2.4.7. Hambatan Orang Tua Dalam Menyempaikan Masalah Kesehatan Reproduksi
Para ahli yang berkecipung dalam anak, pada umumnya sependapat bahwa pendidik dalam bidang kesehatan reproduksi, termasuk dalam hal ini adalah pendidik
dalam bidang kesehatan reproduksi, Singgih, 1993. Kesulitan sering timbul karena pengetahuan orang tua mengenai reproduksi mungkin ” kalah” jauh dibanding dengan
pengetahuan anak. Dalam hal demikian jelas orang tua mampu mengimbangi pengetahuan anak, karena itu orang tua acap kali perlu belajar antara lain mengenai
bacaan atau kursus konsultasi dengan ahli yang memang mengetahui hal tersebut. Hambatan lain juga sering timbul karena kurang terbukanya hubungan antara orang
tua dengan anak. Untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi karena merupakan
sesuatu yang sifatnya sangat pribadi maka dibutuhkan suasana akrab, terbuka dari hati kehati antara orang tua dengan anak. Sehingga keluhan seperti tidak tahu
bagaimana harus memulai, merasa kaku, kebingungan dan sebagaimana dapat dikurangi dengan suasana seperti itu, Jamaluddin, 2001.
Pada umumnya orang tua menunggu sampai anaknya puber, terutama untuk anak perempuan, bila membicarakan masalah tentang reproduksi. Padahal seharusnya
persiapan menghadapi masa puber dapat dilakukan sedini mungkin sebelum tanda- tanda fisiknya nampak. Sedikitnya sebelum seorang anak menginjak dunia remaja,
dimana proses kematangan seks mulai timbul, harus sudah diberikan. Misalnya anak perempuan sebelum mengalami haid pertama, dan anak-anak laki-laki sebelum
mengalami mimpi basah, Kartini, 1992.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository © 2009
2.4.8. Persiapan Menghadapi Masa Puber
Persiapan mengalami masa puber ini sangat penting untuk memberikan, BKKBN. Com, 2003:
1. Dasar bagi anak untuk mengetahuan tanggung jawabnya sebagai seorang yang
akan dewasa 2.
dasar-dasar untuk memilih, menentukan atau mampu mengambil keputusan tentang sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, cepat atau tidak bagi
dirinya, keluarga dan agamanya.
3. mempunyai kesadaran tentang terjadinya gejala fisik yang berhubungan
dengan puber. 4.
pemahaman tentang kehidupan seksual termasuk kewajiban agama dan beban hukum.
2.5. Aborsi dan hukum 2.5.1. Hukum Pidana KUHP RI.