lagi diantara mereka memilih mencantumkan agama lain yaitu agama Kristen pada kolom agama di KTP yang mereka miliki.
4.5. Dalam Bidang Ekonomi
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri jika dibandingkan dengan suku bangsa lainnya adalah bahwa Parmalim sebagai suku bangsa Batak Toba memiliki
etos kerja yang sangat tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya doktrin falsafah yang tidak membolehkan orang Batak menjadi babu hatoban tetapi tetap
menjadi seseorang raja dalam arti yang luas. Dengan semakin berkembangnya tuntutan zaman, penganut agama Malim menghadapinya dengan strategi
pengembangan keagamaan melalui menerima perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi demi peningkatan kualitas sumber daya mansuia
disebut dengan parbinotoan naimbaru. Hal inilah yang menjadikan penganut agama Malim untuk tetap mengikuti pendidikan terlihat dari semakin banyaknya
muda-mudi yang sarjana dan bahkan telah banyak menamatkan kesarjanaannya. Pengakuan ilmu atas pendidikan yang mereka peroleh adalah menjadi sebuah
modal bagi pemenuhan kebutuhan hidup dalam bidang ekonomi. Dengan demikian sudah banyak penganut agama Malim yang bekerja pada
instansi pemerintahan yang berprofesi sebagai PNS maupun sebagai guru dan lembaga swasta. Adapun strategi adaptasi yang dilakukan Parmalim dalam bidang
pemenuhan kebutuhan hidupnya dari segi ekonomi adalah dengan mencantumkan salah satu agama lain yang diakui oleh negara pada kolom agama dalam KTP.
Mereka beralasan bahwa dengan demikianlah mereka akan lebih mudah diterima dalam pekerjaan tertentu. Pemilihan salah satu agama pada kolom agama KTP
Universitas Sumatera Utara
hanyalah merupakan sebatas simbol dalam pencarian pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal demikian tidaklah berpengaruh bagi penganut agama
Malim untuk tetap menjalankan ajaran agama hamalimon ajaran agama Malim dalam keseharian hidupnya.
Sementara bagi penganut agama Malim yang berprofesi sebagai wiraswasta agama yang mereka anut tidak berpengaruh terhadap usaha pekerjaan yang
dijalani. Parmalim sama seperti penganut agama lainya dan tidak mendapat diskriminasi apapun dari masyarakat tempat mereka tinggal. Misalnya seperti
pengalaman amang Sirait yang berprofesi sebagai tukang jahit pakaian, keberadaanya sebagai seorang penganut agama Malim cukup dikenal dalam
lingkungan tempat dia tinggal. Hal demikian tidak berpengaruh terhadap pelanggan yang datang untuk menjahitkan pakaianya.
Dalam aktifitas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga penganut agama Malim sama seperti penganut agama lainya yang ada di kelurahan Binjai dimana
mereka kebanyakan memenuhi kebutuhan keseharian rumah tangganya berupa kebutuhan lauk-pauk dari pajak yang berada di Simpang Limun karena jaraknya
yang cukup dekat dengan jarak kurang lebih 100 meter dari kelurahan Binjai. Adapun yang membedakan penganut agama Malim dengan masyarakat
disekitarnya adalah sesui dengan ajaran agama Malim mereka tetap mempunyai pantangan naramun dalam mengkonsumsi makanan tertentu seperti daging babi,
makan darah dan makan yang berbau busuk. Sementara makanan yang diharamkan tersebut tersedia di pajak Simpang Limun sebagai pasar tradisional. Untuk itu
penganut agama Malim selalu selektif dalam memilih makanan yang akan dibeli
Universitas Sumatera Utara
untuk dibawa kerumah sebagai makanan yang akan di konsumsi bersama angggota keluarga lainya.
4.6. Dalam Bidang Budaya Adat