Kultur Daun Pucuk Eksplan Bahan Tanaman

Kultur jaringan memberikan informasi pengetahuan yang sengat bermanfaat di bidang fisiologi tanaman dan juga usaha penyedian bibit dengan jumlah yang besar dan keseragaman sifat yang tinggi. Sampai saat ini sudah banyak sekali dikenal perbanyakan tanaman secara in vitro baik tanaman hias, tanaman buah, bahkan tanaman perkebunan Hendaryono Wijayani, 1994. Di samping itu, perbanyakan tanaman secara kultur jaringan sangat bermanfaat untuk memperbanyak tanaman introduksi, tanaman klon unggul baru, dan tanaman bebas patogen yang perlu diperbanyak dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat Widiastuty, 2001. Perkembangan bioteknologi tanaman juga mensyaratkan dikuasainya regenerasi tanaman secara in vitro, yang merupakan salah satu penyebab banyaknya penelitian dan dana yang dicurahkan untuk mendapatkan prosedur regenerasi in vitro untuk berbagai tanaman bernilai ekonomi tinggi Yusnita, 2003.

2.3 Kultur Daun Pucuk

Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah daun pucuk. Kultur tunas aksiler hampir sama dengan kultur meristem hanya perbedaannya terletak pada ukuran eksplan yang digunakan. Eksplan yang digunakan pada kultur tunas aksiler lebih besar dibanding dengan ukuran eksplan dalam kultur meristem. Eksplan yang digunakan untuk kultur pucuk aksiler dapat berasal dari pucuk apikal atau pun aksilar Katuuk, 1989. Perbanyakan tanaman yang dihasilkan secara kultur jaringan dengan menggunakan pucuk aksiler memiliki keuntungan tersendiri yaitu dimungkinkannya untuk mengontrol eksplan bebas virus, tanaman secara genetik seragam dan pada tanaman laju perbanyakan lebih tinggi Rosmayati, 1993. Menurut Irawati 2005, di dalam suatu tumbuhan, kemampuan regenarasi dari jaringan tergantung dari umur fisiologis, karakter dan kualitas selnya. Jaringan yang muda umumnya mempunyai kemampuan berdiferensiasi dan tumbuh lebih baik dalam suatu medium hara Wetter Constabel, 1991. Universitas Sumatera Utara Menurut Katuuk 1989, perbanyakan dengan menggunakan pucuk aksiler dapat dilaksanakan pada tiap jenis tanaman yang mempunyai pucuk aksiler. Pucuk ini akan berkembang dengan baik bila dalam media diberikan sitokinin seperti BAP, 2-iP, dan Zeatin. Hal ini terjadi pada tanaman berkayu terutaman buah-buahan dan tanaman kehutanan. Menurut Irawati 2005, dalam kultur pucuk biasanya media mengandung auksin dan sitokinin dengan konsentrasi sitokinin lebih tinggi dari auksin karena sitokinin dapat mengatasi kemunduran daya tumbuh apabila pertumbuhan terganggu.

2.4 Eksplan Bahan Tanaman

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya, serta harus sehat dan bebas dari hama penyakit. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif Yusnita, 2003. Eksplan adalah bagian tanaman yang digunakan dalam kulturisasi. Eksplan ini menjadi bahan dasar bagi pembentukan kalus bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses perlengkapan bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar Nugroho Sugito, 2000. Agar pertumbuhan bibit secara kultur jaringan berlangsung mudah, sebaiknya di ambil sel yang berasal dari bagian meristem tanaman yang masih muda. Misalnya daun muda, ujung akar, ujung batang, dan keping biji. Bagian meristem dipilih, karena bagian tersebut memiliki sifat pertumbuhan yang agresif Yusnita, 2003. Menurut Murashige 1974 dalam Bayu, 2002, ada lima faktor yang harus diperhatikan dalam regenerasi in vitro dari eksplan yaitu : organ yang digunakan, umur fisiologis, umur saat diambil dari tanaman asal, ukuran eksplan dan kualitas tanaman asal. Dalam hal ini ukuran eksplan yang paling baik digunakan adalah antara 0,5-1 cm, namun hal ini dapat juga terjadi tumbuh tergantung pada tanaman yang dipakai dan juga jenis tanamannya Katuuk, 1989. Selain itu ekspalan yang digunakan harus bebas kontaminan dengan menggunakan sterilan sebelum ditransfer ke dalam kultur, serta media tempat kultur ditanam harus steril dan aseptik George Sherrington, 1984. Universitas Sumatera Utara

2.5 Media Kultur Jaringan