Daftar Tabel……… x

Halaman Daftar Gambar……… xi

Halaman Daftar Lampiran………. xii

Halaman Abstrak... xiii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang………..….. 1

1.2 Rumusan Masalah………...…. 11

1.3 Tujuan Penelitian………...….. 11

1.4 Manfaat Penelitian………...…….. 12

1.5 Sistematika Penulisan………... 12

BAB II TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN………..….. 16

2.1 Kodisi Bank-Bank Umum……… 16

2.2 Kebijakan Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum Dalam Penyaluran Kredit Usaha Kecil……….…… 19

2.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Mengembangkan Usaha Kecil di Indonesia……….… 21

2.4 Kondisi Historis Usaha Kecil di Indonesia dan Prospek Kedepan………... 22

2.5 Perkembangan Kredit Perbankan……….…… 25

2.6 Perkembangan dan Kondisi Kredit Usaha Kecil (KUK) Jumlah Penghimpunan Dana Tingkat Inflasi serta Suku Bunga Kredit Bank-Bank Umum di Indonesia………... 26

2.6.1 Kredit Usaha Kecil (KUK) Bank Umum di Indonesia………. 26

2.6.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum di Indonesia………... 29

2.6.3 Tingkat Inflasi Indonesia Masa Penelitian……… 31

2.6.4 Suku Bunga Kredit KUK Bank-Bank Umum di Indonesia……….. 33


(10)

3.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Pada Area yang Sama……… 35

3.3 Kesimpulan Tentang Dua Penelitian Sebelumnya dan Hubungannya dengan Penelitian Penulis……….. 37

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS……… 39

4.1 Landasan Teori………..……… 39

4.1.1 Pengertian Kredit……….….. 39

4.1.2 Unsur-Unsur Kredit……….….. 39

4.1.3 Jenis-Jenis Kredit……….. 41

4.1.4. 1 Pengertian dan Jenis Kredit Usaha Kecil (KUK)………... 45

4.1.4. 2 Ketentuan Peminjaman KUK……… 46

4.1.5 Pengertian Usaha Kecil………. 47

4.1.6 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil………... 47

4.1.6.1 Bentuk Usaha Kecil………..… 48

4.1.6.2 Jenis Usaha Kecil……….…… 49

4.1.7 Pengertian Bank………. 50

4.1.7.1 Pengertian Bank Umum………... 51

4.1.7.2 Kegiatan Bank………..… 51

4.1.8 Jumlah Penghimpunan Dana Bank……… 51

4.1.9 Suku Bunga Kredit Pinjaman……… 53

4.1.10 Inflasi……….……... 56

4.1.11 Gambar Alur Pikir dalam Diagram Hubungan Anta Variabel dari Penelitian……….. 65

4.2 Hipotesis Penelitian……….. 66

BAB V METODE PENELITIAN……….……… 67

5.1 Metode Penelitian……….……… 67

5.1.2 Metode Pengumpulan Data………... 67

5.1.3 Jenis dan Sumber Data……….. 67

5.2 Metode Analisis Data………... 68

5.2.1 Analisis Diskriptif………. 68

5.2.2 Analisis Kuantitatif……… 68

5.3 Pengujian Model Terbaik Dengan Menggunakan MWD Test………... .….. 69

5.4 Pengujian Hipotesis……….. 70

5.4.1 Analisis Varian (Uji F)………..….. 70


(11)

5.5.2 Uji Heterokedastisitas………..……. 76

5.5.3 Uji Autokorelasi………. 77

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN……….…… 79

6.1 Hasil Pengujian Model Dengan MWD Test………. 79

6.2 Pengujian Hipotesis………..……… 79

6.2.1 Analisis Varian (Hasil dari Uji F)………..……..……… 79

6.2.2 Analisis Varian ( Hasil dari Uji t )……… 80

6.2.3 R Square……… 81

6.3 Uji Asumsi Klasik……… 81

6.3.1 Uji Multikolinearitas………..….………. 81

6.3.2 Uji Heteroskedastisitas………..…….. 82

6.3.3 Uji Autokorelasi……… 83

6.4 Intepretasi/Evaluasi Koefisien Hasil Regresi LN………..…… 83

BAB VII SIMPULAN DAN IMPLIKASI……….... 86

7.1 Simpulan………. 86

7.2 Implikasi………...……….. 88 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Industri Kecil Di Indonesia Periode 1991-1997………... 7

1.2 Tenaga Kerja Industri Menengah/Besar Dan Industri Kecil Di Indonesia Periode 1993-1997……….. 8

2.1 Jumlah Alokasi KUK Bank-Bank Umum……… 28

2.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum………. 30

2.3 Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2003-2005……… 32


(13)

Besar-Menengah-Kecil………. 24

2.2 Jumlah Alokasi KUK………28

2.3 Jumlah Penghimpunan Dana……… 30

2.4 Tingkat Inflasi Indonesia……….. 32

2.5 Tingkat Suku Bunga Kredit……….. 34

4.1.Gambar Grafik Hubungan Suku Bunga Kredit Dan Jumlah Alokasi Kredit……….. 54

4.2.Gambar Grafik Demand Pull Inflation……… 61

4.3.Gambar Grafik Cost Push Inflation………. 62

4.4.Gambar Diagram Hubungan Antar Variabel……….. 65

5.1 Grafik Distribusi Probabilitas (t) Positif………... 74

5.2 Grafik Distribusi Probabilitas (t) Negatif………... 74


(14)

II. Data Diolah Menjadi LN………... 89

III. (Hasil Olah Data Regresi LN)………. 90

IV. (Model Regresi LN)………. 91

V. (Uji Multikolinearitas)………. 92

VI. (Uji Heterokedastisitas)………... 93

VII. (Uji Autokorelasi)……….... 94

VIII. (Uji Mwd Z1)………... 95


(15)

investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif. Dalam pemerintahan SBY-JK sekarang, telah ditetapkan kebijakan perekonomian untuk menggalang bangkit berkembangnya usaha kecil melalui

microeconomicyears, kebijakan tersebut mengakibatkan exspansi moneter dan akhirnya juga akan membuat perbankkan mengucurkan dana dengan intesitas tinggi. Salah satunya adalah penyaluran kredit untuk usaha kecil yaitu KUK. KUK sangat membantu usaha kecil jika teralokasikan atau terlaksana secara baik.

Mengetahui faktor-fator yang mempengaruhi alokasi KUK adalah sangat penting bagi masyarakat khususnya bank dan pemerintah begitu juga dengan UKM. Keputusan atau pembuatan policy untuk memperbaiki perekonomian melalui pengembangan Usaha Kecil dapat dibuat dengan bedasar pada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi KUK. Untuk itulah penelitian ini dibuat/ditulis. Regressi linier berganda menggunakan model logaritma natural dengan metode OLS menjadi pilihan penulis, dikarenakan dengan metode tersebut dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang faktor-faktor yang mempegaruhi KUK dengan sangat jelas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi KUK yang menjadi hipotesa awal adalah suku bunga riil pinjaman, tingkat inflasi Indonesia dan jumlah penghimpunan dana bank umum yang kesemuanya dari sisi kebijakan moneter dan perbankan. Fakta dari olah data yang dilakukan penulis ternyata menunjukkan bahwa suku bunga riil pinjaman, tingkat inflasi di Indonesia dan jumlah penghimpunan dana oleh bank-bank umum di Indonesia mempengaruhi secara serentak dan individu terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan ekonomi Indonesia sejak krisis menerpa pada tahun 1998 sampai kini masih tidak bisa kita lupakan baik secara mental maupun ekonomi dan menjadi beban tanggungan bagi siapapun. Pemerintah mempunyai beban paling besar dikarenakan harus menanggung keluh kesah masyarakat. Kemiskinan, inflasi dan pengangguran menjadi tema sentral permasalahan ekonomi yang menyita pikiran pemerintah untuk segera dipecahkan. Berbagai cara, daya dan upaya telah diusahakan untuk mengatasinya tetapi tidak juga kunjung usai.

Dunia juga melihat dengan persepsi yang sama bahwa kemiskinan, inflasi dan pengangguran menjadi musuh bersama bagi kesejahteraan manusia. PBB yang merupakan representative dari bangsa-bangsa didunia memiliki rencana kedepan untuk bisa mengatasi masalah tersebut. Rencana itu dikenal dengan MGDs (Millenium Development Goals).

Tahun ekonomi mikro menjadi slogan pemerintahan terpilih dalam progam micro economic year. Permodalan bagi usaha kecil-menengah UMKM atau UKM menjadi salah satu tema pokok didalamnya. Kemudian dengan berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan dapat dijadikan problem solveng bagi permasalahan pengangguran dan kemiskinan. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan beberapa kebijakan tersebut, seperti yang kita dengar dalam kebijakan moneter dan perbankan yang ditetapkan pemerintah.


(17)

Kebijakan moneter dan perbankan pemerintahan SBY dan JK yang berkaitan dengan ekspansi keuangan untuk modal pada industri kecil atau usaha kecil menengah sangat menarik perhatian kita semua terlebih pada dunia usaha. Seperti yang telah kita ketahui diatas bahwa sebenarnya kebijakan ini sangatlah krusial dalam menangani masalah kemiskinan. Banyak penduduk dunia yang ada di bawah garis kemiskinan absolut dan kebanyakannya berada di negara dunia ketiga seperti indonesia membutuhkan cara keluar daripadanya, yang cara salah satunya adalah menciptakan lapangan kerja melalui usaha kecil.

Pemerintah Indonesia dengan sangat antusias bergerak untuk mengembangkan usaha kecil, karena sebenarnya usaha kecillah yang dahulu ketika krisis moneter 1998 terjadi tidak begitu parah terkena dampak dari krisis tersebut. Usaha besar banyak berjatuhan dan kesulitan dalam menghadapi krisis sehingga kasus PHK menjadi hal yang wajar dan marak mewarnai dunia ekonomi Indonesia, tetapi usaha kecil malah mampu bertahan dari krisis tersebut. Inilah yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan usaha kecil, terbukti dengan ditetapkannya regulasi dan kebijakan dari sektor perbankan yang berbeda dan lebih ekspansif dari sebelumnya, khususnya pada alokasi kredit sektor mikro atau KUK.

Terhitung sejak tanggal 4 Januari 2001. Bank Indonesia telah menyempurnakan ketentuan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK). Melalui peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil yang pokok-pokonya meliputi (i) bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian KUK, (ii) bank wajib mencantumkan rencana


(18)

pemberian KUK dalam rencana kerja anggaran tahunan (RKAT), (iii) bank wajib mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi, (iv) plafon KUK disesuaikan menjadi Rp 500.000.000, per nasabah, (v) bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia, dan (vi) pengenaan sangsi dan insentif dalam rangka pencapaian kewajiban KUK dihapuskan. (Tiktik SP dan Abd. Rachman S, 2002, 33)

Bagi UKM, sebenarnya terdapat dua sumber permodalan atau pendanaan untuk pengembangan usaha UMKM, yaitu kredit program dan dana perbankan. Dalam kebijakan kredit perbankan, BI menganjurkan agar perbankan menyalurkan kredit UMKM dengan membuat business plan dalam upaya menyebar risiko portfolio perkreditan. Selanjutnya, bank diminta untuk mempublikasikannya dalam laporan keuangan publikasi sehingga masyarakat dapat menilai bank-bank mana yang berpihak terhadap usaha kecil.

Abdul Salam (2003) mengungkapkan, bahwa dalam business plan tahun 2002, 14 Bank umum yang menguasai 80 persen aset perbankan nasional (systemically important banks) dan BPR, telah menetapkan rencana penyaluran kreditnya kepada sektor UMKM. Total penyaluran Rp 30, 89 triliun, terdiri dari: kredit usaha mikro Rp 4,41 triliun, kredit usaha kecil Rp12,7 triliun dan kredit kepada usaha menengah sebesar Rp 13,8 triliun.

Pada akhir 2002, kenyataan dari business plan tersebut mencapai Rp 35,9 triliun atau 116 persen dari target awal. Untuk tahun 2003, business plan kredit perbankan kepada UMKM mengalami peningkatan menjadi Rp 42,4 triliun, yang terdiri dari kredit usaha mikro Rp 7,5 triliun (18 persen), kredit usaha kecil Rp


(19)

15,2 triliun (36 persen) dan kredit kepada usaha menengah sebesar Rp 19,7 triliun (46 persen). Sampai triwulan II tahun 2003, kenyataan business plan tersebut telah mencapai Rp 18,5 triliun atau 43,6 persen. Alokasi KUK semakin tahun semakin meningkat sehingga membuat sektor UKM gembira karenanya.

Kecenderungan pada saat ini memang kebijakan moneter dan perbankan memihak pada sektor UKM dengan mengeluarkan berbagai regulasi guna meningkatkan kredit usaha kecil (KUK). KUK menjadi andalan bagi keberlangsungan sektor UKM, karena tanpa KUK sektor UKM tidak bisa tumbuh berkembang dan permasalahan ekonomi yang berupa kemiskinan, pengangguran tidak bisa teratasi.

Hal yang demikian merupakan terobosan baru dan menyenangkan bagi pengusaha kecil, dikarenakan selama ini mereka kekurangan modal untuk usaha. Kesulitan dalam mengakses modal dari berbagai sumber keuangan yang ada baik lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank menjadi masalah utamanya.

Jika kita tinjau dari segi makroekonomi hal ini menjadi berita bagus bagi makroekonomi Indonesia. Analisis makroekonomi menjelaskan bahwa, jika suntikan atau investasi dinaikan maka akan mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional sehingga ikut mengalami kenaikan. Hal ini dapat terlihat yaitu jika investasi atau suntikan keatas pengusaha kecil swasta naik, maka akan mengakibatkan produktifitas berkembang, karena mereka mendapatkan modal usaha tambahan.


(20)

Pengusaha yang menggunakan dana ini diharapkan mampu untuk menghasilkan pertambahan barang-barang dan jasa, sehingga akan mempengaruhi kenaikan permintaan agregat atas konsumsi rumah tangga dan selanjutnya akan berpengaruh kepada kenaikan output total sehingga menyebabkan GDP ikut naik Jika kondisi demikian berjalan terus sampai beberapa tahun kedepan maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan sehingga pendapatan perkapitapun akan semakin tinggi, serta memungkinkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengangguran juga akan mengalami penurunan. Efek multiplayer seperti inilah yang berasal dari suntikan atau investasi diharapkan akan membantu mengatasi permasalahan pokok ekonomi Indonesia.

Tepat kiranya jika pemerintah dalam ekspansi moneter melalui perbankan titik tekannya ditujukan kepada alokasi KUK dengan tujuan mencapai kenaikan produktifitas, dan karena KUK adalah langsung dihujamkan kepada kondisi sektor riil ekonomi. Dalam hal ini dapat terlihat pada regulasi perbankan yang berhubungan dengan KUK.

Secara umum (menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 dan didukung dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/Kep/Dir tanggal 29 Mei 1993). Kategori yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan platfon kredit maksimum Rp 250 Juta untuk membiayai usaha yang produktif.

Usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa. Kredit tersebut dapat berupa Kredit Investasi maupun Kredit Modal Kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki total aset


(21)

maksimum Rp 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan platfon kredit sampai dengan Rp 25 juta biasanya dianggap sebagai kredit kepada usaha mikro. (Totok B dan Sigit T, 2006,121)

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM (Usaha Kecil Menengah) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan sangat penting, karena sebagian besar jumlah penduduk berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu :

1. Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 2. Departemen Koperasi dan UKM.

Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilakukan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar.

Pelaksanaan kebijakan UKM oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja dan merupakan janji politik belaka, sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha besar hampir pada semua sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri. Industri kecil menengah atau UKM di jadikan anak tiri pembangunan ekonomi, padahal dari data dan sisi rasionalitas ekonomi, sektor UKM sangat membantu dan menjadi solusi bagi masalah yang sekarang ini ada dalam perekonomian.


(22)

Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk usaha kecil yang bergerak dalam sektor pertanian. Pada tahun 1996 data BPS menunjukan jumlah UKM adalah 38,9 juta, dimana sektor pertanian berjumlah 22,5 juta (57,9 %), sektor industri pengolahan adalah 2,7 juta (6,9 %), sektor perdagangan, rumah makan dan hotel adalah 9,5 juta (2,4%) dan sisanya bergerak dibidang lain. Dari segi nilai ekspor nasional BPS data 1998 sebesar 6,2%. (Tiktik SP dan Abd. Rachman S, 2002, 20)

BPS juga menunjukkan bahwa 99,3% dari jumlah unit industri merupakan industri kecil. Jumlah pekerja yang diserap industri kecil lebih besar dibandingkan dengan jumlah pekerja yang diserap industri besar yaitu 67%:23% seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dan 1.2 di bawah ini:

TABEL 1.1

JUMLAH UNIT INDUSTRI MENENGAH/BESAR DAN INDUSTRI KECIL DI INDONESIA

PERIODE 1991-1997

Tahun

Industri Skala

Menengah/Besar Industri Skala Kecil Jumlah

Persen (%)

1991 16,494 0.66 2,473,765 99.34 2,490,256 100

1992 17,648 0.71 2,474,235 99.29 2,491,883 100

1993 18,219 0.73 2,478,549 99.27 2,496,768 100

1994 19,017 0.74 2,503,529 99.26 2,522,305 100

1995 21,551 0.8 2,641,339 99.2 2,662,662 100

1996 22,997 0.87 2,679,130 99.13 2,702,595 100

1997 23,386 0.71 3,543,397 99.3 3,566,783 100


(23)

TABEL 1.2

TENAGA KERJA INDUSTRI MENENGAH/BESAR DAN INDUSTRI KECIL DI INDONESIA

PERIODE 1993-1997

Industri Skala Menengah/Besar Industri Skala Kecil Jumlah Pekerja

Tahun Pekerja ( orang ) Bagian ( % ) Pertumbuhan ( % ) Pekerja ( orang ) Bagian ( % ) Pertumbuhan ( % ) Pekerja ( orang ) Bagian ( % )

1993 5,574,829 32.38 7.93 7,464,011 67.6 6.1 11,038,820 100

1994 3,813,670 33.2 6.68 7,674,687 66.8 2.8 11,488,357 100

1995 4,174,142 34.2 9.45 8,016,397 65.8 4.45 12,190,539 100

1996 4,214,967 33.8 0.98 8,255,747 66.2 2.98 12,470,714 100

1997 4,170,093 33.25 -1.06 8,371,327 66.7 1.4 12,541,420 100

Sumber : BPS, 1997

Oleh karena itu, pemerintah sudah seharusnya memberikan perhatian yang kusus bagi berkembangnya UKM. Sebenarnya setiap kebijakan pembangunan ekonomi pemerintah sejak PELITA I punya ciri dan arah yang berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi ekonomi yang dihadapi bangsa. Termasuk kebijakan ekonomi tentang KUK (Kredit Usaha Kecil) dan koperasi. Sejarah perekonomian Indonesia mencatat, bahwa sejak dulu sektor swasta khususnya adalah pengembangan UKM memang mendapat perhatian yang cukup besar karena memang sudah seharusnya pantas, serta tepat untuk dijadikan skala prioritas kebijakan ekonomi pemerintahan.

Pemerintah pada tanggal 1 Juni tahun 1983 telah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan efisiensi dalam memobilisasi dana dengan prinsip profesionalitas serta kemandirian. Kebijakan ini yang diharapkan dapat


(24)

memantapkan stabilitas moneter guna mendukung proses penyesuaian perekonomian sehingga dapat mendorong sektor swasta bertambah maju.

Pertumbuhan ekonomi meningkat pada tahun 1988 setelah dikeluarkannya Pakto 88 yaitu pada tanggal 27 Oktober 1988, yang diupayakan untuk dapat menggerakkan dana. Bank-bank menaikkan kredit dan reserves requirement turun menjadi 2% dari 15% sehingga kredit semakin meningkat. Kemudahan perizinan untuk mendirikan bank menjadi bagian penting dalam sejarah perbankan Indonesia dalam usaha untuk menaikan kredit karena adanya pakto 88. (Insukindro, 1993, 68)

Porsi alokasi KUK yang diberikan oleh bank-bank umum yang notabene memiliki aset paling besar menjadi sangat berarti bagi berkembangya UKM. KUK adalah penentu bagi hidup matinya UKM yang diharapkan menjadi sebuah solusi bagi masalah perekonomian kini. Tanpa KUK maka UKM akan kehilangan potensi untuk tumbuh dan berkembang dikarenakan support utama berdirinya UKM adalah KUK, jadi keduanya tidak bisa terlepas. Perkembangan, porsi serta penentu dari alokasi KUK oleh bank-bank umum di Indonesia harus selalu diperhatikan. Perhatian kepadanya membutuhkan cara-cara khusus dan intensif sehingga selalu terpantau yaitu faktor-faktor dimana situasi dan kondisi yang menciptakan pengaruh hubungan antara alokasi KUK yang teralokasikan dengan sektor riil ekonomi UKM.

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan atau mempengaruhi alokasi KUK dengan demikian layak untuk diteliti. Jika tidak ada penelitian tentangnya dikhawatirkan alokasi KUK yang sangat penting bagi perekonomian ini ketika


(25)

terjadi problem, kendala yang menghambat alokasi KUK tidak dapat diketahui apa penyebab sebenarnya, sehingga tidak mampu untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah yang ada.

Penulis berkeinginan untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi KUK dalam sektor perbankkan. Faktor tersebut adalah; Jumlah dana yang dihimpun oleh bank-bank umum, tingkat bunga kredit dan tingkat inflasi akan menjadi subjek penelitian penulis. KUK yang teralokasikan dapat terpengaruh oleh jumlah dana yang dihimpun bank karena jika semakin banyak dana yang diperoleh bank dari masyarakat maka akan semakin banyak pula yang ia alokasikan untuk kredit karena bank ingin mendapatkan keuntungan yang besar. Tingkat suku bunga juga mempengaruhi KUK karena semakin tinggi tingkat suku bunga maka akan menimbulkan keengganan masyarakat yaitu UKM untuk meminjam dana jika tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh UKM dari peminjaman dana KUK tersebut. Inflasi juga berpengaruh terhadap KUK karena jika terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikan bunga kemudian berdampak pada penaikan bunga oleh bank-bank umum sehingga bunga KUK ikut naik, juga dikarenakan jika terjadi inflasi dunia usaha akan mengalami kelesuan sebab permintaan agregat akan turun.

Berdasarkan kepentingan di atas Penulis berkeinginan untuk meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi KUK. Penelitian diharapkan bisa dilaksanakan sesegera mungkin karena kepentingannya yang mendesak. Diharapkan dengan penelitian ini semua pihak yang terkait dan


(26)

berkepentingan dengannya dapat memanfaatkan hasil yang sebesar-besarnya. Penelitian ini oleh penulis dijadikan sebagai skripsi dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah jumlah dana yang dihimpun oleh bank-bank umum di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia ?.

2. Apakah tingkat suku bunga riil kredit ( Pinjaman ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia ?.

3. Apakah tingkat laju inflasi di Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah jumlah dana yang dihimpun oleh bank-bank umum di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia.


(27)

2. Untuk mengatahui apakah tingkat suku bunga riil kredit ( pinjaman ) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia

3. Untuk mengetahui apakah tingkat laju inflasi di Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alokasi KUK pada bank-bank umum di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang akan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis adalah untuk mendapatkan gelar S1

2. Bagi pemerintah dan masyarakat adalah untuk informasi bagaimana pemerintah dan masyarakat dapat meningkat sektor industri kecil atau UKM sebagai usaha untuk meningkatkan GDP serta berguna bagi pembanding bagi penelitian yang serupa

3. Bagi bank-bank umum di Indonesia adalah untuk sumber referensi dan informasi bagaimana membuat kebijakan yang berkaitan dengan alokasi KUK serta strategi peningkatan UKM

1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian, skripsi yang akan dilaksanakan oleh penulis direncanakan memiliki beberapa pokok bab bahasan yang akan mengatur jalannya kelancaran proses penelitian tersebut. Bab bahasan dalam skripsi ini memiliki 7 pokok bab bahasan yang akan digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan penelitian/ skripsi ini. Pokok bab bahasan tersebut adalah :


(28)

1. Bab I : Pendahuluan

Unsur-unsur pokok yang termuat dalam bab pertama ini adalah tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah penelitian, manfaat dan tujuan diadakannya penelitian tersebut dan urut-urutan dalam sitemetika penulisan penelitian.

2. Bab II : Tinjauan Umum Subjek Penelitian

Bab ini merupakan uraian/deskripsi/gambaran umum atas subjek penelitian yang akan diteliti. Dilakukan dengan merujuk kepada data ataupun fakta yang bersifat umum sebagai wacana umum variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian.

3. Bab III : Kajian Pustaka

Bab ini berisi tentang pendokumentasian dan pengkajian hasil dari penelitian sebelumnya pada area yang sama. Dari proses ini akan ditemukan hubungan, kelebihan dan kelemahan antar penelitian sehingga menunjukan penting dan bermanfaatnya penelitian ini bagi ilmu pengetahuan.

4. Bab IV : Landasan Teori dan Hipotesis

Bab ini ada dua bagian penting yang pertama adalah mengenai landasan teori yang harus memberikan diskusi yang lengkap tentang hubungan antarvariabel


(29)

dalam penelitian yang saling terlibat. Bagian kedua adalah formulasi hipotesis sehingga dengan diformalkannya hipotesis maka ia akan siap untuk diuji.

5. Bab V : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber data.

6. Bab VI : Analisis dan Pembahasan

Bab ini menguraiakan tentang semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisis statistik.

7. Bab VII : Simpulan dan Implikasi

Bab ini berisi dua hal yang pertama adalah tentang simpulan yaitu akan menguraikan simpulan-simpulan yang langsung diturunkan dari seksi diskusi dan analisis yang dilakukan dalam bagian sebelumnya, juga sudah dapat digunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Pada hal yang kedua tentang implikasi yaitu sebagai hasil dari simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah haruslah dapat ditarik benang merah apa implikasi teoritis penelitian ini.


(30)

Diharapkan dengan ketujuh proses pokok bab pembahasan tersebut kelancaran dan keberhasilan dari penelitian skripsi dapat terlaksana.


(31)

BAB II

TINJAUAN UMUM SUBJEK PENELITIAN 2.1 Kondisi Bank-Bank Umum

Jumlah bank umum sejak krisis moneter tahun 1998 berkurang lebih 100 bank. Suatu pengurangan jumlah yang besar. Saat ini, jumlahnya tinggal 131 bank umum, di mana 60 persen di antaranya bank kecil dengan aset Rp 1 triliun ke bawah. Dari sisi finansial atau aset, 15 bank menguasai lebih dari 80 persen industri perbankan. (SEKI:BI)

Pada tahun 2004, perbankan nasional memasuki pertumbuhan tinggi, sektor perbankan menguasai pasar, emiten perbankan memimpin pergerakan saham di pasar modal. Penyelenggaraan pemilu memang sedikit menghambat laju penyaluran kredit di kuartal pertama, tetapi fundamental yang kuat menghasilkan optimisme besar memandang perbankan.

Masa konsolidasi perbankan bisa dikatakan telah usai tahun 2003 lalu. Pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan divestasi Bank Permata menjadi penanda telah berakhirnya masa itu.

Semua bank yang tadinya di bawah BPPN telah menyelesaikan program restrukturisasi, hal ini berjalan dengan lancar, terutama sekali restrukturisasi kredit bermasalah (NPL). Konsolidasi lain, yaitu konsolidasi secara akuntansi, seperti halnya kuasi reorganisasi juga telah selesai. Kuasi reorganisasi adalah prosedur akuntansi yang ditetapkan perusahaan dan disetujui pemegang saham untuk menghapus saldo negatif laba ditahan dengan menurunkan saldo akun (pos)


(32)

paid-up capital (modal disetor). Dalam proses tersebut, aktiva yang dinilai terlalu tinggi juga harus diturunkan.

Selesainya kuasi reorganisasi ini membuat posisi bank berubah sama sekali. Dari keuangan yang negatif besar, menjadi positif. Secara fundamental posisi permodalan bank nasional sudah sangat tinggi, mencapai Rp 120 triliun. Naik Rp 20 triliun dari bulan sebelumnya yang Rp 100 triliun. Atau telah melambung jauh dari posisi modal pada masa krisis tahun 1999 yang negatif Rp 21 triliun suatu berita yang sangat menyenangkan.

Sampai dengan tahun 2003, perbankan boleh dikatakan disibukkan oleh kegiatan konsolidasi intern dan ekstern, melakukan berbagai efisiensi dari soal operasional, jaringan, kantor cabang, serta efisiensi biaya modal dengan membuang beban. Yang paling kentara adalah pergeseran sumber dana dari dana mahal berupa deposito ke dana murah berupa tabungan dan giro.

Pada bulan Juni 2003 posisi deposito berjangka yaitu terhitung masih 52 persen dari total dana pihak ketiga, dan terus turun sehingga pada Desember 2003 menjadi 48 persen. Tahun 2004, total deposito berjangka Rp 405 triliun, atau 45 persen dari total dana pihak ketiga yang Rp 897 triliun. 55 persen dana pihak ketiga telah berbentuk dana murah berupa tabungan dan giro. Bahkan struktur pendanaan ini lebih baik daripada masa sebelum krisis, di mana porsi deposito di atas 50 persen bahkan bisa mencapai 54 persen dari dana pihak ketiga. ( SEKI : Bank Indonesia )

Faktor lain yang membuat bank merasa kokoh adalah obligasi pemerintah di perbankan yang mencapai Rp 321 triliun, memang dana pemerintah. Di satu sisi


(33)

masih banyaknya obligasi pemerintah dikritik habis karena menunjukkan masih lemahnya fungsi intermediasi bank. Tetapi, di sisi lain obligasi pemerintah ini cukup mendukung kinerja perbankan. Sekalipun tidak ideal, hal itu membantu bank dari sisi pendapatan, dan aliran dana tunai ketika sektor riil belum siap menyerap kredit.

Keberhasilan BI mempertahankan suku bunga sangat rendah memberi dua keuntungan kepada bank. Pertama beban bunga menurun tajam, dari Juni tahun 2003 ke Juni tahun 2004 turun 35-40 persen, adalah suatu prestasi yang harus diteruskan. ( SEKI : Bank Indonesia ) Selain dari turunnya suku bunga kredit, penurunan beban bunga ini juga diperoleh dari penggeseran sumber dana bank yaitu dari yang mahal berupa deposito ke murah berupa tabungan dan giro.

Dari berbagai indikator yang menunjukkan pemulihan kinerja perbankan, yang masih berbeda dengan kondisi sebelum krisis hanya soal rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga (loan deposit ratio/LDR). Perbedaan utama ini terkait dengan faktor aset bank yang sebagian besar masih berbentuk obligasi pemerintah. Jadi, besar sekali piutang yang tidak dalam bentuk kredit, tetapi berbentuk obligasi pemerintah yang tidak dapat diberi bobot risiko. Menjadi tidak terlalu mengherankan kalau CAR tinggi, LDR rendah karena dana pemerintah tersebut.

Dengan selesainya konsolidasi, perbankan tidak lagi melulu sibuk mengurusi perbaikan internal. Bankir mulai bisa fokus berpikir tentang bagaimana untuk tumbuh dan berkelanjutan. Caranya bisa bermacam-macam seperti ekspansi kredit, merger dan akuisisi, atau membentuk aliansi strategis.


(34)

Ardhian ( 2004 ) menyebutkan tanda-tanda fase pertumbuhan tinggi ini bisa dilihat pada semaraknya merger, akuisisi dan berbagai langkah lain tersebut. Sebut saja akuisisi Central Sari Finance (CSF) oleh Bank Central Asia, Adira Dinamika Multi Finance oleh Bank Danamon, masuknya OCBC Bank Singapore yang membeli 22,5 persen saham Bank NISP, Bank Buana menggandeng Bank asal Singapura lainnya, UOB, dengan melepaskan 23 persen saham dengan nilai Rp 602 miliar.

Pertanda yang paling mencolok adalah begitu banyaknya bank lokal yang mengikuti tender divestasi Bank Permata. Akuisisi terhadap bank lain sudah jelas dampaknya bagi peningkatan kemampuan bank. Akuisisi terhadap perusahaan pembiayaan akan membantu mendongkrak penyaluran kredit. Akuisisi atau aliansi strategis dengan perusahaan sekuritas atau asuransi akan membantu kemampuan sebaran pelayanan bank sehingga dana nasabah tidak akan lari ke mana-mana dan dapat diolah secara lebih maksimal.

2.2 Kebijakan Bank Indonesia dan Bank-Bank Umum dalam Penyaluran Kredit Usaha Kecil

Dengan berlakunya UU No.23/1999, BI tidak lagi dimungkinkan untuk memberikan kredit, sehingga tugas pengelolaan kredit program dialihkan kepada tiga BUMN yang ditunjuk pemerintah, yaitu BRI, BTN dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dalam hal ini, tersedia alternatif pendanaan berupa Surat Utang Pemerintah (SUP). SUP yang penerbitannya dimaksudkan untuk mengganti dana KLBI yang jatuh tempo tahun 2000 dan 2001, akan dicairkan secara bertahap sejalan dengan pengembalian KLBI pada saat jatuh tempo,


(35)

dengan tetap memperhatikan program moneter. Sampai akhir Maret 2003, dana SUP yang tersedia adalah sekitar Rp 3 triliun. Untuk mengoptimalkan dana SUP tersebut, perlu dilakukan upaya penyiapan program yang dapat memanfaatkan dana tersebut yang kunci pokoknya dipegang oleh BI.

BI memiliki strategi guna kelancaran proses pengucuran dana tersebut kepada UMKM dengan berbagai point penting yaitu:

1. Meningkatkan hubungan bank dengan lembaga keuangan (linkage program).

Dalam rangka meningkatkan kemampuan BPR dalam menyalurkan kredit kepada usaha mikro dan membantu bank dan lembaga keuangan dalam meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM, maka BI mendorong linkage program antara BPR dan bank umum/lembaga keuangan. Sinergi bank umum dan BPR dalam bentuk linkage program merupakan salah satu strategi dalam memperkuat kapasitasnya. Berdasarkan data sampai Juni 2003, kerjasama tersebut telah melibatkan 923 BPR dengan 29 lembaga keuangan (28 bank umum dan PT PNM), dengan plafon Rp 548 miliar dan baki debet Rp 331 miliar.

2. Membentuk Unit Layanan Mikro (ULM).

Beberapa bank umum seperti BRI dan Bank BNI telah membentuk unit layanan mikro (ULM) untuk melayani KUK

3. Pembentukan UKM Centre.

Beberapa bank umum seperti Bank Niaga dan Bank Danamon telah membentuk UKM Centre yang berlokasi di daerah-daerah tertentu yang


(36)

diharapkan dapat berfungsi untuk merealisasikan business plan penyaluran kredit kepada UKM, pelaksanaan linkage program dengan BPR dalam penyaluran kredit kepada UKM dan sumber informasi bagi masyarakat yang memerlukan.

4. Pola Kemitraan Terpadu.

Untuk mempermudah akses kepada layanan perbankan, beberapa bank umum juga memberikan kredit kepada usaha mikro dan usaha kecil dengan pola kemitraan, yaitu keterkaitan antara usaha besar dengan UKM yang mempunyai potensi keterkaitan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Bank Indonesia dan bank-bank umum telah melakukan suatu tindakan strategis untuk meningkatkan perkembangan sektor riil melalui kredit yang disalurkan kepada UKM. UKM sebagai sasaran pokok dari strategi kebijakan perbankan dalam perkreditan KUK tersebut diharapkan dapat menyerap penuh dana dari bank-bank umum. Penyerapan dana dari bank-bank umum oleh UKM dengan demikian patut untuk selalu diperhatikan, sehingga jika ditemukan kendala ditengah jalan dapat segera dicarikan solusinya.

2.3 Kebijakan Pemerintah dalam Mengembangkan Usaha Kecil di Indonesia Melalui berbagai departemen seperti Departemen Tenaga Kerja, Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Departemen Perindustrian maupun Departemen Perdagangan, pemerintah melancarkan progam-progam pembinaan yang terpadu pada pengembangan Usaha Kecil. Pemerintah tetap konsisten dengan rencana dan progam kerjanya dalam Pengembangan Perusahaan


(37)

Kecil, hal tersebut dibuktikan melalui Pola Kebijaksanaan dan Pengembangan Industri/Usaha Kecil sebagai berikut:

1. Sistem keterkaitan Bapak Angkat-Mitra Usaha.

2. Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi.

3. Mewajibkan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) menyisihkan dana pembinaan sebesar 1%-5% dari keuntungan bersih.

4. Menugaskan lembaga perbankan mengalokasikan dana kredit usaha kecil dan koperasi sebanyak 20% dari portofolio kredit yang disalurkan ( KUK ) 2.4 Kondisi Historis Usaha Kecil di Indonesia dan Prospek Kedepan

Pemerintah telah bertekat untuk mengembangkan sektor small-of business atau industri/usaha berskala kecil dalam Progam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ( PJPT II ). Hal ini terbukti dengan terbentuknya Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada masa pemerintahan dalam kabinet Pembangunan dalam Pelita ke VI. Oleh karena itu merupakan momentum yang sangat tepat untuk kalangan wirausaha dan calon wirausaha di Indonesia untuk memulai melangkah dan mengembangkan kemampuan kewirausahaannya berkompetisi dengan usaha-usaha kecil yang telah lebih dulu ada.

Pemerintah melalui Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Perdagangan serta pihak Perbankan telah melakukan upaya yang semaksimal mungkin dalam membantu pengusaha kecil, industri kecil maupun sektor informal. Melaului strategi pengembangan usaha kecil, pada akhir pelita III hal telah terbukti bahwa telah tercapai jumlah unit skala kecil yang tersebar di


(38)

Pulau Jawa kurang lebih berjumlah ( 76,54 % ) serta di Propinsi lainnya ( 23,46 %) ( Harimurti, 2001, 6 ).

Menurut Drs. Hidayat MA, dalam majalah forum ekonomi, presentase sektor usaha kecil dan sektor informal di sebagian kota-kota besar di Indonesia adalah; Jakarta sebesar 50 %, Bandung sebesar 65 %, Semarang sebesar 40 %, Yogyakarta sebesar 35 %, Surabaya sebesar 45 %. Presentase tersebut sebagian besar berusaha dalam usaha perdagangan. Bidang perdagangan merupakan bidang yang lebih memungkinkan, karena memiliki syarat usaha yang tidak seperti usaha besar yaitu keahlian khusus dan modal permulaan yang besar.

Hubungan bisnis yang saling menunjang pasti dibutuhkan oleh perusahaan besar atau perusahaan perdagangan yang besar untuk memacu penggunaan keterampilan dan nilai ekonomis dari usaha kecil. Perusahaan-perusahaan besar harus membeli bahan baku dan mengangkutnya ke pabrik, subkontrak pembuatan komponen, membangun jaringan distribusi, penjualan dalam jumlah besar maupun eceran, serta jaringan jasa pelayanan dan perbaikan. Aktivitas saling tunjang ini dapat dilaksanakan oleh usaha kecil, karena perusahaan besar umumnya hanya menangani pekerjaan dalam skala besar yang lebih vital.

Perusahaan besar menyadari pentingnya peran perusahaan kecil, tentunya akan mengadakan hubungan dan melaksanakan pembinaan, pelatihan serta pengembangan usaha kecil yang berlokasi dekat dengan perusahaannya. Wirausaha yang dinamis dan ulet mampu melihat peluang dan seringkali menjadi agen-agen utama dari perusahaan besar dan mampu berkembang menjadi penyalur


(39)

atau pedagang besar juga pada akhirnya, agen jasa ( misal: catering dan lainnya ) atau perbengkelan yang besar.

Dengan adanya share atau bagian pekerjaan yang terbuka sedemikian karena terciptanya suatu sistem produksi, maka sebenarnya selalu ada peluang dengan pola hubungan keterkaitan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil dengan berbagai model keterkaitan kerjasama yang menguntungkan. Pola hubungan yang ideal tersebut dapat dirumuskan menjadi seperti pada gambar 1.1 berikut:

GAMBAR 2.1

POLA HUBUNGAN KERJASAMA PERUSAHAAN BESAR-MENENGAH-KECIL

Perusahaan Besar Perusahaan Menengah Perusahaan Kecil

Perdagangan Grosir Agen dan pengecer

Industri Supplier bahan baku Reparasi, jasa, transportasi Perusahaan Ekspor Pengumpul barang

kerajinan

Industri kecil ( produsen ) Sumber : Harimurti , 2001, 48

Usaha besar, menengah dan kecil sudah seharusnya melaksanakan sinergisitas dalam perekonomian. Penyerapan tenaga kerja pengurangan pengangguran akan dapat terlaksana jika ketiga skala usaha ini dapat bekerjasama saling melengkapai dan berkaitan. Pemerintah dengan kebijakannya diharapkan


(40)

mampu untuk menciptakan regulasi policy yang dapat mengakomodasi dan melancarkan proses pola hubungan tersebut.

2.5 Perkembangan Kredit Perbankan

Sekalipun LDR belum pulih kembali seperti pada masa sebelum krisis, tetapi fungsi intermediasi perbankan nasional secara bertahap terus menunjukkan perbaikan. Terutama pertumbuhan kredit di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan konsumer.

Posisi kredit perbankan pada bulan Juni di tahun 2004 mengalami peningkatan Rp 15,3 triliun menjadi Rp 528,7 triliun. Sekalipun pada kuartal pertama tahun 2004 penyaluran kredit sempat seret, hanya tumbuh Rp 6,8 triliun. Tetapi kondisi itu pada kuartal kedua membaik. Dalam bulan Juni 2004 saja, kredit baru yang dikucurkan mencapai Rp 11,8 di mana 44,4 persen di antaranya disalurkan untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Secara kumulatif, sampai Juni 2004, total kredit baru perbankan mencapai Rp 31,9 triliun.

Peningkatan kredit tersebut jika dilihat dari sisi penawaran antara lain disebabkan oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 17,7 triliun atau sekitar 2 persen dari total DPK yang Rp 897 triliun. Di lihat dari sisi permintaan, volume kenaikan kredit didorong oleh relatif rendahnya tingkat suku kredit perbankan. Meskipun demikian, dalam bulan Juni 2004 terdapat tambahan undisburse loan, kredit yang sudah disetujui tetapi belum dicairkan, yakni Rp 1,7 triliun. Secara keseluruhan, kredit yang sudah disetujui tetapi belum dicairkan pada tengah tahun 2004 ini mencapai Rp 127,6 triliun.


(41)

Tingginya jumlah kredit yang telah disetujui oleh pihak bank, tetapi belum ditarik tersebut adalah mengisyaratkan bahwa sektor riil masih menghadapi banyak kendala, sehingga hanya memiliki sedikit ruang gerak. Tidak heran kalau porsi kredit terbesar masih dari kredit konsumsi, sementara kredit investasi paling rendah. Pada Mei 2004, dari total kredit baru Rp 24,4 triliun, kredit investasi baru Rp 5,1 triliun atau 20,1 persen, kredit konsumsi Rp 7,8 triliun atau 32 persen, dan kredit modal kerja Rp 11,5 triliun atau 47 persen.

Dari sudut kualitas kredit, pada bulan Juni terjadi peningkatan kualitas yang membanggakan yaitu terlihat pada penurunan rasio NPL kotor maupun bersih yang masing-masing menurun menjadi 7,6 persen untuk kotor dan 2,4 persen untuk bersih. Aspek permodalan industri perbankan masih memadai, yakni tercatat sebesar 20,9 persen. Meskipun demikian, harus diperhatikan pengaruh faktor besarnya aset berbentuk obligasi pemerintah terhadap CAR dan LDR.

2.6 Perkembangan dan Kondisi Kredit Usaha Kecil ( KUK ) Jumlah Penghimpunan Dana Tingkat Inflasi serta Suku Bunga Kredit Bank-Bank Umum di Indonesia

2.6.1 Kredit Usaha Kecil ( KUK ) Bank Umum di Indonesia

Dari data yang dikumpulkan oleh Bank Indonesia dalam Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia ( SEKI ), menunjukan bahwa jumlah alokasi KUK pada bank-bank umum sangat memuaskan. Jumlah besar dalam triliyun rupiah diperlihatkan, pada awal tahun penelitian 2003 bulan Januari sebesar Rp 60 triliyun. Alokasi KUK kemudian stabil sampai dengan bulan September mengalami peningkatan jumlah alokasi KUK sebesar Rp 72 riliyun, hal ini


(42)

menunjukan bahwa sektor riil mulai mengalami pertumbuhan yang subur. Kondisi demikian bertahan sampai empat bulan kedepan yaitu pada bulan Desember tahun 2003.

Data SEKI BI kemudian memperlihatkan pada tahun awal 2004 alokasi KUK mangalami penurunan dari bulan pada tahun sebelumnya yaitu dari bulan Desember 2003 sebesar Rp 72 triliyun menjadi sebesar Rp 69 triliyun bulan Januari tahun 2004. Kondisi seperti ini stabil sampai tujuh bulan mendatang, hampir sama seperti keadaan alokasi KUK pada tahun sebelumnya juga stabil pada posisi RP 60 triliyun selama delapan bulan. Kemudian pada bulan selanjutnya yaitu Agustus baru mengalami kenaikan sebesar Rp 70 triliyun, dilanjutkan mengalami kenaikan menjadi Rp 80 triliyun pada bulan September tahun yang sama 2004. Bulan Oktober sampai Nopember tahun 2004 jumlah alokasi KUK mengalami penurunan lagi yaitu sebesar Rp 70 triliyun.

Pada bulan awal tahun 2005 dan bulan akhir tahun 2004 alokasi KUK menunjukan kenaikan yaitu sebesar Rp 80 triliyun, kondisi ini tetap stabil sampai bulan Juli 2005. Data kemudian menunjukan pada bulan Agustus 2005 sampai bulan tutup tahun menunjukan peningkatan alokasi KUK yaitu sebesar Rp 90 triliyun. Kondisi alokasi KUK secara sepintas jika kita mengamati akan menunjukan kepuasan dalam pelaksanaannya. Seperti yang diperlihatkan kepada kita bagaimana alokasi KUK ini berjalan dapat diamati dengan mudah dari tabel 2.1 beserta gambar grafik 2.2 tentang alokasi KUK pada bank-bank umum yang diambil sumbernya dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia ( SEKI : BI ) dibawah ini:


(43)

TABEL 2.1

JUMLAH ALOKASI KUK BANK-BANK UMUM

Tahun/Bulan

KUK ( Milyard

Rp) Tahun/Bulan

KUK (Milyard

Rp)

2003;01 60672.1 2004;07 69368

2003;02 62656.3 2004;08 70575

2003;03 62075.5 2004;09 81356

2003;04 63454.26 2004;10 79376 2003;05 64158.67 2004;11 79629 2003;06 66381.07 2004;12 85191

2003;07 67195 2005;01 82651

2003;08 69725 2005;02 86576

2003;09 72194 2005;03 88980

2003;10 72393 2005;04 89333

2003;11 73546 2005;05 89069

2003;12 72647 2005;06 88493

2004;01 69275 2005;07 88867

2004;02 68850 2005;08 90712

2004;03 69009 2005;09 91245

2004;04 69060 2005;10 92044

2004;05 69864 2005;11 92290

2004;06 69456 2005;12 96580

Sumber : SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.2

JUMLAH ALOKASI KUK KUK 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 2003; 0 1 2003; 0 4 2003; 0 7 2003; 1 0 2004; 0 1 2004; 0 4 2004; 0 7 2004; 1 0 2005; 0 1 2005; 0 4 2005; 0 7 2005; 1 0 Periode J u m la h A lo k a s

i KUK (

M ily a rd R p )


(44)

2.6.2 Jumlah Penghimpunan Dana Bank-Bank Umum di Indonesia

Dari data SEKI BI dapat ditelusuri tentang bagaimana kondisi jumlah penghimpunan dana dari pihak ketiga pada bank-bank umum di Indonesia. Pada awal tahun penelitian yaitu 2003 bulan Januari jumlah penghimpunan dana sebesar Rp 677 triliyun, jumlah ini cukup besar dan kiranya menggembirakan bagi kita bawa bukti kondisi perbankan sudah menunjukan pemulihannya dimata masyarakat dapat terlihat. Kondisi tersebut stabil selama lima bulan kedepan. Baru pada bulan Juni mulai menunjukkan peningkatan sebesar Rp 710 triliyun, kemudian secara mengejutkan kondisi ini stabil selama delapan belas bulan kedepan sampai pada bulan November tahun 2004 menunjukan jumlah sebesar Rp 783 triliyun.

Suatu kondisi yang menyenangkan perbankan, karena dengan melihat data yang demikian kita dapat mengetahui bahwa perbankan telah tepat menerapkan strateginya untuk menghimpun dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga merupakan modal utama bagi bank untuk menunjukan eksistensinya pada dunia ekonomi. Kegembiraan ini kemudian tetap menunjukan peningkataannya karena pada akhir tahun 2004 dan selama dua belas bulan kedepan jumlah penghimpunan dana bank-bank umum di Indonesia naik sejumlah Rp 800 triliyun, kemudian ditutup dengan akhir tahun penelitian yaitu 2005 bulan Desember dengan jumlah Rp 932 triliyun. Perkembangan yang menarik ini jika kita pantau lebih dalam lagi dapat terlihat seperti dalam tabel 2.2 dan ditunjukan sepintas dengan melalui gambar grafik 2.3 berikut ini:


(45)

TABEL 2.2

JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA BANK-BANK UMUM

Tahun/Bulan

Jmlh Pnghimpnan

Dana ( Milyard Rp ) Tahun/Bulan

Jmlh Pnghimpnan Dana ( Milyard Rp ) 2003;01 677130 2004;07 761315 2003;02 686998 2004;08 768860 2003;03 693030 2004;09 776464 2003;04 698095 2004;10 779124 2003;05 699123 2004;11 783977 2003;06 710196 2004;12 820585 2003;07 713981 2005;01 805873 2003;08 719165 2005;02 803531 2003;09 720673 2005;03 813343 2003;10 735756 2005;04 828110 2003;11 728753 2005;05 834602 2003;12 755599 2005;06 853650 2004;01 741029 2005;07 851351 2004;02 734422 2005;08 859836 2004;03 734178 2005;09 875857 2004;04 732048 2005;10 873450 2004;05 743697 2005;11 892688 2004;06 761706 2005;12 932873 Sumber: SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.3

JUMLAH PENGHIMPUNAN DANA

Jumlah Penghimpunan Dana

0 200000 400000 600000 800000 1000000 2003; 0 1 2003; 0 4 2003; 0 7 2003; 1 0 2004; 0 1 2004; 0 4 2004; 0 7 2004; 1 0 2005; 0 1 2005; 0 4 2005; 0 7 2005; 1 0 Periode J u m la h P e nghi m puna n D a n a ( M ily a rd R p )


(46)

2.6.3 Tingkat Inflasi Indonesia Masa Penelitian

Pada data yang ada dalam SEKI BI menunjukan tingkat laju inflasi Indonesia pada umumnya mengalami alur zigzag yaitu tinggi rendah tingkat inflasi selalu terjadi pada tahun penelitian. Bulan Januari tahun 2003 menunjukan laju inflasi sebesar 8,68 % kemudian bulan berikutnya sudah turun menjadi 7,6 % dan stabil pada kisaran tersebut sampai bulan Mei 2003. Bulan Juni sampai Oktober tingkat inflasi kembali menunjukkan penurunan yaitu sebesar 6 %, dan turun terus pada bulan November dan Desember 2003 sebesar 5,5 dan 5,1 %.

Kondisi demikian menarik karena masyarakat akan mulai menikmati sarana pembiyaan bank yang berupa kredit, sehingga sektor riil dapat bergerak, dikarenakan tren dari laju inflasi menunjukkan penurunan terus menerus. Inflasi pada bulan Januari tahun 2004 sampai Februari mengalami penurunan yang drastis yaitu sampai sebsar 4%. Penurunan tersebut tidak lama kemudian inflasi kembali merangkak mengalami kenaikan. Bulan berikutnya yaitu pada bulan maret april mulai naik menjadi 5,1 dan 5,9%. Mei dan Juni kembali naik sebesar 6,4 dan 6,8%, bulan depannya menjadi 7% dan kemudian turun menjadi 6% stabil sampai lima bulan kedepan yaitu sampai bulan Desember 2004.

Setelah bulan Desember 2004 ke bulan Januari 2005 inflasi mengalami tren peningkatan yang terus menerus sampai akhir tahun 2005 pada bulan Desember sebesar 17,11%, walaupun diiringai pasang surut tetapi inflasi tetap menunjukan jauhnya peningkatan dibanding pada bulan awal penelitian. Perkembangan inflasi yang demikian menimbulkan kekhawatiran terhadap sektor riil karena dengan naiknya inflasi diperkirakan sektor riil mengalami hambatan. Suku bunga kredit


(47)

diperkirakan akan naik seiiring dengan naiknya inflasi. Keadaan yang demikian dapat kita saksikan seperti dalam tabel 2.3 dan gambar grafik 2.4 dibawah ini :

TABEL 2.3

LAJU INFLASI INDONESIA TAHUN 2003-2005

Tahun/Bulan Inflasi % Tahun/Bulan Inflasi %

2003;01 8.68 2004;07 7.2 2003;02 7.6 2004;08 6.67 2003;03 7.17 2004;09 6.27 2003;04 7.62 2004;10 6.22 2003;05 7.15 2004;11 6.18 2003;06 6.98 2004;12 6.4 2003;07 6.27 2005;01 7.32 2003;08 6.51 2005;02 7.15 2003;09 6.33 2005;03 8.81 2003;10 6.48 2005;04 8.12 2003;11 5.53 2005;05 7.4 2003;12 5.16 2005;06 7.42 2004;01 4.82 2005;07 7.84 2004;02 4.6 2005;08 8.33 2004;03 5.11 2005;09 9.06 2004;04 5.92 2005;10 17.89 2004;05 6.47 2005;11 18.38 2004;06 6.83 2005;12 17.11 Sumber : SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.4

TINGKAT INFLASI INDONESIA Inflasi 0 5 10 15 20 2003 ;01 2003 ;04 2003 ;07 2003 ;10 2004 ;01 2004 ;04 2004 ;07 2004 ;10 2005 ;01 2005 ;04 2005 ;07 2005 ;10 Periode Ti ngk a t I nf la s i ( % )


(48)

2.6.4 Suku Bunga Kredit KUK Bank-Bank Umum di Indonesia

Dalam data SEKI BI menunjukkan kondisi suku bunga kredit bank-bank umum yang menjadi sumber penelitian mulai tahun 2003 sampai 2005. Secara garis besar kondisi perkembangan suku bunga kredit tersebut adalah mengikuti alur tren pasang-surut, naik-turunya tingkat laju inflasi di Indonesia. Jika tingkat inflasi naik maka bank Indonesia akan menaikan BI rate nya maka otomatis bank-bank umum juga akan meningkatkan suku bunga nya baik simpanan maupun pinjaman untuk mengatasi negative spread.

Laju perkembangan suku bunga kredit bank umum pada awal tahun 2003 bulan Januari menunjukkan 18,26% tingkat suku bunga yang termasuk tinggi, tetapi pada bulan-bulan selanjutnya mengalami penurununan terus menerus sampai bulan Agustus 2005 yaitu sebesar 13,4% suatu prestasi kredit yang membanggakan. Selanjutnya dikarenakan tingkat inflasi yang meninggi maka suku bunga kredit akhirnya mulai mengikuti kenaikan tersebut, yaitu pada bulan September 2005 sampai Desember 2005 sebesar 14,51% sampai 16,23%.

Kondisi demikian membuat sektor riil diperkirakan mengalami gangguan karena sumber dana pembiyaan dari pihak bank menjadi meningkat bebannya dikarenakan suku bunga kredit yang cenderung meningkat menyusul laju peningkatan inflasi. Kenaikan inflasi secara moneter memang mengharuskan otoritas moneter meningkatkan suku bunga. Perkembangan tingkatan suku bunga kredit bank-bank umum dapat terlihat seperti pada tabel 2.4 dan dengan mudah dapat kita mengerti dalam gambaran grafik tingkat suku bunga kredit seperti gambar 2.5 berikut ini:


(49)

TABEL 2.4

TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT BANK-BANK UMUM

Tahun/Bulan Skb Kredit U K (%) Tahun/Bulan Skb Kredit U K (%)

2003;01 18.26 2004;07 13.99 2003;02 18.25 2004;08 13.84 2003;03 18.08 2004;09 13.8 2003;04 17.87 2004;10 13.64 2003;05 17.75 2004;11 13.57 2003;06 17.41 2004;12 13.41 2003;07 16.88 2005;01 13.4 2003;08 16.36 2005;02 13.37 2003;09 16.07 2005;03 13.31 2003;10 15.77 2005;04 13.31 2003;11 15.45 2005;05 13.2 2003;12 15.07 2005;06 13.36 2004;01 14.99 2005;07 13.42 2004;02 14.79 2005;08 13.4 2004;03 14.61 2005;09 14.51 2004;04 14.48 2005;10 15.18 2004;05 14.27 2005;11 15.92 2004;06 14.1 2005;12 16.23 Sumber : SEKI BI, 2005

GAMBAR 2.5

TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT Skb Kredit U K

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2003 ;01 2003 ;04 2003 ;07 2003 ;10 2004 ;01 2004 ;04 2004 ;07 2004 ;10 2005 ;01 2005 ;04 2005 ;07 2005 ;10 Periode Ti ngk a t S u k u B unga K re di t ( % )


(50)

BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1 Tujuan Kajian Pustaka

Tujuan diadakannya kajian pustaka adalah untuk mendokumentasikan dan mengkaji hasil-hasil dari penelitian yang pernah ada pada area yang sama. Proses kajian pustaka akan menunjukkan fungsi dan kepentingan dalam penulisan penelitian. Diperolehnya beberapa penelitian yang sejenis pada area yang sama dapat diketahui pola hubungan antar penelitian, bermanfaatnya penelitian, ditemukannya kelebihan dan kelemahan sebagai sarana proses kesempurnaan kajian pada bidang yang sama tersebut, sekaligus menghindari duplikasi.

3.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Pada Area yang Sama

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti tentang KUK dan UKM penelitian tersebut antara lain:

1. Erwin (1998) “Penelitian Tentang Penyaluran KUK di Indonesia (1990-1995)”

Penelitian tersebut ditulis dengan tema KUK dan UKM, tentang penyaluran KUK di Indonesia yang dilakukan dengan sampel yang diambil tahun 1990-1995. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah alokasi KUK di Indonesia, sedangkan variabel independen penelitian tersebut yaitu jumlah dana yang dihimpun bank, volume GDP. Menggunakan OLS dengan mencari tahu hubugan variabel independen tersebut terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian tersebut juga menganalisis hubungan antara inflasi dengan tingkat suku bunga deposito.


(51)

Penelitian tersebut kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a) Variabel independen Jumlah dana yang dihimpun bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK

b) Pada tingkat suku bunga deposito ternyata variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito, sehingga jumlah dana yang dihimpun tidak terpengaruh signifikan c) Variabel independen GDP riil berpengaruh signifikan terhadap

Variabel dependen alokasi KUK

Penelitian diatas menggunakan data tahun 1990 sampai dengan tahun 1995, seperti yang telah kita ketahui penelitian diatas dilakukan sebelum terjadinya krisis ekonomi 1998. Dengan mengadakan penelitian yang serupa pada area yang sama paska krisis ekonomi 1998 diharapkan dapat memperbaharui informasi tentang KUK dan UKM, karena pada saat krisis ekonomi 1998 dikhawatirkan sektor riil termasuk didalamnya adalah KUK menjadi terhambat perkembangannya. Krisis ekonomi 1998 yang berpangkal pada krisis moneter sangat menghambat UKM dan alokasi KUK karena inflasi yang tinggi menyebabkan suku bunga kredit yang tinggi sehingga UKM diperkirakan akan terganggu.

2. Ngatiman (1998) “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Dana KUK Oleh Bank Pembangunan Daerah ( BPD ) D.I.Y ( 1985- 2002) “

Penelitian tersebut meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KUK oleh bank BPD di Yogyakarta tahun 1985-2002. Variabel


(52)

dependen dari penelitian tersebut adalah alokasi KUK di bank BPD Yogyakarta, sedangkan variabel independennya adalah jumlah dana jumlah dana yang terhimpun pada bank BPD Yogyakarta, tingkat suku bunga kredit dan PDRB. Penelitian tersebut menganalisis hubungan antara variabel dependen dengan independennya menggunakan analisis regresi model OLS.

Dengan memperoleh beberapa kesimpulan penting didalamnya sebagai berikut ini:

a) Variabel independen Jumlah dana yang terhimpun di bank BPD Yogyakarta ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta b) Variabel independen Tingkat suku bunga ternyata tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta

c) Variabel independen PDRB ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen alokasi KUK pada bank BPD Yogyakarta 3.3 Kesimpulan Tentang Dua Penelitian Sebelumnya dan Hubungannya dengan Penelitian Penulis

Penelitian diatas menggunakan data 1985 sampai dengan tahun 2002 sebelum dan sesudah krisis ekonomi 1998. Dikhawatirkan data yang digunakan sudah tidak relevan lagi untuk masa sekarang. Diperlukan perbaharuan data dan penelitian yang serupa kembali untuk memberikan informasi yang lebih baru guna kepentingan berbagai pihak yang membutuhkan.


(53)

Kedua penelitian diatas tidak semua variabel yang dipakai menggunakan variabel dari sektor perbankan karena kedua penelitian diatas memasukkan variabel PDRB, data yang diambil dari sektor regional untuk penelitian yang kedua. Penulis ingin mengadakan penelitian tentang kredit yang pada area yang sama dengan analisis terfokus kepada sisi kebijakan perbankan. Sisi kebijakan perbankan seperti jumlah penghimpunan dana, laju tingkat inflasi dan suku bunga kredit sebenarnya sangat mungkin berpengaruh terhadap kelancaran pengucuran dana kredit usaha kecil lebih daripada sisi intern pengusaha kecil itu sendiri. Manajemen yang merupakan salah satu sisi intern pengusaha kecil, kelebihan dan kekurangannya serta kondisi eksternal seperti halnya GDP memang juga memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi alokasi KUK, namun karena KUK merupakan kewajiban moral bagi sektor perbankan terhadap sektor riil maka layak untuk medapatkan perhatian yang serius.

Banyaknya penelitian tentang KUK mengisyaratkan bahwa sebenarnya informasi yang didapat dari hasil penelitian pada area yang sama tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi pihak perbankan dan sektor UKM. Maka penulis ingin meneliti dengan tema yang sama yang brjudulkan “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia (Pada tahun 2004:02-2005:12)”.


(54)

BAB IV

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1 Landasan Teori

4.1.1 Pengertian Kredit

Menurut yang diungkapkan Kasmir (2004), kata kredit berasal dari kata Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Pengertian tersebut kemudian dibakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkan Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 bab 1 pasal 1,2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut : “Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain

pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit adalah : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”.

4.1.2 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :


(55)

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan (berupa uang, barang, jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah bank baik secara intern maupun secara ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit ;

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kepercayaan itu dituang dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing-masing-masing ; 3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengambilan kredit yang jelas disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang ;

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya, demikian juga sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja


(56)

oleh nasabah yang lalai maupun oleh resiko yang tidak sengaja, misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan ;

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil.

4.1.3 Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah.

Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Dilihat Dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih


(57)

lama dan dibutuhkan modal yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif lebih besar pula.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.


(58)

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan import.

3. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau jagung.

b. Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti apel, atau peternakan sapi.

c. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti


(59)

perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

Dalam prakteknya, bank dapat pula hanya mengklasifikasikan kredit menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan diatas 1 tahun dianggap jangka panjang.

4. Dilihat Dari Segi Jaminan a. Kredit Dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang diberikan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu harus melebihi jumlah kredit yang diajukan sicalon debitur.

b. Kredit Tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

5. Dilihat Dari Segi Sektor

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian, sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.


(60)

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang peternakan kambing.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, pengacara, dokter.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai

pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.

h. Dan sektor-sektor yang lainnya. 4.1.4.1 Pengertian dan Jenis Kredit Usaha Kecil ( KUK)

1. KUK adalah kredit atau pembiayaan dari bank untk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp.


(61)

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif.

2. KUK-Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, dengan jangka waktu maksimal 10 tahun.

3. KUK-Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.

4. KUK-Kredit Modal Kerja Kontraktor Adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang habis dalam satu siklus usaha.

5. KUK-Channeling Adalah Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi yang diberikan melalui kerjasama dengan Lembaga pembiayaan atau Bank Umum lainnya.

4.1.4.2 Ketentuan Peminjaman KUK

1. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yg tidak berbadan hukum atau badan usaha yg berbadan hukum termasuk koperasi

2. Berdiri sendiri atau tidak berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar

3. Milik WNI

4. Kekayaan bersih maksimal Rp. 200 .000.000,-.


(62)

6. Share dana sendiri minimal 20%

4.1.5 Pengertian Usaha Kecil

Mengacu kepada Undang-Undang No 9 Tahun 1995, kritetia usaha kecil adalah jika dilihat dari keuangan dan modal yang dimilikinya :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ), atau

2. Memiliki penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,- per tahun

Sebelumnya pada tahun 1991 Departemen Perindustrian RI membagi sektor industri yaitu industri kecil dan kerajinan didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai aset kurang dari Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan yang digunakannya. Sedangkan bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, diluar tanah dan bangunan sebesar Rp 600 juta bagi pengertian industri kecil. ( Tiktik SP dan Abd. Rachman S,2002, 14 )

4.1.6 Bentuk dan Jenis Usaha Kecil

Dalam realitanya usaha kecil terbagi-bagi menjadi beberapa kriteria atau golongan. Kondisi tersebut sebenarnya merupakan kejadian yang terjadi secara alami. Berbagai ragam usaha kecil menjadi suatu keunikan tersendiri dan memiliki kelebihan kelemahan masing-masing, tetapi selama satu dengan yang lainnya dapat bersinergi maka usaha kecil akan lebih maju. Kemudahan dalam


(63)

menganalisa juga lebih mudah dikarenakan adanya pembagian tersebut, sehingga keputusan-keputusan semisal kredit dan kebjakan yang berhubungan dengan usaha kecil akan mudah didapat.

4.1.6.1 Bentuk Usaha Kecil

Berdasarkan bentuk usahanya usaha kecil yang terdapat di Indonesia digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Usaha perseorangan

Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau konsumen dengan dukungan dari harta kekayaan perusahaan yang merupakan milik pribadi dari pengusaha yang bersangkutan. Pada umumnya lebih mudah untuk didirikan , karena tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap seperti bentuk usaha yang lain. Jumlahnya cukup besar di Indonesia.

2. Usaha persekutuan

Usaha terebut berusaha untuk memperoleh laba. Merupakan kerjasama antara beberapa orang. Bertanggung jawab kepada pribadi atas usaha persekutuannya. Bentuk dan pola kepemimpinannya berbed-beda dari usaha persekutuan lainnya.


(64)

4.1.6.2 Jenis Usaha Kecil

Jenis usaha kecil dikategorikan berdasarkan jenis produk arau jasa yang dihasilkan, maupun aktivitas yang dilakukan oleh suatu usaha kecil, serta mengacu pada kriteria usaha kecil menurut KADIN serta Himpunan Pengusaha Kecil, juga kriteria dari bank Indonesia yaitu:

1. Usaha perdagangan

Terdiri dari keagenan yaitu ; agen koran dan majalah, sepatu, pakaian dan lain-lain. Pengecer yaitu ; minyak, sembako, buah-buahan. Ekspor/impor ; berbagai produk lokal dan internasional. Sektor informal ; pengumpulan barang bekas, kaki lima dsb.

2. Usaha pertanian

Terdiri dari pertanian pangan maupun perkebunan ; bibit dan peralatan pertanian, buah-buahan dsb. Perikanan darat/laut ; tambak udang, pembuatan krupuk ikan dan produk hasil laut lainnya.

3. Usaha Industri

Terdiri dari industri logam/kimia ; pengrajin logam, kulit, keramik, fiberglass, marmer dsb. Industri makanan minuman ; makanan tradisional, catering. Pertambangan dan galian, serta aneka industri kecil pengarajin patung, ukiran batu dan kayu juga industri konveksi.


(65)

4. Usaha Jasa

Terdiri dari konsultan ; hukum, pajak, manajemen, skripsi. Perencana ; perencana teknis, perencana sistem. Perbengkelan ; mobil, motor, elektronik, jam. Transportasi pengangkutan ; bus, travel, taksi. Jasa Restoran atau rumah makan.

5. Usaha Jasa konstruksi

Terdiri dari kontraktor bangunan, jalan, kelistrikan, jembatan, pengairan dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan teknis konstruksi bangunan

4.1.7 Pengertian Bank

Definisi bank dapat dikemukakan dari beberapa pengertian dibawah ini yaitu :

Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan. Suatu badan uasaha yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.

Kasmir (2004) menyebutkan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat. Bisa dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat. Dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit


(1)

BAB VI

SIMPULAN DAN IMPLIKASI 7.1 Simpulan

Dari proses dalam penelitian ini penulis menemukan sejumlah temuan yang dapat dijadikan sebagai simpulan. Kesimpulan tersebut merupakan temuan dari analisis yang telah dilakukan oleh penulis, dalam mencari faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil pada bank-bank umum di Indonesia. Rumusan masalah dengan demikian sudah dapat terjawab secara jelas. Fakta-fakta tersebut menjadi jawaban dan bagian akhir atas pertanyaan awal pada rumusan masalah di saat penyusunan penelitian.

Simpulan yang telah didapat dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil dapat diuraikan di bawah ini:

1. Jumlah dana yang dihimpun oleh pihak perbankan yaitu bank-bank umum di Indonesia berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume alokasi kredit usaha kecil ( KUK ). Kenaikan dan penurunan alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank umum. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi KUK.

2. Tingkat suku bunga riil kredit (pinjaman), pada bank-bank umum di Indonesia ternyata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume alokasi kredit usaha kecil ( KUK ). Kenaikan dan penurunan jumlah alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga riil kredit (pinjaman) bank umum. Semakin tinggi tingkat suku bunga riil


(2)

87

kredit (pinjaman) bank umum maka kebalikannya adalah, akan semakin rendah jumlah alokasi KUK.

3. Tingkat laju Inflasi di Indonesia ternyata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume alokasi kredit usaha kecil ( KUK ). Kenaikan dan penurunan jumlah alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi oleh tingkat laju Inflasi di Indonesia. Semakin tinggi tingkat laju Inflasi di Indonesia maka kebalikannya adalah, akan semakin rendah jumlah alokasi KUK.

4. Penelitian dengan menggunakan metode OLS ini juga membuktikan bahwa model yang dipakai adalah tepat melalui uji MWD yaitu logaritma natural (lihat lampiran 9-10). R square pada model menunjukkan angka 92,62 % yang berarti nilai dari R square tersebut adalah baik dan tepat karena dapat menunjukkan data aslinya dengat derajat mendekati 1 atau 100 %. Uji F yaitu uji apakah secara keseluruhan ke-tiga variabel independen mempengaruhi variabel dependennya terjawab dengan, ke-tiga variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.

5. Penelitian dengan metode OLS dan menggunakan model logaritma natural tersebut bebas dari masalah klasik dengan dibuktikan bahwa tidak ditemukan adanya masalah dalam asumsi klasiknya dalam proses penujian, 6. maka dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa penelitian sudah dikerjakan dengan efektif (mengerjakan sesuatu yang benar) dan efisien (mengerjakan sesuatu dengan benar).


(3)

7.2 Implikasi

Penelitian tentang KUK ini terkandung di dalamnya bahwa, jika ingin memajukan dan mengembangkan sektor riil dari peranan UKM maka diperlukan cara untuk tercapai tujuan tesrsebut. Pendanaan UKM melalui KUK oleh pihak perbankan yaitu bank-bank umum merupakan salah satu cara yang mudah dan tepat. UKM akan mampu mengembangkan diri karena memiliki modal atau tambahan modal, dari KUK untuk menciptakan usaha mereka yang produktif. KUK karenanya patut mendapat perhatian, maka sebagai konsekuensinya faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi KUK perlu mendapat kajian yang mendalam. Pengkajian tentangnya perlu karena dengannya akan dapat diperoleh ilmu tentang bagaimana supaya KUK bergerak.

Dari fakta-fakta yang ditemukan pada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi kredit usaha kecil tersebut maka dapat ditarik sebuah implikasi teoritis darinya yaitu :

1. Jika pemerintah ingin mengembangkan sektor riil melalui pengembangan usaha kecil maka pemerintah harus menjaga faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi KUK. Stabilitas moneter patut menjadi agenda utama kebijakan ekonomi. Inflasi serta suku bunga yang tinggi dan bergejolak akan mempengaruhi alokasi KUK. Pengendalian moneter untuk menjaga tingkat inflasi dan suku bunga supaya stabil mutlak diperlukan, sehingga masyarakat dengan UKM akan mampu menyerap KUK lebih optimal guna perkembangan UKM.


(4)

89

2. Pihak perbankan yaitu bank-bank umum yang menyuplai KUK kepada UKM diharapkan dapat bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan kondisi moneter yang baik. Fungsi intermediasi bank umum harus dilakukan sebagaimana mestinya. Bank-bank umum diharapkan untuk lebih giat lagi dalam menghimpun dana dari pihak ketiga dengan berbagai cara. Seperti telah diketahui dari penelitian diatas yaitu jika jumlah penghimpunan dana semakin besar maka alokasi KUK juga semakin besar.


(5)

1990-1995, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogkyakarta.

Hakim, A. (2000), Statistik Induktif Untuk Ekonomi Dan Bisnis, Ekonisia, Yogyakarta.

Jonni, J. M. dkk. (2005), Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Gramedia, Jakarta.

Kasmir (2004), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Khalwaty, T. (2001), Inflasi Dan Solusinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Martin, P. (2000), Mengembangkan Usaha Kecil, dengan memanfaatkan berbagai

bentuk jaringan kerja ekonomi, Muray Kencana, Jakarta.

Ngatiman (1998), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Dana KUK Oleh Bank Pembangunan Daerah D.I.Y 1985-2002, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogkyakarta.

Sartika, T. dan R.S. Abd (2002), Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koprasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Subanar, Harimurti (2001), Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta.

Totok, B. dan Sigit, T. (2006), Bank dan Lembaga Keuangan Lain, edisi 2 Salemba Empat, Jakarta.

Widarjono, Agus (2005), Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk ekonomi dan bisnis, EKONISIA UII, Yogyakarta.


(6)

Abdul, S. (2003), Pendanaan Usaha Kecil, Diambil 18 September 2003, dari http:// www.kompas.com

Agnes, S.P. (2004), Waduh Kredit UMKM Kok Belum Cair Juga, Diambil 12 Agustus 2004, dari http:// www.kompas.com

Fey (2003), Ditunjuk Pelaksana Kredit Usaha Kecil dan Mikro, Diambil 04 April 2003, dari http:// www.kompas.com

Booklet Perbankan Indonesia, BI 2005.

Informasi KUK 1997, Jakarta Pustaka Binaan Pressindo.

Insukindro 1993 Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM Yogyakarta.

Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan, edisi 5, LP FE UII 2005.

Modul Pelatihan Ekonometrika Dinamis Aplikasi Eviews 3.0, UGM 2004. Pedoman Penulisan Skripsi, UII Press 2005 Yogyakarta.