c. Ketegasan dalam moral dan etika, dan fleksibilitas dalam masalah
duniawi dan kajian ilmiah.
47
3. Bentuk dan Teknik Cerita Islami
Cerita islami merupakan salah satu pendukung dalam proses membimbing akhlak anak dalam keluarga. Dunia anak adalah dunia pasif
ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara
kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui kata-kata
sanjungan atau pujian. Orang tua yang mampu memberikan cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman kepada anak terhadap sikap dan
pelajaran yang diterima dari cerita tersebut. Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan
bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan
minat, kemampuan dan kebutuahan anak.
48
Dengan ini maka penulis berasumsi bahwa bentuk cerita islami adalah bagaimana orang tua dapat
menjadikan dan mengemas cerita islami menjadi lebih menarik, misalnya dalam bentuk kisah teladan dan heroism pejuang Islam saat mengantarkan
anak beristirahat. Mengapa demikian? Karena setiap kisah teladan pasti menganduing hikmah. Selain itu, tradisi ini bisa meningkatkan
47
Yusuf al-Qardlawi, al-Khashais al-Ammah lil Islam, Mesir: Maktabah Wahbah Kairo 1397 H.1977 M., h. 105.
48
Achmad Hidayat dan Arief Imron, Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Insida Lantabora, 2004, Cet Ke-1, h. 35.
kemampuan komunikasi anak dengan berbagai kosakata yang muncul pada saat orang tua bercerita. Dia khir cerita, alangkah baiknya jika
kemudoian memberikan kesimpulan kepada anak.
49
Selain dalam bentuk heroisme, cerita islami juga dapat ditampilkan dalam bentuk cinta dan kasih saying yang menjadi motivasi bagi anak.
Misalnya, cerita sebagai manifestasi wujud cinta kasih sayang yang merupakan pembangun pola kepribadian anak. Cara ini juga dapat
dilakukan untuk mengetahui dorongan anak saat melakukan suatu tindakan berdasarkan system dalam dirinya. Tentu saja cinta yang dapat
membangun motivasi anak dalam hal ini adalh cinta rahmah QS.30: 31, jenis cinta yang penuh dengan kasih saying, lembut, siap berkorban dan
siap melindungi. Cinta ini adalah jenis cinta orang yang memiliki pertalian darah, seperti orang tua terhadap anak dan sebaliknya, keluarga, kerabat
dan sebagainya.
50
Bentuk lain dalam cerita islami juga dapat dilakukan oleh orang tua dengan mengekspresikannya terhadap anak, biasanya dalam bentuk ini
orang tua menggunakan alat peraga seperti boneka tangan muapun lainnya. Bahkan juga dapat dilakukan orang tua saat membaca ayat al-
Qur’an yang didalamnya terdapat cerita islami, seperti kisah Luqman dan putranya, kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isma’il AS, kisah Nabi Musa
AS, Nabi Nuh AS, Nabi Isa AS dan Maryam-ibunda Nabi Isa AS dan
49
Salsa Az- Zahra’, 101 Tips dan Ide Membangun Spiritualitas Anak, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2009, h. 89-90.
50
Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga: Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, Jakarta: The International of Islamic Thought IIIT Indonesia dan PT. Bina Rena
Pariwara, 2005, h. 106-107.
lainnya. Bentuk cerita islami ini tentu saja tetap mengacu pada pola dasar sebuah konsep bimbingan yaitu: guidance as a complement to Islamic
moral ethics education-sebagai pelengkap pendidikan moral etika islam. Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode
bercerita tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: b.
Bercerita dengan alat peraga Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk
memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal- hal yang didengar dalam suatu cerita :
1 Bercerita dengan alat peraga langsung
Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan atau benda-benda yang sebenarnya bukan tiruan atau berupa
gambar-gambar. Penggunaan alat peraga langsung untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai
hal-hal yang didengar dalam cerita. Dalam bentuk cerita ini orang tua sebaiknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu
pada anak. b.
Orang tua menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan objek yang akan diceritakan.
c. Alat peraga kemudian disimpan sebelum orang tua bercerita
dan mengatur posisi duduk anak.
2 Bercerita dengan gambar
Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan
membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku positif maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam bercerita dengan gambar adalah : a
Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil. b
Orang tua memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus terlihat
c Gambar-gambar yang digunakan harus menarik.
d Gambar yang ditutup setiap orang tua memulai kembali.
51
c. Bercerita dengan menggunakan buku cerita
Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan cerita dari sebuah buku cerita bergambar. Dalam buku cerita bergambar
biasanya terdapat tulisan-kalimat pendek yang menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan membacakan cerita ini dilakukan
karena kebanyakan anak terutama anak pra-sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh orang tua, guru ataupun orang dewasa lainya.
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam membacakan cerita, seperti :
1 Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dilihat sang anak.
2 Ketika memegang buku orang tua tidak boleh melakukan gerakan-
gerakan seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta
51
Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, Jakarta : LPGTK Tadika Puri, 2003, h. 13.
mimik gurulah yang berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu fantasi anak.
Kegiatan belajar mengajar di Keluarga dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode jika tidak ada alat peraga yang kongkrit. Dalam
kegiatan bercerita yang berperan adalah orang tua dengan cara bercerita melalui ekspresi yang tepat. Dalam menggunakan metode ini
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut :
1 Orang tua harus menunjukan mimik muka, gerakan-gerakan
tangan dan kaki serta suara sebagai pencerminan dan penghayatan secara sungguh-sungguh terhadap isi dan alur cerita.
2 Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas,
komunikasi dan mudah dimengerti anak. 3
Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak. 4
Selama bercerita hindari teguran pada anak.
52
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik yang dipergunakan orang tua dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk
cerita yang akan disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya. Sebagaimana Mahmud
Yunus mengemukakan bahwa pengaruh cerita lebih besar dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau menyuruh dan
melarang kepada anak.
53
52
Soekanto, Seni dengan cerita, h. 42.
53
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta : Hida Karya Agung, 1983, Cet. Ke-11, h. 19.
60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif, tentu penting untuk menentukan lokasi penelitian. Untuk itu pada penelitian ini, penulis
mengambil lokasi di Rt. 03 Rw. 01 Desa Muara Jaya Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Adapun alasan penulis memilih lokasi
atau tempat ini sebagai penelitian diantaranya sebagai berikut : 1.
Lokasi penelitian merupakan tempat tinggal dimana penulis berasal. 2.
Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, baik dari segi waktu, tenaga dan finansial.
3. Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya merupakan wilayah pedesaan yang berasal dari
para transmigran program pemerintahan tahun 70-an dan terdiri dari berbagai etnis, Jawa, Melayu, Sunda dan Batak. Tatanan wilayah ini masih
sangat lekat dengan norma-norma etika sosial agama yang tergabung dalam satu kesatuan budaya Melayu Jawa-Jawa Melayu. Pembimbingan
akhlak juga umumnya masih dilakukan oleh masyarakat di sini sebagai upaya penyelamatan generasi dari pengaruh negatif tayangan televisi dan
media lain. 4.
Wujud kepedulian penulis untuk melihat problem sosial masyarakat dari dekat dan membantu penyelesaiannya.