Mandi Air Daun-Daunan Rumek Uek Bolong-bolong

5.1.2. Mandi Air Daun-Daunan Rumek Uek Bolong-bolong

Pada ibu nifas suku Leukhon segera setelah melahirkan ibu membersihan diri dengan cara mandi hangat, walaupun persalinan tersebut terjadi pada malam hari. Air mandi merupakan campuran air rebusan daun kunyit, daun pandan, dan daun jeruk nipis. Dengan tujuan menghilangkan sakit dalam tulang, agar sehat, ibu merasa hangat dan bersemangat. Dampak positif dari mandi air daun-daunan seperti dibawah ini sedangkan dampak negatifnya tidak ada. Perawatan nifas yang dilakukan bagi seorang ibu yang baru melahirkan di daerah Sulawesi Utara di kepulauan Sangie adalah mandi uap bakukup, ketika tubuh ibu telah kuat setelah melahirkan, ibu dimandikan dengan air rebusan yang terdiri dari berbagai ramuan daun-daunan, belanga air yang masih panas ditempatkan di bawah kursi yang diduduki oleh ibu, agar uap tidak terbuang dengan percuma maka ibu di selimui oleh kain sehingga semua uap rebusan ramuan dapat meresap ke pori-pori ibu, perawatan ini bertujuan untuk mengembalikan panas tubuh ibu yang sudah terperas habis selama proses melahirkan Sari hotni, 2009 Hal ini sejalan dengan pernyataan di bawah ini. Mandi herbal atau air daun- daunan bertujuan untuk membantu memulihkan sepenuhnya kekuatan fisik dan emosi setelah melalui proses persalinan. Seperti mengembalikan tenaga, mengeluarkan angin, menghilangkan bau darah nifas merawat urat-urat yang lelah Norliza, 2013. Kebersihan diri bagi ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu menggantikan pembalut setiap kali mandi, BAKBAB, paling tidak Universitas Sumatera Utara dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh alat kelamin Rahmawati, 2009. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi Sulistyawati, 2009.

5.1.3. Penggunaan Gurita Mamahai Gurito