dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh alat kelamin Rahmawati, 2009.
Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi
mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi Sulistyawati, 2009.
5.1.3. Penggunaan Gurita Mamahai Gurito
Pada masa nifas ibu menggunakan gurita, selama 7 hari bahkan 1 bulan. Gurita digunakan dengan tujuan mencegah ibu banyak makan, banyak minum, agar
terlihat langsing, untuk menyusun kembali urat-urat, mencegah sakit pinggang dan punggung. Dampak positif dari penggunaan gurita tidak ada, sedangkan dampak
negatifnya yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan penyataan dibawah ini: Pemasangan gurita tidak baik bagi kesehatan ibu karena mengganggu
kenyamanan ibu, pemakaian gurita terlalu ketat dalam jangka waktu lama akan menyebabkan aliran darah ke tungkai kurang lancar, sehingga tungkai terasa sakit
atau bengkak Handayani, 2003. Selama dua jam pertama segera setelah melahirkan adanya gurita akan
menyulitkan petugas pada saat memeriksa fundus apakah berkontraksi dengan baik Prawirohardjo, 2002.
Stagen atau gurita bersifat pasif sehingga tidak memberikan efek positif dalam mengencangkan atau mengecilkan perut. Saat menggunakan stagen perut memang
terasa kencang, tapi nyatanya perut akan kembali kendur saat stagen atau gurita dilepas. Pada ibu yang melahirkan dengan operasi hal ini dapat menyebabkan jahitan
Universitas Sumatera Utara
yang masih basah atau baru akan bertambah parah jika dipakaikan gurita apalagi stagen. Bahkan jahitan berisiko kembali terbuka atau bernanah Revina, 2013.
Proses kehamilan membuat otot-otot tubuh menjadi kendur, terutama pada dasar panggul dan otot dinding perut. Untuk mengatasinya, sebaiknya lakukan senam
atau olahraga yang dapat mengencangkan kembali otot dinding perut, misalnya jogging dan sit up. Pengencangan otot panggul bisa dilakukan latihan senam kegel.
Senam kegel berfungsi untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan saluran kemih yang mampu mencegah BAK Buang Air Kecil ketika proses persalinan
berlangsung. Selain itu, ada juga senam nifas yang dilakukan seusai melahirkan. Latihan ini dilakukan dengan menitik beratkan pada latihan pernafasan dan perut.
Senam ini lebih bermanfaat untuk mengembalikan kekencangan perut usai melahirkan Revina, 2013.
Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak cairan terutama mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat mengalami perdarahan, keringat, untuk pembentukan
ASI. Bila cairan tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi kekurangan cairan, mengalami panas dan produksi ASI sedikit. Sebaiknya ibu nifas minum air putih
yang cukup kurang lebih 8 gelas sehari disertai dengan asupan susu maupun jus buah. Bila setiap selesai minum ibu nifas akan sering buang air kecil justru lebih baik.
Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum luka jahitan jalan lahir akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering dibersihkan terutama
dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap buang air kecil, maka jahitan akan segera pulih. Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada bagian
Universitas Sumatera Utara
tubuh yang lain misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir dijahit dengan benang khusus yang cukup kuat dan bagian dalam luka otot benangnya akan menyatu
dengan tubuh sedangkan bagian luar kulit jahitan akan lepas sendiri lalu mengering Dedi, 2013.
Pada ibu nifas, makanan bergizi dan porsi makan perlu ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan. Sumber karbohidrat, lemak, vitamin dan protein sangat
dibutuhkan untuk proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan infeksi. Selain itu, juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung lancar. Langsing
bukan dengan diet ketat pasca bersalin, tetapi dengan melakukan senam nifas dan menyusui bayi secara ekslusif tanpa bantuan susu formula. Dengan cara demikian,
pembakaran lemak pada tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan cepat ramping kembali seperti saat sebelum hamil Dedi, 2013.
5.1.4. Penggunaan Batu Hangat Bulancing Manenden