4.5. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dalam penelitian ini merupakan kelanjutan dari analisis bivariat dengan pertimbangan variabel yang akan diuji mempunyai nilai p0,25.
Adapun variabel yang akan diikutsertakan dalam analisis multivariat adalah variabel pengetahuan p0,000, sikap p0,013 dan variabel tindakan p0,000. Analisis
yang digunakan adalah uji regresi logistik ganda dengan pertimbangan variabel independen pengetahuan, sikap dan tindakan dan variabel dependen keluhan
penyakit pada pengguna air adalah berbentuk dikotomi dua kategori, seperti pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda No Variabel
Nilai B Nilai B
Exp Nilai p-value
1 Pengetahuan 1,934
6,917 0,008
2 Sikap 0,767
2,152 0,310
3 Tindakan 2,599
12,435 0,001
Konstanta - 0,807
Keterangan : B = Nilai Beta dan p-value= nilai probabilitas Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa variabel independen yang mempunyai
pengaruh terhadap keluhan penyakit adalah variabel pengetahuan p0,008, dan variabel tindakan p0,001. Variabel tindakan merupakan variabel yang paling
dominan mempengaruhi keluhan penyakit pada pengguna air pada pesantren tradisional di Kota Langsa dengan nilai B=2,599; B.exp sebesar 12,435.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Kualitas Air Kualitas Fisik, Kimiawi dan Bakteriologis pada Pesantren
Tradisional di Kota Langsa
5.1.1. Kualitas Fisik Air pada Pesantren Tradisional di Kota Langsa
Berdasarkan parameter fisik pada air sumur Pesantren Tradisional Kota Langsa, hasil penelitian menunjukkan hanya 3 pesantren yang mempunyai air yang
berwarna yaitu berwarna kekuningan, dan hanya 2 pesantren yang mempunyai air yang berasa dengan rasa asin, suhu air rata-rata 29
C dan kekeruhan rata-rata 5,15 Nepnelometrik Turbidity Unit NTU. Aspek fisik ini menunjukkan bahwa air di
pesantren masih belum memenuhi syarat kesehatan dibandingkan dengan baku mutu air minum sesuai Kepmenkes No. 907MenkesSKVII2002.
Kekeruhan air yang masih tinggi disebabkan oleh adanya resapan air dari air sungai atau sawah di sekitar pesantren, karena hasil penelitian menunjukkan 66,7
pesantren dekat dengan sungai, dan persawahan. Menurut Soemirat 2001, kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi,
baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik berasal dari lapukan batuan dan logam, yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman yang
berasal dari areal persawahan dan perkebunan. Penelitian Sudra 2006 menemukan bahwa kualitas air di wilayah pesisir
menunjukkan tingkat kekeruhan air melebihi baku mutu air dengan rata-rata 29,0
Universitas Sumatera Utara