4.3. Hasil Wawancara tentang Perawatan Ibu setelah Melahirkan
Hasil wawancara tentang perawatan ibu setelah melahirkan diambil hanya dari informan utama yaitu 3 orang ibu nifas dan 1 orang ibu yang mempunyai bayi usia 11
bulan berkaitan dengan perawatan ibu setelah melahirkan dari perspektif masyarakat Suku Leukhon di Kecamatan Alafan Kabupaten Simeulue ditambah pernyataan
dukungan dari informan pendukung.
4.3.1. Informan Pertama
Informan penelitian yang pertama berusia 18 tahun, baru melahirkan anak pertama dengan jenis persalinan spontan dibantu oleh bidan dan dukun kampung.
Pendikan informan Sekolah Dasar dan tidak bekerja IRT. Saat diwawancarai informan sedang mengalami masa nifas hari ke sepuluh. Informan dirawat oleh ibu
kandung dan ibu mertua. Berikut hasil wawancara kepada informan pertama tentang 9 topik pertanyaan
yang berkaitan dengan perawatan ibu setelah melahirkan: a.
Penggunaan Minyak Makan dan Kapur Sirih Mamalasan Aol Alek Lana Fangi Menurut informan pertama mengatakan setelah melahirkan perut ibu dioles
dengan campuran kapur sirih 2 sendok makan dan air jeruk nipis, sedangkan minyak makan dioleskan di punggung, lalu ibu tidur di dekat perapian. Tujuannya supaya
darah kotor keluar semua, mengobati luka di jalan lahir, mengobati luka dalam perut, mencegah darah putih naik ke kepala dan mengeluarkan darah kotor. Kapur sirih juga
bermanfaat untuk pengobatan sakit dalam tulang. Sebelum obat dioles, terlebih
Universitas Sumatera Utara
dahulu dibacakan doa oleh dukun yaitu “kunna yana wardah ibrahim” sembari
menekan perut.
Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan informan pertama yaitu
“Kapur sirih dioleskan di perut dan minyak makan dioleskan dipunggung, lalu tidur dekat api supaya darah kotor keluar semua dan
untuk mengobati luka dalam perut”.
Pembacaan doa ini dikuatkan oleh tokoh masyarakat yang menyatakan
sebagai berikut:
Gambar 4.1. Ibu Dioleskan Minyak Makan pada PuggungMamalasan Lanafangi
“Sebelum mengoleskan minyak makan dan garam dibacakan doa terlebih dahulu yaitu kunna yana wardah ibrahim dan untuk mencegah naiknya darah
putih ke kepala”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Perut Ibu sedang Dioleskan Kapur SirihMamalasan Aol
b. Mandi Air Daun-daunanRumek uek bolong-bolong
Menurut informan, sehabis melahirkan ibu mandi air rebusan daun-daunan yang terdiri dari daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis tujuannya supaya ibu
cepat sehat dan segar badannya. Sesuai dengan pernyataannya seperti dibawah ini:
”Saya mandi dengan air rebusan daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis. Air dimasak dicampur dengan air dingin untuk mandi ibu. Supaya ibu
cepat sehat dan segar badannya”. Artinya jika setelah melahirkan ibu tidak mandi air daun-daunan seperti yang
disebutkan maka kesehatan ibu akan lama pulihnya. Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan kader, dukun, dan tokoh masyarakat
yang menyatakan seperti dibawah ini: “Setelah ibu melahirkan dimandikan dengan air rebusan daun-daunan
terdiri dari daun pandan, daun kunyit, dan daun jeruk nipis”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Daun yang Digunakan untuk Mandi. Bolong Singa Difahai Bahak Rumek: Daun KunyitBolong Odel, Daun PandanBolong Pandan, Daun Jeruk
NipisBolong Alimau
Gambar 4.4. Ibu Dimandikan oleh DukunMak Teng Diba Rumek Bidan Kampong
Universitas Sumatera Utara
c. Pakai GuritaMamahai Gurito
Menurut informan, setelah melahirkan ibu dipakaikan gurita supaya perut tidak kendor, karena setelah melahirkan perut ibu nampak berkerut dan tidak kencang
lagi. Sebelum gurita dipakai, perut ibu diolesi dengan kunyit yang digiling dan dicampur air jeruk nipis. Gurita digunakan selama 10 hari. Tujuannya adalah supaya
darah kotor lancar keluarnya, kulit perut tidak kendor, rahim tidak kembang dan ibu
tidak banyak makan karena perut tertekan oleh gurita. Sesuai dengan pernyataan seperti ungkapan dibawah ini:
“Setelah melahirkan dipakai gurita supaya perut tidak kendor dan darah kotor lancar keluarnya. Gurita digunakan selama 10 hari. Sebelumnya perut
ibu diolesi dengan kunyit yang digiling dicampur air jeruk nipis”. Artinya jika ibu menggunakan gurita selama masa nifas minimal 10 hari,
maka ibu akan terlihat langsing kembali sebagaimana sebelum ibu hamil.
Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:
“Setelah ibu melahirkan dipakaikan gurita setelah sebelumnya perut ibu diolesi dengan kunyit yang digiling dicampur air jeruk nipis. Pemakaian
gurita pada umumya kurang lebih selama 10 hari. Tujuan pemakaian gurita agar perut ibu tidak kendor, rahim tidak kembang, ibu tidak banyak
makan karena perut tertekan oleh gurita dan agar darah kotor keluar dengan lancar”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5. Ibu sedang Dipakaikan Gurita Mak Teng Mamahai Gurito
d. Penggunaan Batu Hangat BulanchingManenden
Setelah melahirkan ibu menggunakan batu hangat. Batu hangat digunakan selama 7-15 hari. Batu hangat digunakan dengan cara batu dibungkus dengan kain,
dan digosokkan ke perut. Tujuan penggunaan batu hangat adalah untuk menjarangkan kehamilan, menghancurkan darah merah yang membeku di dalam rahim sehingga
lancar keluarnya dan mencegah darah putih naik ke kepala. Jika darah putih naik ke kepala, ibu bisa pening, demam, bahkan meninggal. Oleh karena itu penggunaan batu
hangat setelah melahirkan sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan peryataan seperti dibawah ini:
“Batu hangat digunakan untuk mengecilkan rahim melayukan rahim karena jika rahim tidak layu, maka ibu akan cepat hamil lagi. Juga untuk
menghancurkan darah merah dari dalam rahim dan mencegah darah putih naik ke kepala, karena jika darah putih naik ke kepala bisa membuat ibu
pening, demam, bahkan kadang-kadang meninggal”.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:
“Setelah melahirkan ibu menggunakan batu hangat yang dibungkus dengan kain, digosokkan ke perut, untuk mengecilkan rahim jika rahim tidak kecil,
maka ibu akan cepat hamil lagi. Batu hangat digunakan selama 7-15 hari”.
Gambar 4.6. Batu saat DibakarManotong Batu
Gambar 4.7. Batu yang Sudah Dibungkus kain, sedang Digosokkan di Perut Ibu Mak Teng Manenden
Universitas Sumatera Utara
e. Pengasapan Naite
Menurut informan, setelah melahirkan ibu langsung diasapkan. Pengasapan dilakukan di dapur, dengan menggunakan tungku kayu. Pengasapan diakukan selama
10 hari dan selama 24 jam. Untuk mencegah ibu bolak-balik ke kamar untuk menyusui, maka bayi ikut dipindahkan ke dapur. Selama masa pengasapan Ibu dan
bayi tidur di dapur, di dekat api. Efek buruknya pada bayi tidak ada. Selama masa pengasapan ibu tidak boleh tinggal sendirian di rumah. Harus ada yang menjaga ibu
di rumah. Pada saat dirumah ibu harus ditinggal tanpa ada yang menemani, jika ibu keluar dari tempat tidurnya, maka harus diletakkan besi sebagai penggantinya
ditempat tidur untuk mencegah ibu kesurupan. Tujuan pengasapan adalah untuk kesehatan ibu dan bayi, ibu akan hangat, mencegah ibu sakit kepala, dan untuk
mengusir mahluk halus. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:
“Setelah melahirkan ibu langsung diasapkan menggunakan tungku kayu bertempat di ruang dapur dan dilakukan selama 10 hari penuh 24 jam
setiap hari. Untuk mencegah ibu tidak bolak balik ke kamar menyusui bayi, si bayi juga ikut ke ruang dapur pengasapan. Efek buruknya pada bayi
tidak apa-apa bayinya. Malahan sehat. Tujuan pengasapan supaya sehat dan supaya ibu merasa hangat dan berkeringat. Juga untuk mengusir
mahluk-mahluk halus. Jika keluar keringat, maka kepala ibu tidak pening”.
Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti
dibawah ini: “Pengasapan dilakukan siang dan malam dan harus ada yang menjaga.
Kalau ditinggalkan ibu bisa kesurupan, maka bila ditinggalkan sebaiknya letakkan besi seperti pisau dari besi di tempat tidur. Apapun besinya boleh,
yang penting ada. Manfaat pengasapan supaya badan ibu hangat, dan supaya
Universitas Sumatera Utara
darah kotor keluar lancar. Manfaat pengasapan untuk menjaga kesehatan si Ibu dan si anak”.
Gambar 4.8. Ibu sedang saat Diasapkan Mak Teng ya Naite
f. Makanan Ikan, Sayur, dan Buah-buahan An-an bak afu-afuNai, Bolong-
bolong, Buah-buahan Menurut informan, 7 hari pertama setelah melahirkan ibu diberikan makan
nasi bubur, atau bubur pulut yang dimasak dengan santan. Dengan tujuan agar air susu ibu cepat keluar banyak. Menunggu ASI keluar, bayi diberi bubur nasi tanpa
makanan lain atau diberikan pisang awak yang dihaluskan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan seperti dibawah ini:
“Ibu diberikan makan nasi bubur, supaya air susu ibu cepat keluar. Menunggu ASI keluar, bayi diberi bubur, dan pisang awak”.
Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang
menyatakan seperti dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
“Setelah melahirkan, dalam 1 minggu pertama ibu makan bubur nasi, lebih enak pulut dimasak sampai lembut pakai santan. Manfaatnya supaya ASI
banyak dan cepat keluar”. Selama masa nifas ibu mempunyai pantangan makan ikan, sayur dan buah-
buahan. Setelah melahirkan ibu hanya dibolehkan makan ikan gabui, ikan tamban, dan ikan tongkol. Masyarakat berpendapat bahwa ikan tersebut tidak mengandung
racun yang dapat membahayakan kesehatan ibu. Ikan yang dipantangkan tidak boleh dimakan ibu yaitu ikan karang seperti kerapu, kepiting, udang, lobster, dan cumi-
cumi. Semua jenis ikan tersebut tidak boleh dimakan karena mengandung racun yang dapat menyebabkan wajah dan seluruh tubuh ibu bengkak-bengkak. Hal ini sesuai
dengan pernyataan seperti dibawah ini: “Setelah melahirkan biasanya boleh makan ikan gabui, ikan tamban, dan
ikan tongkol. Tapi ikan karang seperti kerapu, kepiting, udang, lobster, dan cumi-cumi tidak boleh dimakan”.
Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang menyatakan seperti dibawah ini:
“Ibu nifas tidak bisa makan ikan karang seperti kerapu, gurita, cumi-cumi, marang, udang dan ikan berbisa. Tapi bisa makan ikan gabui, tongkol,
tamban, dan ikan sungai. Kalau ibu makan ikan yang berbisa, bisa menyebabkan sakit pada tulang. Selama 3-4 hari ibu tidak boleh makan gulai
santan dan cabe”.
Universitas Sumatera Utara
TambanTamban-tamban SureTongkol
Gambar 4.9. Ikan yang Boleh Dimakan IbuNai Singa Dai Nian Bak Afu-afu GurapuKerapu
LahokLobster UrangUdang
LanexKepiting Cumi-cumiCumi-cumi
Gambar 4.10. Ikan yang tidak Boleh Dimakan Ibu Nai Singa Aduon Rai Nian Bak Afu-afu
Selama masa nifas ibu juga tidak boleh makan cabe karena dapat menyebabkan ibu diare, begitu pula dengan santan juga tidak boleh dimakan ibu
karena dapat menganggu proses pengeluaran darah kotor. Santan dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
hanya untuk masak bubur pulut saja, tapi jika untuk gulai ikan dan sayur, santan tidak boleh digunakan.
Begitu pula dengan sayuran, tidak semua sayuran dapat dimakan oleh ibu. Sayur yang dapat dimakan ibu yaitu sayur daun ubi dan daun katuk karena sayur ini
tidak mengandung racun yang dapat membuat ibu mengantuk. Jenis sayur yang tidak dapat dimakan ibu yaitu sayur kangkung dan sayur yang menjalar karena ada getahya.
Jenis sayuran ini tidak boleh dimakan karena dapat membuat ibu mengantuk dan selalu ingin tidur sehingga menyebabkan bengkak-bengkak. Jika ibu sering tidur
dapat menyebabkan wajah dan seluruh tubuh ibu jadi bengkak. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:
“Ibu nifas boleh makan sayur daun ubi dan daun katuk. Tapi tidak boleh makan sayur kangkung karena menjalar dan ada getahya”.
Pernyataan ini di kuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang menyatakan seperti dibawah ini:
“Sayur yang boleh dimakan ibu nifas adalah sayur daun ubi dan daun katuk. Kangkung tidak boleh dimakan karena tumbuhnya menjalar dan bisa bikin
ngantuk nanti sehingga ibu banyak tidur dan wajah dan tubuh menjadi bengkak-bengkak. Santan juga tidak boleh, karena mengakibatkan darah
kotor tidak lancar keluarnya.”
Universitas Sumatera Utara
Bolong gadumbio Daun Ubi
Bolong Mani-mani Daun Katuk
Gambar 4.11. Sayur yang boleh Dimakan IbuBolong Singa Rai Nianbak Afu-afu Bolong KangkungDaun
Kangkung Sipilik SebelCabe Merah
Sipilik Itok-itokCabe Kecil
Gambar 4.12. Sayur yang tidak Boleh Dimakan IbuBolong Singa Aduon Rai Nian Bak Afu-afu
Begitu pula dengan jenis buah-buahan, tidak semua jenis buah dapat
dimakan oleh ibu. Ibu dipantangkan makan buah selama 1 bulan. Jenis buah yang dapat dimakan ibu yaitu hanya buah pisang saja karena disamping rasanya tidak asam
juga tidak termasuk buah yang dingin. Selain buah pisang tidak dapat dimakan oleh ibu. Buah-buahan yang dingin yaitu: pepaya dan timun. Buah-buahan yang
dipantangkan bagi ibu dapat menyebabkan bayi dan ibu diare.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini: “Ibu nifas tidak boleh makan buah durian, buah yang dingin seperti timun
dan pepaya. Buah yang boleh dimakan ibu hanya buah pisang saja”. Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat yang
menyatakan bahwa: ”Ibu nifas selama 1 bulan tidak boleh makan buah yang dingin seperti timun,
pepaya, nenas, kelapa muda, durian, kecuali kalau sudah dimasak. Kalau dimakan, si ibu bisa diare”.
Haol KurinciPisang Banten
Gambar 4.13. Buah yang Boleh DimakanBuah-buahan Singa Rai Nian Bak Afu-afu
KedongdongKadongdong DurianDurian
MentimunAntimon PepayaIamor
Gambar 4.14. Buah yang tidak Boleh Dimakan Ibu Buah-buahan Singa Aduon Rai Nian Bak Afu-afu
Universitas Sumatera Utara
g. Obat Kampung JamuDon Hampong
Menurut informan, setelah melahirkan ibu diberikan minum obat kampung jamu yang terdiri dari: air daun pepaya, daun bahong-bahong bae, jeruk nipis,
kunyit, pala, lada, bawang putih, lagundi. Semua bahan-bahan obat kampung direbus dalam kuali, dan pada saat sudah hangat diminumkan pada ibu. Ibu minum obat
kampung 1 kali dalam 2 hari selama seminggu 3 x minum. Jika selama 1 minggu, ibu masih kurang sehat, maka minum obat kampung dilanjutkan lagi hingga ibu
benar-benar sembuh. Tujuan ibu minum obat kampung adalah untuk mencegah ibu sakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:
“Setelah melahirkan ibu diberikan minum air daun pepaya, daun bahong- bahong bae, jeruk nipis, kunyit, pala lada, bawang putih, lagundi. Semuanya
direbus dalam kuali, dan pada saat sudah hangat diminumkan pada ibu. Ibu minum obat kampung 1 kali dalam 2 hari selama seminggu 3 x minum”.
Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti
dibawah ini: “Ibu nifas minum obat kampung berupa air rebusan campuran daun lagundi,
daun bahong-bahong bae, daun pepaya, jeruk nipis, lada hitam, bawang putih ditambahkan garam. Manfaatnya supaya ibu tidak demam. Obat
kampung diminum selama 3-7 hari tergantung keadaan kesehatan si ibu”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.15. Jenis Daun-daun yang Diminum Ibu. Obat Kampung Jamu Bolong-bolong Don Hampong Bak Afu-afu, Daun Kunyit Bolong Odel, Daun
Pepaya Bolong Iamor, Daun Pandan Bolong Pandan, Daun Jeruk Nipis Bolong Alimau, Lada Hitam, Bawang Putih
h. KusukManyawe
Menurut informan, setelah melahirkan 2 atau 3 hari, ibu dikusuk seluruh tubuhnya termasuk perut. Ibu dikusuk 3x, setiap 2 hari, selama 1 minggu. Jika dalam
1 minggu, ibu masih sakit maka kusuk dilanjutkan hingga 10 hari. Tujuan dari kusuk adalah utuk meraba rahim apakah sudah mengecil, untuk mengobati keseleo waktu
melahirkan, melancarkan keluarnya darah kotor, menghilangkan sakit pinggang, di masa tua nanti tangan ibu tetap bisa diangkat, jari-jari kaki dan jari-jari tangannya
tidak bengkok kedalam sebagaimana posisi jari seperti menggenggam. Hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini:
“Ibu nifas setelah melahirkan 2 atau 3 hari dikusuk seluruh tubuhnya termasuk perut untuk melihat rahimnya sudah layu atau belum.”
Pernyataan ini dikuakan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
“Ibu nifas dikusuk seluruh badannya, sekali dua hari selama 1 minggu 3 kali kusuk. Saat dikusuk, rahim ibu juga diraba untuk mengetahui bengkaknya
rahim. Jika ibu merasa sakit, kusuk terus dilakukan hingga 10 hari sekali setiap 2 atau 3 hari. Tergantung keadaan ibu. Manfaatnya untuk mengobati
keseleo waktu melahirkan, melancarkan keluarnya darah kotor. Menghilangkan sakit pinggang ibu, di masa tua nanti tangan ibu tetap bisa
diangkat, jari-jari kaki dan jari-jari tangannya tidak bengkok”.
Gambar 4.16. Ibu sedang Dikusuk oleh DukunMak Teng Disawe Bidan Hampong
i. Larangan keluar rumahPantangan Kaluar Lumah Selama dalam masa nifas, ibu tidak diperbolehkan keluar rumah karena ibu
dan bayinya dapat diganggu oleh mahluk halus. Bayi masih sangat lemah, sehingga mudah diganggu oleh mahluk halus. Sedangkan ibu nifas, karena masih
mengeluarkan darah nifas, mahluk halus menyukai darah nifas. Jika darah nifas ibu menetes, maka dapat dijilat oleh mahluk halus sehingga ibu bisa kesurupan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini: “Selama 40 hari ibu tidak boleh keluar rumah ibu, pantang kalau keluar
rumah. Nanti bisa diikut mahluk halus ibu sama bayinya.” Pernyataan ini dikuatkan oleh kader, dukun, dan tokoh masyarakat seperti
dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
“Selama 40 hari, ibu sama bayinya tidak boleh keluar rumah, karena bayi itu masih lemah, nanti diganggu setan, bayinya suka menangis. Kalau ibunya
karena masih ada darah yang keluar, mahluk halus suka sama darah kotor ibu.”
4.3.2. Informan Kedua