Berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat di atas, dapatlah dikatakan bahwa memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang berhubungan
dengan perawatan nifas. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi, dan pengetahuan
tentang aspek budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayan kesehatan untuk memudahkan dalam melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Swasono,
1998. Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti perawatan ibu
nifasbak afu-afu perspektif budaya Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan.
1.2. Perumusan Masalah
Ada sebagian perawatan ibu nifas bak afu-afu Suku Leukhon yang tidak sesuai menurut Kesehatan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perawatan masa nifas bak afu-afu yang dilakukan pada Suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi Puskesmas Alafan. Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan konseling pada
ibu-ibu Suku Leukhon di Desa Lubuk baik Kecamatan Alafan tentang perawatan nifas bak afu-afu dengan cara yang sesuai dengan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Post Partum Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Batasan waktu nifas yang paling
singkat minimum tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam kurun waktu yang relatif pendek darah keluar sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
Jadi masa nifas adalah masa setelah lahirnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari Ambarwati, 2009. Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu 42 hari setelah itu. Pelayanan nifas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi
ibu Qomariah, 2013. Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun berkembang. Perhatian utama ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada saat kehamilan
Universitas Sumatera Utara
dan persalinan, keadaan yang sebenarnya justru malah sebaliknya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada pasca persalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan konsekuensi ekonomi, disamping ketidak tersediaan peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas Qomariah, 2013. Masa nifas adalah fase khusus bagi ibu dan bayi. Bagi ibu yang mengalami
persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna dalam hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan
emosional, perubahan fisik secara dramastis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk perubahan seorang perempuan
menjadi ibu, disamping masa nifas juga merupakan masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun perseorangan individual Prawirohardjo, 2002.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69 kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama Prawirohardjo, 2002.
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia, dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan
pasca persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil, pada umumnya lebih
Universitas Sumatera Utara
tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah
persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat,
tranfusi darah adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kehidupan ibu. Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjmadi pada tenggang
waktu di antara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisi yang lain adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan
penyebab yang paling bermakna kejadian perdarahan pasca persalinan. Bila placenta masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak lengkap pada jam pertama
setelah persalinan, harus segera dilakukan plasenta manual untuk melahirkan plasenta, untuk mencegah terjadinya perdarahan Qomariah, 2013.
Di beberapa negara didapatkan adanya korelasi antara timbulnya gejala di atas dengan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Faktor predisposisi adalah infeksi
genital pada masa nifas yang disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, pemantauan janin intravaginal, dan bedah
caesar. Salah satu penyebab infeksi nifas yang paling berbahaya dan menyebabkan kematian adalah Grup A Streptokokus. Komplikasi pasca persalinan lain yang sering
dijumpai adalah termasuk saluran kemih, retensio urininkontinensia. Banyak ibu
Universitas Sumatera Utara
mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama apabila terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perineum
ibu harus diperhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Pada masa pasca persalinan, seorang ibu memerlukan :
1. Informasi dan konseling tentang
a. Perawatan bayi dan pemberian ASI
b. Apa yang terjadi termasuk adanya gejala yang mungkin timbul
c. Kesehatan pribadi, higiene, dan masa penyembuhan
d. Kehidupan sexual
e. Kontrasepsi
f. Nutrisi
2. Dukungan dari
a. Petugas kesehatan
b. Kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya
c. Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan munculnya tanda-tanda komplikasi.
2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas