Teman sebaya hanya 66,3 data ini menunjukkan bahwa peranan teman sebaya juga sangat lemah. Untuk membantu pencapaian pendidikan kesehatan
reproduksi. Peranan pelajar remaja dibutuhkan untuk ikut mensukseskan pendidikan kesehatan reproduksi. Penelitian ini sesuai dengan teori Suarta 2002 dibutuhkan
peranan anak sekolah dalam pencapaian program artinya bahwa responden belum pernah dilibatkan dalam hal dimaksud disekolahnya. Media cetak 16,46 ini
menunjukkan peranan media cetak dapat dikatakankan aktif.
5.3. Pembahasan Hasil Pengetahuan Responden Pada Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada bab terdahulu yang dimaksud dengan pengetahuan adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui responden
tentang pengetahuan seks, kesehatan reproduksi, aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.
Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa dari seluruh responden yaitu 100, pada dasarnya sudah pernah mendengar informasi aborsi dihubungkan dengan tabel 4.3
dari seluruh responden tersebut ternyata 45,57 menyatakan informasi tersebut penting sudah dapat dikatakan relatif baik. Hal ini menunjukkan bahwa perkataan
aborsi sudah bukan hal yang asing dikalangan remaja khususnya remaja putri. Akan tetapi melihat proporsi responden yang belum menyatakan informasi tersebut penting
maka dapat dikatakan informasi yang mereka dapatkan masih sangat terbatas. Terbatasnya informasi tentang aborsi yang baik dan akurat membuat remaja
mengalami bias informasi dan akibatnya pengetahuan mereka terhadap aborsi juga menjadi salah. Ini terlihat pada tabel 4.4 yang memahami pengertian aborsi hanya
30,38. Hal ini menjadi wajar bila terjadi kehamilan tidak dikehendaki dikalangan remaja dan menjadi masalah. Sesuai dengan teori Notoadmojo 2005 yang
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository © 2009
mengatakan tingkat pengetahuan kedua adalah memahami comprehension memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut tidak sekedar
dapat menyebutkan tapi dapat menginterpretasikan secara benar yakni aborsi dimaksud.
Pada tabel 4.5. Pemahaman terhadap bahaya aborsi kepada dukun 60,76, pemahaman melakukan aborsi dengan diri sendiri 60,76 tabel 4.6 pengetahuan
tentang HIVAIDS dapat tertular saat melakukan aborsi 64,56 tabel 4.7 pemahaman akibat aborsi mengalami kemandulan 60,56 tabel 4.8 pemahaman
dampak kebidanan kehamilan remaja sampai lahir 60,76 tabel 4.9 pemahaman dampak psikologis akibat hamil dini 79,75 tabel 4.10 pemahaman dampak
ekonomi keluarga akibat berumah tangga dini 78 tabel 4.11 pemahaman yang saling berkaitan dan berhubungan ini sudah menunjukkan kategori baik. Tetapi dari
semua proporsi ada yang belum memahami dan berpengetahuan rendah, bisa dikatakan akan mendukung pada terjadinya kehamilan tidak dikehendaki termasuk
pemahaman penularan HIVAIDS yang rendah yaitu 18,99 saja tabel 4.12. Munculnya pemahaman yang jelek mengenai masalah reproduksi menganggap aborsi
menjadi jalan keluar apabila terjadi kehamilan, disebabkan adanya permintaan yang tinggi demand bagi remaja putri untuk melakukan aborsi tidak aman unsafe
aborsion. Sejalan penelitian Susilo 2002 yang mengatakan bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tidak tersedia maka akan selalu ada demand perempuan
mencari pertolongan aborsi tidak aman unsafe aborsion.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository © 2009
Pada tabel 4.13. pemahaman responden terhadap kehamilan tidak dikehendaki
68,35 dan selebihnya masih berpengetahuan buruk ada kemungkinan kejadian KTD akan tetap meningkat dikalangan remaja dimana remaja tidak memahami bahwa
untuk hamil perlu perencanaan dan kesiapan lahir batin. Adanya anggapan siswi soal hamil adalah hal yang tidak usah dihiraukan. Penelitian ini mendukung penelitian
Zahrotinisak 2002, yang menemukan data kejadian KTD terjadi akibat karena takut dan malu 15 pada remaja putri, kejadiannya rata-rata mengaku kehamilannya tidak
dikehendaki hanya terlanjur basah dan tidak menyadari bahwa untuk hamil perlu perencanaan.
Pada tabel 4.14 terlihat pemahaman hukum pidana aborsi pada responden 68,35 berhubungan dengan pemahaman responden kepada aborsi yang
diperbolehkan undang-undang yaitu 75,95 tabel 4.15 ini menggambarkan sudah baik. Namun untuk proporsi yang belum baik dapat dikatakan masih akan
memungkinkan dampak buruk terhadap pelanggaran undang-undang dan masih memungkinkan bertambah korban praktek pelaku aborsi dikalangan remaja akibat
asumsi siswi yang salah tentang hukum pidana aborsi tersebut. Ada kemungkinan tanggapan remaja terhadap masalah aborsi adalah hal yang biasa-biasa saja.
5.4. Pembahasan Sikap responden terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki