Beberapa manfaat cerita islami yang dapat digali dari kegiatan bercerita oleh penulis, diantaranya:
Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi.
Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun
situasi yang muncul dari cerita tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, cerita merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa
empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya
makan sayur dan menggosok gigi. Ketiga, cerita dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan
minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai cerita, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-
buku cerita yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya. Selain itu
orang tua juga dapat menggunakan compact disk CD.
2. Karakteristik Cerita Islami
Dalam cerita islami ada beberapa karakteristi yang mungkin membedakannya dengan cerita pada umumnya atau bahkan dongeng
sekalipun. Yusuf al-Qardlawi dalam bukunya
ماسإل ةماعلا صئاصخلا,
mengurai panjang lebar tentang karakteristik umum cerita islami untuk mewujudkan perilaku atau akhlak yang ideal yang selanjutnya disebut
dengan al-Tadayyun al-Mansyud, terdiri dari 7 hal yang mendapat perhatian :
1. Rabbaniyyah Ketuhanan, yaitu: mengandung aspek keesaan atau
tauhid kepada Allah swt. Dari aspek Sumber dan Metode: berdasarkan berbagai referensi Islam, mulai dari kisah dalam al-
Qur’an, Hadits maupun yang langsung berasal dari cerita Nabi dan para sahabatnya
maupun penulis-penulis Islam. 2.
Insaniyyah humanisme: Tidak ada pertentangan antara konsep ketuhanan dan humanisme, karena salah satu ajaran ketuhanan adalah
untuk menjunjung tinggi derajat manusia dan memuliakannya, misalnya membangun sikap saling menyayangi sesame manusia dan
makhluk hidup lainnya serta lingkungan sekitar. 3.
Syumul bersifat umum, holistik, yaitu: aplicatable untuk perkembangan anak.
4. Wasatiyyah atau Tawazun keseimbangan, yaitu: antara spiritual
ruhiyah dan material madiyah, antara individualisme fardiyyah dan sosialisme
jama’iyyah, antara realitas waqi’iyyah dan idealismeutopia mitsaliyyah, antara ketegasan tsabat dan
fleksibilitas taghayyur, tidak mengabaikan aspek-aspek di atas dan memberikan porsi masing-masing secara adil.
5. Waqi’iyyah Realistis: cerita bersifat hal-hal yang riil sesuai akidah
ajaran Islam dan etika, misalnya: a.
Realitas alam semesta yang menunjukkan akan adanya Allah, Tuhan alam semesta
b. Realitas kehidupan manusia dengan sifat baik buruknya, yang
berakhir dengan kematian dan dilanjutkan dengan kehidupan akhirat yang abadi
c. Realitas manusia sebagai makhluk yang kompleks terbuat dari
unsur materi dan rohani, laki-laki dan perempuan, sebagai makhluk sosial, dan sebagainya
6. Wudluh Kejelasan, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kejelasan mengenai pokok-pokok dan prinsip ajaran yang islami
b. Kejelasan sumber cerita
c. Kejelasan maksud dan tujuan cerita
7. Kombinasi antara tsabat ketegasan prinsip dan murunah
fleksibilitas dalam ajarannya, misalnya: a.
Ketegasan dalam tujuan, dan fleksibilitas dalam strategi pelaksanaan saat memberikan cerita sebagai pembelajaran anak
b. Ketegasan dalam pokok dan prinsip ajaran, dan fleksibilitas dalam
masalah yang bukan prinsip furu’iyyah
c. Ketegasan dalam moral dan etika, dan fleksibilitas dalam masalah
duniawi dan kajian ilmiah.
47
3. Bentuk dan Teknik Cerita Islami