Penggunaan Batu Hangat Bulancing Manenden Pengasapan Naite

tubuh yang lain misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir dijahit dengan benang khusus yang cukup kuat dan bagian dalam luka otot benangnya akan menyatu dengan tubuh sedangkan bagian luar kulit jahitan akan lepas sendiri lalu mengering Dedi, 2013. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan porsi makan perlu ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan. Sumber karbohidrat, lemak, vitamin dan protein sangat dibutuhkan untuk proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi. Selain itu, juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung lancar. Langsing bukan dengan diet ketat pasca bersalin, tetapi dengan melakukan senam nifas dan menyusui bayi secara ekslusif tanpa bantuan susu formula. Dengan cara demikian, pembakaran lemak pada tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan cepat ramping kembali seperti saat sebelum hamil Dedi, 2013.

5.1.4. Penggunaan Batu Hangat Bulancing Manenden

Pada masyarakat suku Aceh yang sedang masa nifas, ibu memakai batu hangat dan sale. Ini dianggap untuk mempercepat proses perut kecut dan kempes, dan kemaluan rapat kembali dan juga untuk menghangatkan badan Juliana, 2010. Pada ibu nifas suku Leukhon batu hangat BulancingManenden digosokkan di perut dengan tujuan untuk mengobati bengkak-bengkak dalam perut, mencegah ibu demam, mengeluarkan darah kotor, mencegah naiknya darah putih ke kepala yang dapat mengakibatkan kematian, perut jadi hangat, dan menjarangkan kehamilan. Berat batu ±12-1 kg. Terlebih dahulu batu dibakar setelah panas diangkat dan tunggu beberapa saat sampai batu panasnya berkurang, setelah itu batu di gosok Universitas Sumatera Utara pelan-pelan di dibawah pusat, tepatnya di simvisis. Peggunaan batu hangat dilakukan selama 15 sampai 40 hari. Manfaat positif dari penggunaan batu sangat sedikit, hanya untuk menghangatkan perut, tapi manafat negatifnya yang lebih banyak, hal ini sesuai dengan pernyataan seperti dibawah ini: Pemakaian batu hangat ini tidak sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa mandi tradisional yang dilakukan dengan pemanasan atau menduduki sesuatu yang panas, sehingga menimbulkan efek yang dapat membahayakan kesehatan ibu, seperti duduk diatas bara yang panas atau melakukan pemanasan dapat menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, bahkan bisa merangsang pendarahan, serta dapat menyebabkan dehidrasi pada ibu nifas Edjun, 2002.

5.1.5. Pengasapan Naite

Ibu nifas suku Leukhon melakukan pengasapan atau disebut dengan naite. Setelah selesai mandi ibu dan bayinya tidur di dapur ditempat yang telah disiapkan di dekat perapian. Sebelum kayu dibakar terlebih dahulu kulit kayu dikikis, untuk menghindari percikan api. Pengasapan bertujuan supaya ibu merasa hangat, tidak sakit-sakitan, tidak naik darah putih ke kepala, iblis tidak mendekat dan ibu cepat sembuh. Pengasapan dilakukan di dapur, dengan menggunakan tungku kayu. Pengasapan diakukan selama 10 hari dan selama 24 jam. Untuk mencegah ibu bolak- balik ke kamar untuk menyusui, maka bayi ikut dipindahkan ke dapur. Selama masa pengasapan Ibu dan bayi tidur di dapur, di dekat api. Efek buruknya pada bayi tidak ada. Selama masa pengasapan ibu tidak boleh ditinggal sendirian di rumah. Jika ibu meninggalkan tempat tidurnya, tapi dirumah tidak ada siapapun selain ibu dan Universitas Sumatera Utara bayinya, maka harus diletakkan besi sebagai penggantinya ditempat tidur untuk mencegah ibu kesurupan. Masyarakat berpendapat bahwa mahluk halus takut pada besi karena besi merupakan benda yang kuat dan dapat dijadikan senjata untuk melawan mahluk halus. Mahluk halus menyukai darah kotor ibu yang dalam masa nifas, jika ada darah yang menetes di tempat tidur, di lantai atau di tempat yang lain, maka harus segera dibersihkan. Jika tidak dibersihkan dengan segera dapat dijilat oleh mahluk halus sehingga ibu kesurupan. Tujuan Pengasapan dilakukan untuk menghangatkan ibu, agar sehat, mencegah perdarahan, mengeluarkan darah kotor, mencegah naiknya darah putih ke kepala karena kalau darah putih naik ke kepala ibu bisa pusing bahkan meninggal. Pengasapan dilakukan paling sedikit 7 hari dan paling lama 12 hari. Pengasapan dilakukan siang dan malam. Lama pengasapan rata- rata 10 hari. Bagi suku Kamoro di Papua penduduk meyakini bahwa asap kayu bakar membawa kekuatan bagi orang yang sakit atau lemah terrnasuk ibu yang sedang melahirkan. Untuk prinsip iwoto itu juga maka suami membantu dalam proses persalinan istrinya dengan menghidupkan dan menjaga api kayu bakar, apinya selalu hidup dan asapnya bertiup mengarah ke tempat ibu dan bayi. Dalam proses persalinannya ibu berusaha mendapat kekuatan dengan menghirup asap sebanyak- banyaknya, karena yakin asap membawa kekuatan dari roh atau mbii untuk melancarkan persalinan. Keyakinan ini secara fisik merugikan kesehatan ibu dan bayi yang memungkinkan terjadinya sesak dan infeksi saluran nafas Qomariah, 2013 Universitas Sumatera Utara Ibu di Nagori raya huluan melakukan terapi panas yang mereka sebut dengan Martataring dan menduduki abu hangat. Martataring adalah terapi panas dengan bara api, bara api ini berada di dapur dimana ibu nifas tidur disampingnya, maka selama 40 hari ibu nifas berada di dapur. Menurut mereka hal ini mempermudah para tetangga atau sanak saudara untuk mengunjungi ibu sesudah melahirkan. Sari Hotni, 2008. Pada masyarakat Lombok juga melakukan terapi panas yang mereka sebut dengan masa berdiang, dimana pada masa nifas ibu tidur dekat tungku api yang terus menyala sampai beberapa hari, agar ibu dan bayi dalam keadaan hangat Swasono 1997. Manfaat positif dari pengasapan yang dirasakan ibu sangat sedikit yaitu untuk menghangatkan badan sedangkan manfaat negatifnya lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa pengasapan merupakan keadaan yang membahayakan bagi ibu dan bayi karena dapur bukan merupakan tempat yang terjaga kebersihannya. Sehingga dapat menyebabkan infeksi bagi ibu. Begitu juga dengan asap dapat mengganggu pernafasan bagi ibu dan bayi Irwansyah, 2007. Asap dari pembakaran ini cukup banyak bahkan kadang sering membuat batuk-batuk dan mata pedih. Ternyata asap pembakaran kayu mempunyai efek yang merugikan bagi kesehatan seperti kanker paru-paru, asma, tuberkulosis, katarak, jantung, bayi lahir dengan berat badan rendah, kebutaan, bahkan berpengaruh terhadap kemampuan otak anak. Bukan kayu sebagai penyebab utama masalah kesehatan ini. Melainkan pembakarannya yang tidak sempurna. Senyawa yang Universitas Sumatera Utara dihasilkan dari kayu bakar ini sama seperti membakar seribu rokok setiap jamnya Smith, 2012.

5.1.6. Obat Kampung JamuDon Hampong