Neraca Bank Umum Penilaian Kesehatan Bank Umum

melakukan administrasi bookkeeping- dan memberi batasan jumlah dana untuk transaksi trading untuk membatasi risiko serta melakukan prosedur pengukuran risiko dengan teliti.

2.2.6 Neraca Bank Umum

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 34, setiap bank umum diwajibkan menyampaikan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan labarugi berdasarkan waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, neraca bank umum dapat berbentuk sebagai berikut. Tabel 2.1 Neraca Bank Umum No. AKTIVA No. PASIVA 1 Kas 1 Giro 2 Giro di Bank Indonesia 2 Call money 3 Tagihan pada bank lain : 3 Tabungan a. Giro 4 Deposito berjangka b. Call money 5 Kewajiban lainnya c. Deposito Berjangka 6 Surat berharga d. Kredit yang diberikan 7 Pinjaman diterima 4 Surat berharga dan tagihan lainnya a. Bank Indonesia 5 Kredit yang diberikan b. Subordinasi dan lainnya 6 Penyertaan 8 Rupa-rupa pasiva 7 Cadangan aktiva yang diklasivikasikan 9 Modal 8 Aktiva tetap dan inventaris nilai buku a. Modal disetor 9 Rupa-rupa aktiva b. Agio saham c. Cadangan d. Laba ditahan 10 Labarugi tahun berjalan Jumlah aktiva Jumlah pasiva Sumber : Dendawijaya 2003 : 30 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Neraca bank adalah suatu daftar yang menggambarkan kekayaan, kewajiban dan modal bank pada suatu periode tertentu. Aktiva bank pada umumnya terdiri atas alat-alat likuid, aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Sisi aktiva dalam neraca bank menggambarkan pola pengalokasian dana bank. Sisi pasiva dalam neraca bank menggambarkan kewajiban bank yang berupa klaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas kekayaan bank yang dinyatakan dalam bentuk rekening giro, deposito berjangka, tabungan dan instrument- instrumen utang atau kewajiban bank lainnya. Selain itu, modal bank menggambarkan nilai buku pemilik saham bank.

2.2.7 Penilaian Kesehatan Bank Umum

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan ataupun penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank terus-menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat pengarahan atau sangsi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS yaitu : a. Aspek Permodalan Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR Capital Adequaci Ratio yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ATMR. CAR yang ditetapkan oleh pemerintah utuk tahun 2001 minimal 12 . b. Aspek Kualitas Aset Yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia. c. Aspek Kualitas Manajemen Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas manajemennya. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Penilaian kesehatan di bidang manajemen tidak lagi didasarkan pada 250 aspek yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas, kualitas aset dan rentabilitas, tetapi kini penilaiannya hanya didasarkan pada 100 aspek saja. d. Aspek Earning Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah, setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan : 1. Rasio laba terhadap Total Aset ROA 2. Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi BOPO e. Aspek Likuiditas Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Yang dianalisis dalam rasio ini adalah : 1. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Rasio kredit terhadap dana yang diterima olehbank seperti KLBI, giro, tabungan, deposito dan lain-lain. Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL Capital, Aset, Management, Earning dan Liquidity. Disamping dengan penilaian analisis CAMEL yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank adalah penilaian terhadap : 1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil KUK Pelaksanaan Kredit Ekspor. 2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK atau sering disebut Legal Lending Limit. 3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto. f. Aspek Sensitivitas Aspek ini mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei 2004. Dalam melepaskan kreditnya, perbankan harus memerhatikan dua unsur, yaitu : tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyertaan dan risiko keuangan. Selanjutnya masing-masing aspek di atas diberikan nilai, kemudian dijumlahkan secara keseluruhan dari komponen yang diinilai, hasil dari penilaiaan ini ditetapkan kedalam empat golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut : Tabel 2.2 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Predikat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat 81 – 100 Sehat 66 - 81 Cukup Sehat 51 - 66 Kurang Sehat 0 - 51 Tidak Sehat Sumber : Lubis, Irsyad 2010 : 48 2.2.8 Return On Assets ROA Return On Assets ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA, berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan aset. Berdasarkan Surat Edaran No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, rumus untuk menentukan ROA adalah : Return On Assets = x 100

2.2.9 Capital Adequacy Ratio CAR