perbandingan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin juga mempengaruhi derajat organogenesis.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Erika 2007 dengan menggunakan 2,4-D dan BAP, diketahui bahwa kalus mulai terbentuk pada hari ke-16 setelah
inokulasi tetapi ada yang pertumbuhannya lambat sampai hari ke-30. Sedangkan pada penelitian ini diketahui bahwa bahwa pertumbuhan kalus dimulai dari minggu ke-3
hari ke 21 sampai minggu ke-6 setelah penanaman. Faktor yang mempengaruhi lebih lamanya pertumbuhan kalus pada penelitian kemenyan ini dimungkinkan oleh
perbandingan antara zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin yang tidak tepat dan strilisasi yang terlalu keras Kaatuk,1989.
4.2 Persentase kulur yang membentuk kalus
Persentase kultur yang membentuk kalus adalah banyaknya kalus yang terbentuk dari seluruh eksplan yang ditanam. Data pengamatan persentase kultur dapat dilihat pada
tabel 4.2.1. Dari data tersebut didapat bahwa jumlah kultur yang hidup sebesar 67 yaitu sebanyak 67 botol dari 100 botol perlakuan.
4.2.1 Persentase Kultur yang membentuk kalus
Atonik BAP B
Total A
B B
1
B
2
B
3
A
3 60
4 80
3 60
4 80
14 70 A
1
3 60
3 60
3 60
3 60
12 60 A
2
3 60
4 80
3 60
5 100
15 75 A
3
3 60
3 60
3 60
4 80
13 65 A
4
4 80
3 60
3 60
3 60
13 65 Total
16 64
17 68
15 60
19 76
67 67
Ket: A = 0 tanpa ZPT A
1
= 0,5 mlL atonik A
2
= 1 mlL atonik A
3
= 1,5 mlL atonik A
4
= 2 mlL atonik B
= 0 tanpa ZPT B
1
= 0,05 mgL BAP B
2
= 0,5 mgL BAP B
3
= 5 mgL BAP
Universitas Sumatera Utara
Secara umum pemberian kombinasi Atonik dan BAP memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan kalus. Pada Tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa hampir
pada semua perlakuan terdapat kultur yang hidup. Pada A B
yang tidak diberikan zat pengatur tumbuh juga menghasilkan jumlah kalus yang tidak jauh berbeda dengan
perlakuan yang di berikan zat pengatur tumbuh. Pada perlakuan A
2
B
3
memiliki kultur hidup yang paling tinggi yaitu sebesar 100. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan atonik 1 mlL dan BAP 5 mgL juga dapat memacu kultur hidup kalus. Menurut Sri Hutami 2003, selain hara makro dan mikro dalam kultur in vitro zat
pengatur tumbuh sitokinin dan auksin berperan dalam pertumbuhan dan morfogenesis. Keseimbangan kedua zat pengatur tumbuh tersebut sangat berperan dalam
pembentukan kalus. Menurut Pierik 1987, apabila digunakan pada konsentrasi tinggi yaitu berkisar 1-10 mgl dapat menginduksi pembentukan kalus tetapi pada umumnya
dapat menghambat pembentukan akar. Dan menurut George dan Sherington 1984, auksin digunakan secara luas dan sangat baik dalam kultur jaringan untuk merangsang
pertumbuhan kalus.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubungan kombinasi pemberian zat pengatur tumbuh dengan pertumbuhan kalus bersifat fluktuatif. Walau ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi konsentrasi atonik yang di berikan pada media dcenderung menurunkan jumlah kalus yang terbentuk. Sedangkan pemberian BAP,
memberikan kecenderungan semakin tinggi konsentrasi BAP maka kalus yang terbentuk semakin banyak. Rata-rata jumlah kalus yang terbentuk karena penambahan
BAP lebih besar dibandingkan dengan penambahan atonik bahkan pada perlakuan B kalus yang terbentuk lebih besar bila dibandingkan dengan semua tingkat konsentrasi
atonik.
Penggunaan BAP untuk perbanyakan pisang telah banyak dilaporkan, antara lain oleh Yusnita et. al. 1996 yang menyatakan bahwa penggunaan BAP 2 mgl
menghasilkan hasil yang terbaik untuk perbanyakan pisang ambon kuning secara in vitro yang menghasilkan tunas. Pada penelitian yang dilakukan Sudarmaji 2003
penggunaan BAP pada kultur kapas, menghasilkan berat kalus yang terbesar pada konsentrasi 2 mgl. Sedangkan pada penelitian ini penggunaan BAP yang terbaik
adalah 5 mgl yang menghasilkan berat kalus terbesar. Dan penggunaan atonik juga
Universitas Sumatera Utara
telah digunkan dalam perbanyakan tanaman, diantaranya pada perbanyakan buah naga dimana atonik berperan di dalam pembentukan tunas buah naga, pada penggunaan 4
mll Dini et. al., 2007. Pada penelitian tanaman Kopi yang dilakukan Johanes 2004, atonik berpengaruh dalam pembelahan sel dan perkembangan tunas ada pada
konsentrasi 6 mll.
Kombinasi dari kombinasi atonik dan BAP belum pernah dilakukan pada tanaman-tanaman lain. Sehingga pengaruh kombinasi kedua zat pengatur tumbuh ini
masih diketahui hanya sampai proses pembentukan kalus. Sehingga masih dibutuhkan penelitian-penelitian lain untuk memastikan pengaruh kombinasi dari zat pengatur
tumbuh Atonik dan BAP terhadap tanaman atau pun eksplan.
Gambar 4. Kalus dengan berat basah tertinggi pada perlakuan A
2
B
3
Universitas Sumatera Utara
4.3. Berat basah kalus g