Adat Menyambut Kelahiran Anak suku Leukhon

hitam akibat kehamilan. Ibu dan Bayi tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena itu merupakan pantangan. Jika dilanggar menyebabkan bayi diganggu oleh mahluk halus. Ibu tidak boleh makan makanan yang pedas, tidak boleh makan dengan ikan yang digulai dengan santan, karena dapat menyebabkan bayi diare dan proses penyembuhan rahim akan semakin lama. Ibu hanya makan dengan ikan yang direbus, digoreng tapi tidak boleh pedas, dan ikan yang dibakar, jika ibu tidak mematuhinya, maka ibu akan lama sembuhnya. Sayur-sayuran yang boleh dimakan sayur daun katuk dan daun pepaya yang direbus untuk melancarkan ASI dan mencegah naiknya darah putih ke kepala. Jika ibu makan sayuran selain yang telah dianjurkan dukun, maka ASI yang keluar akan lebih sedikit. Ibu boleh berjalan, tapi harus jalan dengan sangat hati-hati, karena dapat menyebabkan daerah kewanitaan teluka dan mengeluarkan darah yang banyak. Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun menurun. Hasil Wawancara dengan Dukun Kampung, Suku Leukhon.

2.10.2. Adat Menyambut Kelahiran Anak suku Leukhon

Seperti dalam masyarakat Aceh lainnya, dalam masyarakat Leukhon juga ada upacara adat sehubungan dengan peristiwa menyambut kelahiran seorang anak antara lain : Memberitahu kepada bidan mangatuk-an, Manjapuik Bidan, maro’a dan Huik-kuik acara potong rambut. 1. Memberitahu kepada bidan Mangatuk-an Hal ini dilakukan ketika kandungan si ibu selama 7-8 bulan, dimana si bidan diundang ke rumah ibu hamil untuk menyerahkan pengurusan pesalinannya Universitas Sumatera Utara kelak, dalam hal ini sering disebut mangatuk-an. Setelah itu bidan membawa ibu hamil ke sungai, dan memberikan sebutir telur kepada ibu hamil untuk dimakan di dalam air, dengan maksud agar kelak saat bayinya lahir tidak ada kesusahan yang berlebihan dan lahir dengan mudah dan selamat. 2. Manjapuik Bidan saat Ibu Hamil Mau Melahirkan Saat ibu akan melahirkan maka bidan yang diserahi tanggung jawab persalinan dijemput ke rumahnya untuk mengurus persalinan tersebut dengan menyerahkan tas pandan kecil taung Sitok yang berisi daun sirih, pinang dan sebagainya sebagai syarat untuk mengundangnya mengurus persalinan si ibu. Setelah proses persalinan selanjutnya anak yang baru lahir diazankan oleh ayahnya. Agar kelak si anak selalu mendengarkan perintah atau seruan dari Allah SWT. 3. Maro’a Syukuran Seminggu setelah anak lahir diadakan acara Syukuran maro’a. Pada hari itu warga kampung juga diundang datang ke rumah dan keluarga memperkenalkan bayi tersebut kepada orang banyak. Dilaksanakan juga acara kenduri menurut kemampuan keluarga. Bersamaan dengan itu juga dilakukan beberapa ritual adat antara lain: manasae haok bidan mencuci tangan bidan. 4. Manasae Haok Bidan Mencuci Tangan Bidan Kebiasaan manasae haok bidan mencuci tangan bidan dilakukan 7 atau 8 hari setelah si ibu melahirkan. Hal ini dilakukan karena jasa si bidan yang telah menyelamatkan anak yang baru lahir tadi dengan susah payah, tanpa menghiraukan lelah dan kotoran saat membantu si ibu melahirkan. Oleh karena Universitas Sumatera Utara itu si ibu melakukan ritual adat manasae haok bidan mencuci tangan bidan dengan air limau yang dicampur dengan berbagai jenis bunga dan kemudian dilanjutkan dengan memberikan sehelai kain putih sebagai tanda kesucian untuk si bidan tadi dan memberikan tanda terima kasih berupa uang atau sejenisnya kepada bidan tersebut. 5. Turun Mek Un Keluar rumah Turun Mek Un Keluar rumah adalah membawa atau menggendong bayi tersebut keluar rumah untuk pertama kalinya. Dalam hal ini bidan yang mengurus persalinan bayi pada saat lahir tersebut menggendong bayi itu keluar rumah, bayi itu diberikan uang kepadanya dan bidan itu juga membawa sebilah parang atau pisau saat menggendong bayi itu keluar rumah dan kemudian sampai di luar bayi tersebut diberikan sesuatu berupa makanan atau barang yang berharga untuk dibawa ke rumah. Maksud dari pemberian tersebut agar kiranya bayi tersebut kalau nanti besar bisa menjadi orang yang giat dalam berusaha dan sekembalinya bisa membawa sesuatu yang berguna untuk keluarga. 6. Huik-Kuik Acara Potong Rambut Acara potong rambut ini biasanya dilakukan untuk anak pertama dari seseorang. Di dalam acara ini dilakukan beberapa tata cara untuk melaksanakannya antara lain : a. Paman dari anak tersebut saudara laki-laki dari pihak ibu atau disebut juga lau lu, untuk mengundang hukum adat serta wali anak tersebut saudara laki- laki dari pihak ayah untuk mengetahui serta menyetujui acara tersebut, karena Universitas Sumatera Utara yang melaksanakan acara tersebut adalah lau lu saudara laki-laki dari pihak ibu tersebut. b. Setelah semalam sebelum acara huik kuik tersebut diadakan acara seni budaya seperti, nandong, debus dan sebagainya. c. Pada hari pelaksanaan acara tersebut diundang masyarakat setempat dan perangkat hukum adat yang ada dalam kampung. Kemudian bayi dan ibunya itu dibawa ke sungai dan bayi tersebut digendong oleh bidan. Di sungai itu bayi dimandikan dan diberi tepung tawar atau peusijuk biasanya terdiri dari bunga-bunga dan beras kuning borae kunik, lalu dibawa kembali ke rumah dan sampai di halaman rumah disambut dengan acara Besilek atau Gelanggang seni bela diri pencat silat, kemudian dibawa ke rumah dan baru dilaksanakan acara potong rambut tersebut. Dalam acara potong rambut itu lau lu saudara laki-laki dari pihak ibu menggendong bayi itu ke depan orang-orang tua dan hukum adat untuk dipotong rambutnya dengan membawa kelapa mudah yang telah dilubangi dan di dalamnya dimasukkan emas sebagai hadiah kepada bayi tersebut yang diletakkan di atas talam beserta beberapa perlengkapan adat lainnya seperti rencong, kopiah, gelang kaki, ikat pinggang dan baju adat. d. Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh Indonesia. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda Rani, 2009. Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif Fenomenologi. Pada penelitian ini peneliti mengidentifikasi perawatan ibu nifas meliputi perawatan fisik, perawatan psikis, diit makanan dan minuman, yang dilakukan oleh ibu-ibu suku Leukhon kecamatan Alafan. Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif seseorang yaitu kebenaran yang merujuk pada pengalaman informan dalam memandang dunia, menurut keseharian mereka Moleong, 2013.

3.2. Informan