Kondisi Kota Medan Sebelum Kedatangan Penganut Agama Malim

sebagai penyambung lidah Raja Nasiakbagi dalam mengembangkan agama Malim. Sebelum Raja Mulia Naipospos wafat beliau telah mewariskan tugasnya kepada putranya dan demikian seterusnya berlangsung kepada keturunanya sampai sekarang. Saat ini pimpinan Parmalim adalah Raja Marnangkok Naipospos yang di patuhi dan dihormati oleh seluruh penganut agama Malim Gultom, 2010:95.

3.2. Kondisi Kota Medan Sebelum Kedatangan Penganut Agama Malim

Sejarah perkembangan kota Medan tidak dapat dipisahkan dari perkebunan- perkebunan di sumatera timur pada abad ke -19. pada masa itu, Said Abdullah Bilsagih, yang menjadi ipar dari Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah mengajak beberapa pedagang tembakau di Jawa untuk menanam tembakau di tanah Deli, sehingga beberapa pedagang tembakau dari tanah Jawa seperti: Jacobus Nienhuys, Van Der Falk dan Elliot datang kekuala Deli pada tanggal 7 Juli 1863 untuk melakukan ekspedisi dengan menggunakan kapal JOSEPHINE dari Firma Van Leeuwen en Mainz dan Coperation. Pembiayaan ekpedisi ini ditanggung oleh suatu asosiasi di Roterdam yang dipimpin oleh P. Van Den Arend yang tujuan utamanya pada waktu itu adalah untuk menyelidiki adanya kemungkinan serta prospek lain mengenai penanaman tembakau di Deli, sebagai tindak lanjut atas informasi dari Abdullah Bilsagih Sinar, 1991:42 Pada bulan Maret 1864 contoh hasil tembakau Deli dikirim ke Roterdam, ternyata mendapat sambutan hangat karena tembakau Deli tersebut mempunyai kualitas yang sangat baik., maka pembukaan perkebunan di mulai. Untuk mendukung pembukaan perkebunan, pada tahun 1863 Sultan Deli Mahmud Perkasa Alamsyah memberi konsesi tanah 20 tahhun kepada Jacobus Nienhuys Universitas Sumatera Utara lalu pada tahun 1867 konsesi tanah menjadi 99 tahhun. Maka dimulailah babakan baru sejarah moderen kota Medan seiring dengan kemajua perkebunan tembakau Pelzer, 1985:85 Sebelumnya Medan hanyalah sebuah hutan yang ditemukan oleh Guru Patimpus yang dalam bukti sejarah tercatat pada tanggal 1 Juli 1590. dimana yang disebut dengan Medan adalah wilayah yang dialiri oleh dua sungai, yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura Meuraxa, 1975:45 Sejak pemberian konsesi tanah secara luas oleh sultan Deli Mahmud Perkasa Alamsyah kepada Jacobus Nienhuys mempercepat pertumbuhan kota Medan di Sumatera bagian timur yang kemudian disebut dengan Parijs Van Sumatera, sebab tiap sudut kota dapat merasakan suasana kota paris dengan arsitektur bangunan dan tata ruang kotanya. Hal ini mendorong mengalirnya pendatang-pendatang dari berbagai bagian daerah di Indonesia Pemko Medan, 1999:2 Cepatnya pertumbuhan penduduk berakibat dari dibukanya pekebunan- perkebunan, kemudian Medan diluaskan wilayah batas kotanya dengan memasukkan tanah perkebunan atas ijin sultan Deli. Pada tahun 1886, Medan secara resmi diberikan status kota Praja negara rijraad oleh pemerintah pusat Berbagai perusahaan perkebunan telah mendirikan kantor di kota, dan usaha-usaha mulai berkembang, misalnya perdagangan, transportasi juga mulai berkembang, Pelly, 1998:77 Belanda mendirikan kantor pusat pemerintahan untuk Sumatera Timur dari bengkalis Riau sumatera Tengah ke Medan dan menjanjikanya ibukota keresidenan Sumatera Timur termasuk Riau pada 3 Maret 1887. karena kota Universitas Sumatera Utara Medan berkembang dengan sangat cepat Belanda memberikan status pemerintahan otonom untuk kota Medan pada april 1909. walikota pertama ditunju7k sembilan tahun kemudian pada 1 April 1918 Meuraxa, 1975:90 sejak saat itu perkembangan kota Medan berrada di tamgan pemerintah kota Praja yang membangun jalan-jalan baru, bangunan gedung, jembatan rumah sakit, pipa air minum, klinik dan listrik. Untuk menampung perluasan kota, Sultan Makmun Al Rasyid memindahkan sebagian tanahnya yang luas menjadi tanah kota pada tahun 1918. semua perkembangan ini dilakukan un+tuk membuat Medan menjadi ibukota yang setimpal bagi sumatera Timur yang bakal menjadi ibukota Sumatera Utara langenberg, 1977:45. Oleh sebab itu sejak akhir abad ke -19 sampai abad 20 kota medan sangat banyak didatangi oleh kelompok pendatang termasuk Penganut agama Malim yang mencoba mengadu nasip di kota Medan. Dengan melihat perkembangan kota Medan yang sangat pesat dan sangat menjanjikan perubahan hidup masyarakat desa menjadi daya tarik tersendiri untuk kelompok pendatang.

3.3. Sejarah Migrasi Penganut Agama Malim ke Kota Medan