Media Kultur Jaringan Glutamin

2.5 Media Kultur Jaringan

Media tanamam dalam kultur jaringa adalah tempat tumbuh untuk eksplan. Media tanam tersebut dapat berupa larutan cair atau padat. Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi campuran garam mineral sumber unsur makro dan mikro, gula, protein, vitamin, dan hormon tumbuh. Dengan demikian keberhasilan kultur jaringan jelas ditentukan oleh media tanam dan macam-macam tanaman Hendaryono Wijayani, 1994. Menurut Yusnita 2003, komponen media kultur yang lengkap adalah air destilata akuades, hara-hara makro dan mikro, gula umumnya sukrosa sebagai sumber energi, vitamin, asam amino, bahan organik lain, zat pengatur tumbuh, suplemen berupa bahan-bahan alami, agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media. Menurut Hartmann Ketser 1983, media yang paling sering digunakan dalam kultur jaringan adalah media MS Murashige dan Skoog. Media dengan formulasi MS adalah media yang paling cocok untuk perkembangan kultur dan organogenesis Vasil, 1985. Selain itu media ini memiliki keistimewaan, karena mengandung nitrat, kalium, dan amonianya tinggi Wetter Constabel, 1991.

2.6 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh merupakan salah satu komponen media yang nentukan keberhasilan kultur jaringan Yusnita, 2003. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, meghambat dan merubah proses fisiologis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen dan In hibitor dengan ciri khas serta pengaruh berlainan terhadap proses fisiologis Hendaryono Wijayani, 1994. Universitas Sumatera Utara Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan bagi komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa pembelahan zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan sangat terhambat bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali Hendaryono Wijayani, 1994. Faktor lain yang perlu mandapat perhatian dalam penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa induksi dalam kultur tertentu Gunawan, 1995.

2.6.1 Zat Pengatur Tumbuh BAP Benzil Amino Purin

Sitokinin merupkan hormon tumbuhan turunan adenin dan berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xilem. Golongan sitokinin yang sering ditambahkan dalam medium antara lain adalah : Kinetin, Zeatin, BAP Benzil Amino Purin Hendaryono Wijayani, 1994. BAP sering digunakan karena BAP mempunyai efektifitas untuk perbanyakan tunas, mudah didapat dan harganya relatif murah Imelda, 2007. Menurut Mariani 2003 zat pengatur tumbuh sitokinin berperanan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedang auksin berperanan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Pemanjangan sel, pembelahan sel, morfogenesis dan pengaturan pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam pembetukan kalus dan selanjutnya diikuti pembentukan tunas. Menurut Suyadi 2003 apabila kondisi auksin dan sitokinin endogen berada pada kondisi sub optimal, maka diperlukan penambahan auksin dan sitokinin secara eksogen, sehingga diperoleh perimbangan auksin dan sitokinin optimal. BAP mempunyai struktur yang sama dengan kinetin, akan tetapi lebih efektif bila dibandingkan dengan kinetin karena memiliki gugus benzil Winarsih, 2002. Umumnya tanaman memiliki respon yang lebih baik terhadap BAP dibandingkan kinetin sehingga BAP lebih efektif untuk produksi tunas in vitro pada banyak tanaman. Contohnya pada tanaman kehutanan Acacia sp., Eucalyptus ficifolia, Santalum album Hutami Lestari, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Zat Pengatur Tumbuh Atonik

Atonik adalah suatu zat pengatur tumbuh sintetik berbentuk larutan dalam air, berwarna cokelat dan berbau khas Wuryaningsih, 1993. Atonik adalah gabungan garam-garam natrium dari S-nitroquiocol dan garam natrium dari paranitrophenol Kusumo, 1990. Atonik mengandung zat aktif natrium orto nitrofenol, natrium para nitrofenol, natrium 2,4 di nitrofenol, dan natrium 5 nitroguaiakol Saptarini, et al, 2001. Atonik bukan merupakan hormon tanaman fitohormon atau pestisida tetapi suatu zat kimia yang dapat merangsang proses biokimia dan fisiologis tanaman, sehingga atonik termasuk zat pengatur tumbuh Kusumo, 1990. Atonik biasanya digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar tanaman terhadap unsur hara, meningkatkan daya serap daun, keluarnya bunga, pembentukan buah, dan meningkatkan jumlah dan bobot buah Saptarini, et al, 2001

2.7 Glutamin

Asam amino sebagai sumber nitrogen organil relatif jarang diperlukan, karena sumber nitrogen utama dalam media biasanya NO 3 - dan NH 4 + . Namun, jika diperlukan sebagai sumber nitrogen organik, asam amino yang sering digunakan adalah glutamin Yusnita, 2003. Karena glutamin merupakan penyimpan nitrogen yang utama pada tumbuhan dan juga mudah di sintesis oleh tumbuhan Salisbury Ross, 1991. Glutamin berperan dalam metabolisme asam amino karena dapat menjadi pembawa amonia untuk sintesis asam-asam amino baru dalam jaringan Hendaryono Wijayani, 1994. Keberadaan asam amino dalam bentuk D-asam glutamat mempunyai berbagai pengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme tumbuhan. Robinson, 1991. Glutamin juga sangat penting untuk inisiasi dan perkembangan embrio somatik. Penambahan asam amino dapat merangsang terjadi-nya komunikasi di antara sel dan jaringan pada organ multiselular Salisbury Ross, 1991. Untuk Universitas Sumatera Utara inisiasi dan pendewasaan embrio somatik diperlukan keseimbangan yang tepat antara NH 4 + dan NO 3 - Robinson, 1991.

2.8 Kultur Jaringan Tanaman Kemenyan