Pelaksanaan Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR BTN Upaya Penanggulangan Masalah Dalam Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah KPR

Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 4. Penurunan Tingkat Suku Bunga Dalam jangka panjang dengan penerapan kegiatan sekuritisasi diharapkan akan dapat menekan biaya dana cost of fund yang ada, karena sumber pembiayaan kredit baru berasal dari dana bergulir hasil penjualan aset melalui kegiatan sekuritisasi. 78 Untuk menghimpun sumber pendanaan, BTN mencari sumber-sumber dana baru. Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan EBA. Untuk menerbitkan EBA itu, BTN bekerjasama dengan perusahaan sekuritas, dan jaminannya adalah tagihan KPR yang disimpan dan dimiliki oleh BTN.

C. Pelaksanaan Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR BTN

Bank Tabungan Negara BTN terhadap tagihannya kepada pemilik KPR Kredit Pemilkan Rumah yakni masyarakat yang membeli rumah dengan menggunakan pinjaman kredit dari BTN. BTN membutuhkan dana relatif dalam jumlah besar yang digunakan untuk membiayai pembangunan rumah sesuai dengan permohonan kredit rumah yang diajukan oleh masyarakat konsumen rumah. 79 Pelaksanaan sekuritisasi KPR Bank BTN yang sedang dilaksanakan belum berdasarkan KPR yang terstandarisasi unconforming loan, yang biasanya membutuhkan yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang telah 78 Shindu Rahardian Ardita, Loc.Cit. 79 Adler Haymas Manurung Eko Surya Lesmana Nasution, Op.Cit, hal 2. Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 terstandarisasi conforming loan, namun diharapkan proses pelaksanaan sekuritisasi yang telah diawali dengan uji tuntas due diligence sampai dengan terbitnya EBA tidak akan memakan waktu lama karena produk ini sudah lama diharapkan oleh berbagai pihak. Disamping itu perlunya dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mengatasi permasalahan seperti perpajakan, pertanahan, maupun Undang-Undang sekuritisasinya. Dan satu hal terpenting yang harus dilakukan adalah kegiatan edukasi dan sosialisasi sejak dini baik kepada para pembuat kebijakan maupun kepada para pembuat kebijakan maupun kepada para investor potensial dan para pelaku lainnya. 80 1. Dalam perjanjian antara i SPV dan Wali Amanat mengenai pengeluaran Obligasi, atau ii SMCPPSP dan Wali Amanat mengenai pengeluaran Sertifikat Partisipasi diatur syarat-syarathak-hak para pemodal yang antara lain:

D. Upaya Penanggulangan Masalah Dalam Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah KPR

Upaya penanggulangan masalah apabila terjadi masalah dalam pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah sebagai berikut : a. Mencakup wewenang Wali Amanat menunjuk pihak lain untuk mewakili para pemegang EBA didepan Pengadilan bilamana perlu ; 80 Ibid, hal. 31. Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 b. Para pemodalpemegang EBA memberi kuasa kepada Wali Amanat untuk menunjuk servicer atau pihak lain untuk mewakili para pemegang EBA untuk mengambil tindakan-tindakan atas Hak Tanggungan dan jaminan fidusia dengan jalan parate eksekusi terhadap debitur yang alpa bayar dan lain-lain tindakan yang perlu untuk mengeksekusi tanahbangunan yang dibebani HT dan barang-barang yang dibebani jaminan fidusia. 2. Apabila terjadi default oleh debitur KPR, maka originator bank pemberi KPR selaku servicer bertindak sebagai kuasa dari Wali Amanat yang bertindak untuk dan atas nama para pemegang EBA secara kolektif melakukan proses penagihan, termasuk dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan HT dan fidusia yang diberikan para debitur KPR. a. Dalam melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan, dapat dilakukan berdasarkan pasal 224 HIR dengan perantaraan Pengadilan. Para investorpemegang HT yang diwakili oleh Wali Amanat sebagai pemegang Hak Tanggungan pertama dapat pula berdasarkan Pasal 6 UUHT melakukan ”parate eksekusi’ dengan melelang secara langsung di depan umum. b. Untuk eksekusi jaminan fidusia, Pasal 15 dalam Undang-Undang Fidusia No.42 tahun 1999 memberi hak parate eksekusi serupa kepada para investorpemegang EBA. Catatan: Meskipun diperkenankan oleh Pasal 6 UUHT, Kantor Lelang Negara mensyaratkan adanya pernyataan eksekusi oleh Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 Pengadilan. Eksekusi melalui pengadilan dapat memperoleh manfaat ketentuan Pasal 200 11 HIR, bilamana yang menempati tanahbangunan tidak bersedia secara sukarela mengosongkannya, maka Pengadilan dapat mengeluarkan langsung perintah pengosongan. Seharusnya perintah pengosongan juga dapat diberikan bilamana HT dilaksanakan melalui ”parate eksekusi” 3. Apabila originatorservicer dan PPSPSPV lalai dalam memenuhi kewajibannya kepada para pemegang EBA, maka para pemegang EBA secara kolektif diwakili oleh Wali Amanat. 81 Ketentuan prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekur itisasi oleh Bank diatur dalam PBI No. 74PBI2005 dimana dalam proses sekuritisasi efek beragun aset dalam pembiayaan sekunder perumahan PBI mengatur tentang fasilitas likuiditas yaitu fasilitas talangan yang diberikan bank penyedia fasilitas likuiditas kepada penerbit untuk mengatasi mismacth pembayaran kewajiban dan adanya servicer sebagai penyedia jasa yang akan menatausahakan, memproses Penerapan Prinsip Kehati-hatian juga diperlukan supaya terhindar dari berbagai masalah. Prinsip kehati-hatian dalam proses sekuritisasi aset keuangan yang dimiliki bank yang menjadi kreditur asal perlu diperhatikan dalam kaitan kelangsungan hidup bank sebagai bank yang sehat. Untuk itu PBI No. 74PBI2005 telah menggariskannya. 81 Kunarti Surya Santoso, Op.Cit, 10-11. Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 dan mengawasi serta melakukan tindakan-tindakan lain dalam rangka mengupayakan kelancaran arus kas aset keuangan yang dialihkan pada penerbit sesuai perjanjian antara pihak tersebut dengan penerbit, termasuk memberi peringatan kepada reference entity apabila terjadi keterlambatan pembayaran, melakukan negoisasi serta menyelesaikan tuntutan. Dalam pasal 2 ayat 1 PBI tersebut disebutkan bahwa aset keuangan yang dialihkan dalam rangka sekuritisasi aset wajib berupa aset keuangan yang terdiri dari kredit, tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yang timbul dikemudian hari dan aset keuangan lain yang setara. Untuk itu mengantisipasi aset kehati-hatian dalam sekuritisasi efek beragun aset ini dalam Pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa, aset keuangan yang dialihkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 wajib memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Memiliki arus kas; b. Dimiliki dan dalam pengendalian Kreditur Asal; c. Dapat dipindahtangankan. Sedangkan dalam pasal 6 PBI Bank dilarang menjadi Kreditur Asal apabila pengalihan aset keuangan dalam rangka sekuritisasi aset mengakibatkan rasio kewajiban penyediaan modal minimum bank menurun. Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 Dalam Pasal 3 PBI ayat 1 disebutkan bahwa dalam sekuritisasi aset, bank dapat berfungsi sebagai : a. Kreditur Asal; b. Penyedia kredit pendukung; c. Penyedia fasilitas likuiditas; d. Penyedia Jasa servicer; e. Bank Kustodian; f. Pemodal. 82 82 Djuhaendah Hasan, Op. Cit. hal. 9-10. Ulfa Rahyunito Daulay : Aspek Hukum Secondary Mortgage Facility SMF Dalam Rangka Sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah KPR Perbankan, 2008. USU Repository © 2009 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan