5.3. Keluhan Penyakit pada Pengguna Air pada Pesantren Tradisional di Kota
Langsa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,6 pengguna air pada pesantren Tradisional di Kota Langsa mengalami keluhan penyakit. Jenis keluhan yang dialami
31,5 adalah keluhan penyakit kulit dan 21,7 mengalami keluhan diare. Keluhan penyakit dalam penelitian ini ada atau tidaknya pengguna air yang
mengalami keluhan penyakit kulit dan gangguan diare. Gangguan kulit pada pengguna air tersebut berkaitan dengan air yang digunakan oleh pesantren
Tradisional yang umumnya menggunakan air sumur gali, dan disebabkan oleh perilaku pengguna air terhadap kebersihan diri. Umumnya pengguna air belum
mencuci tangan dengan menggunakan sabun mandi, dan mandi kurang dari 2 kali sehari. Hal ini dapat menjadi pendukung terhadap gangguan kulit pengguna air selain
kualitas air sumur yang digunakan Kuspriyanto, 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek kualitas fisik air, kekeruhan rata-rata 5,15
Nepnelometrik Turbidity Unit NTU sudah melebihi dari nilai baku mutu yaitu 5 NTU.
Selain itu dilihat dari aspek kualitas kimia air, diketahui kadar Fe sudah melebih baku mutu yaitu lebih dari 0,3 mgL, sedangkan parameter kimia lainnya
masih berada dibawah baku mutu. Sedangkan dilihat dari aspek kualitas bakteriologis, diketahui kadar E. coli pada beberapa pesantren sudah melebihi baku
mutu dengan rata-rata lebih dari 1600100 ml air, demikian juga dengan total Coliform pada air sumur juga sudah melebihi nilai baku mutu. Kedua parameter ini
Universitas Sumatera Utara
dinilai memberikan dampak yang besar terhadap gangguan kesehatan pada pengguna air di pesantren khususnya penyakit diare.
Aspek kualitas air ini merupakan faktor tidak langsung yang menyebabkan gangguan kesehatan pada pengguna air di Pesantren Tradisional Kota Langsa, tetapi
faktor perilaku pengguna dapat menjadi faktor langsung terhadap terjadinya gangguan kesehatan seperti diare dan penyakit kulit.
Penelitian Felix, dkk 2008 menjelaskan bahwa masalah kesehatan pada pengguna air sumur di Desa Tonjong, Kecamatan Palabuhanratu Sukabumi umumnya
adalah gangguan diare, dan hasil pemeriksaan kualitas fisik air, umumnya air sumur penduduk terdapat Eschericia coli lebih dari 350 per 100 ml air, dan faktor perilaku
umumnya 76,2 rumah tangga tidak mempunyai akses air bersih, dan umumnya menggunakan air sungai.
Hasil penelitian Sulih 2007, bahwa aspek kualitas air sumur di Daerah Kelurahan Sukarejo masih dibawah nilai ambang batas, diketahui kadar Fe lebih dari
0,3 mhL, dan kadar Eschericia coli juga lebih dari 350 per 100 ml air, dan umumnya masyarakat pengguna air sumur mengalami diare dan gatal-gatal.
Penelitian Sarudji 2008, bahwa jenis penyakit yang paling banyak terjadi pada masyarakat di Desa Klopo Sepuluh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo
hampir 76,1 adalah diare, dan 87,1 masyarakat yang mengalami diare disebabkan oleh perilaku tidak bersih, dan dari aspek kualitas air diketahui 51,3 air sumur yang
diperiksa mempunyai kadar Eschericia coli lebih dari 350 per 100 ml air.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Keterbatasan Penelitian