e. Persentase kultur yang terkontaminasi
Persentase kultur yang terkontaminasi dihitung setiap hari sejak awal hingga akhir penelitian dengan rumus:
Persentase terkontaminasi = Jumlah ekspalan yang terkontaminasi Jumlah eksplan seluruh perlakuan
x 100
3.5 Analisis Data
Data yang didapatkan dari masing-masing parameter dianalisis dengan Analysis of Variance ANOVA dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan
Duncan New Multiple Range Test DNMRT Sastrosupadi, 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Saat Terbentuknya Kalus
Kalus merupakan suatu kumpulan sel yang tidak terorganisir dan tidak berbentuk, kalus terjadi karena pembelahan yang sangat aktif. Pada tanaman utuh kalus dapat
terbentuk karena pelukaan, serangan serangga atau mikroorganisme. Secara in vitro kalus diinisiasi dengan meletakkan bagian kecil tanaman eksplan pada medium
pertumbuhan pada kondisi aseptik. Dengan adanya rangsangan dan zat pengatur tumbuh endogen atau eksogen menyebabkan metabolisme sel menjadi aktif sehingga
akan terbentuk kalus George Sherington, 1984. Dari pengamatan langsung hasil kultur pucuk kemenyan ini diperoleh bahwa pertumbuhan kalus dimulai dari minggu
ke-3 hari ke 21 sampai minggu ke-6 setelah penanaman. Pertumbuhan kalus pada tanaman kemenyan relatif lama dibanding dengan tanaman lain yang pada umumnya
kalus muncul pada hari ke 12 setelah inokulasi. Santoso dan Nursadi 2004 menyatakan bahwa pada umumnya eksplan pucuk dan daun mempunyai kemampuan
tumbuh lebih cepat dibanding dengan eksplan batang utama, cabang batang, atau tangkai bunga. Pada media MS, eksplan daun muncul kalus umumnya berkisaar pada
hari ke-12 setelah inokulasi, sedangkan eksplan batang pada 26 hari setelah inokulasi.
kalus daun
media
Gambar 3. Kalus Kemenyan
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kalus paling banyak terjadi pada minggu ke-4 pengamatan dibanding minggu yang lain. Pada minggu ke-4 kultur
yang hidup sebanyak 51 botol kultur, sedangkan pada minggu ke-3 ada 4 botol kultur, minggu ke-5 sebanyak 11 botol, dan minggu ke-6 sebanyak 1 botol. Hal ini
menunjukkan bahwa minggu ke-4 yakni berkisar antara 30-35 hari merupakan waktu dimana kalus kemenyan mulai tumbuh dengan seragam, sedangkan minggu ke ke-6
kemampuan eksplan beregenerasi semakin menurun dan tidak menghasilkan kalus.
Tabel 4.1.1 Jumlah Kultur yang membentuk kalus per minggu.
Ket: A = 0 tanpa ZPT A
1
= 0,5 mlL atonik A
2
= 1 mlL atonik A
3
= 1,5 mlL atonik A
4
= 2 mlL atonik B
= 0 tanpa ZPT B
1
= 0,05 mgL BAP B
2
= 0,5 mgL BAP B
3
= 5 mgL BAP
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa regenerasi tanaman belum diperoleh secara maksimal. Perbanyakan tanaman baik secara embriogenesis maupun
organogenesis belum tercapai. Hasil yang dicapai masih dalam tahap inisasi kalus. Menurut Hartman et al. 2002, regenerasi tanaman pada kultur in vitro dapat terjadi
melalui dua cara yatu organogenesis dan embriogenesis somatik. Menurut Kaatuk 1989, organogenesis tergantung pada hal berikut: media dan lingkungan, namun
Perlakuan Minggu
TOTAL III
IV V
VI A
B -
3 -
- 3
A B
1
- 4
- -
4 A
B
2
- 3
- -
3 A
B
3
1 2
1 -
4 A
1
B -
1 2
-
3 A
1
B
1
- 3
- -
3 A
1
B
2
1 2
- -
3 A
1
B
3
2 1
- -
3 A
2
B -
2 1
- 3
A
2
B
1
- 2
1 1
4 A
2
B
2
- 3
- -
3 A
2
B
3
- 4
1 -
5 A
3
B -
3 -
- 3
A
3
B
1
- 2
1 -
3 A
3
B
2
- 3
- -
3 A
3
B
3
- 2
2 -
4 A
4
B -
3 1
- 4
A
4
B
1
- 3
- -
3 A
4
B
2
- 2
1 -
3 A
4
B
3
- 3
- -
3 TOTAL
4 51
11 1
67
Universitas Sumatera Utara
perbandingan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin juga mempengaruhi derajat organogenesis.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Erika 2007 dengan menggunakan 2,4-D dan BAP, diketahui bahwa kalus mulai terbentuk pada hari ke-16 setelah
inokulasi tetapi ada yang pertumbuhannya lambat sampai hari ke-30. Sedangkan pada penelitian ini diketahui bahwa bahwa pertumbuhan kalus dimulai dari minggu ke-3
hari ke 21 sampai minggu ke-6 setelah penanaman. Faktor yang mempengaruhi lebih lamanya pertumbuhan kalus pada penelitian kemenyan ini dimungkinkan oleh
perbandingan antara zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin yang tidak tepat dan strilisasi yang terlalu keras Kaatuk,1989.
4.2 Persentase kulur yang membentuk kalus