Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya di bedakan menjadi dua yaitu, akhlak terpuji dan
akhlak tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah
yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya dan
melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.
3. Metode Bimbingan Akhlak
Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan kepada anak. Metode bimbingan akhlak yang tidak tepat guna akan
menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses perubahan karakter dan sikap anak, sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh
karena itu metode yang diterapkan oleh orang tua baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Dr. Ahmad Tafsir memberikan pengertian, metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Sedangkan menurut
Sukanto metode bimbingan akhlak adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya. Kegiatan
ini bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang mengandung arahan dan mencontohkan
sikap teladan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
24
Metode bimbingan akhlak merupakan salah satu metode yang banyak digunakan
dalam keluarga maupun pada instansi pendidikan.Salah satunya yaitu melalui cerita. Cerita merupakan salah satu pendukung dalam proses
membimbing akhlak anak dalam keluarga. Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seseorang anak
membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan symbol-simbol
kasih sayang orang lain yang ada disekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Dan cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan
membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah pembimbing selesai bercerita. Cerita akan lebih
bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
a.
Metode Bercerita
Bercerita mengundang perhatian anak terhadap pembimbing sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan
dunia kehidupan anak maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan
mudah dapat menangkap isi cerita. Menurut Abudin Nata metode bercerita adalah suatu metode
yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam
24
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003, h. 28.
menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh karenanya dijadikan
sebagai salah satu teknik pembimbing.
25
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita
harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak
untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
26
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau
menyampaikan cerita secara lisan kepada anak sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik.
b. Tujuan Metode Bercerita
Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan bercerita
pembimbing dapat
menanamkan nilai-nilai Islam pada anak bimbingan, seperti menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari
setiap perbuatan. Melalui
metode bercerita
anak diharapkan
dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk sehingga
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Asnelli
25
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, h. 15.
26
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Remaja, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, h. 36.
Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam bimbingan anak adalah menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan ketuhanan kepada anak
dengan harapan melalui bimbingan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam
kehidupan sehari-hari.
27
Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut :
1 Melatih daya tangkap dan daya berpikir
2 Melatih daya konsentrasi
3 Membantu perkembangan fantasi
4 Menciptakan suasana menyenangkan di kelas.
28
Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut:
1 Menghibur anak dan menyenakan mereka dengan
bercerita yang baik 2
Membantu pengetahuan siswa secara umum 3
Mengembangkan imajinasi 4
Mendidik akhlak 5
Mengasah rasa.
29
Sedangkan menurut Moeslichatoen R,
30
bahwa tujuan metode bercerita adalah salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi
27
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, Bandung: Al-Bayan, 1997, h. 9.
28
Winda Gunarti dan Hapinudin, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996, h. 6.
29
Abdul Aziz, Mendidik Anak dengan Cerita, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-1, h. 72.
pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode bercerita maka anak akan
menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati
anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan untuk
mendengarkan cerita dari pembimbing, dengan jelas metode bercerita disajikan kepada anak didik bertujuan agar mereka memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran al- Qur‟an dalam
kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak-anak kepada Allah, Rosul, dan al-
Qur‟an. c.
Fungsi Metode Bercerita Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang
sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga
merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran- sasaran atau target pendidikan.
Metode cerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga
pelajaran atau materi bimbingan itu dapat dengan mudah diberikan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan beberapa fungsi
metode cerita yaitu:
30
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h . 13.
1 Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik Melalui metode bercerita ini sedikit demi sedikit
dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para Rasul atau umat-umat terdahulu
yang memiliki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai dalam suatu pelajaran 2
Dapat mengembangkan imajinasi anak Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita
dapat membantu anak didik dalam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan
mereka mampu bertindak seperti tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan oleh pembimbing.
3 Membangkitkan rasa ingin tahu Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari
sebuah cerita sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang
dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya.
4 Memahami konsep ajaran Islam secara emosional Cerita yang bersumber dari al-Qur.an dan kisah-
kisah keluarga muslim diperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak hatinya untuk mengetahui
lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong untuk beramal di jalan lurus.
31
d. Kelebihan Metode Bercerita
Adapun kelebihan dalam metode bercerita diantaranya: 1
Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak. Karena anak akan senatiasa merenungkan makna dan
mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
2 Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu
kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita. 3
Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
4 Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi,
rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.
32
e. Kekurangan Metode Bercerita
Adapun kekurangan dalam metode bercerita diantaranya:
31
Eddy Supriadi, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Tadika Puri, 2003, h. 13.
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta : Ciputat Press, 2002, Cet. Ke-1, h . 159-162.
1 Pemahaman anak akan menjadi sulit ketika kisah itu telah
terakumulasi oleh masalah lain. 2
Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak. 3
Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa metode cerita merupakan penyampaian bimbingan akhlak dengan cara menceritakan kronologis
terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode bercerita ini dalam bimbingan agama dan akhlak menggunakan pradigma
al-Qur ‟an dan Hadits Nabi Muhammad, sehingga memiliki substansi cerita
yang valid tanpa diragukan lagi keabsahannya. Namun terkadang kevalidan sebuah cerita terbentur pada Sumber Daya Manusia SDM yang
menyampaikan cerita itu sendiri sehingga terjadi banyak kelemahannya. Selain itu bimbingan akhlak juga dapat dilakukan melalui metode :
1. Melatih dan membiasakan anak melakukan kegiatan ritual
Anak dilatih melaksanakan segala bentuk ibadah melalui proses pembiasaan, sehingga terdidik dalam ketaatan kepada
Allah. 2.
Mengajarkan al-Qur‟an Pendidkan al-
Qur‟an untuk anak dimulai dengan membaca sampai ia mampu mnghafalnya jika mampu agar ia memiliki
kualitas keimanan sejak kecil, karena sabda Rasulullah:
“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang belajar al-
Qur‟an dan mengajarkannya”. 3.
Mengajarkan shalat Shalat juga harus diajarkan orang tua kepada anak agar
terjadi proses pembiasaan sesuai dengan usia mereka. 4.
Mengenalkan halal dan haram Mengenalkan dan mengajarkan halal dan haram sesuai
dengan perkembangan anak dan kondisi psikhis anak. 5.
Pembentukan kepribadian, mental dan fisik Orang tua dalam hal ini wajib menciptkana suasana yang
kondusif, komunikatif dan dialogis agar anak tumbuh dan berkembang menjadi pemberani dalam menghadapi tantangan
kehidupan. 6.
Memberikan nasiehat sesuai al-Qur‟an Memberikan motivasi agar anak senang melakukan
kebajikan tentu sesuai dengan standar prosedur al- Qur‟an dan
tetap memberikan sanksi yang mendidik sebagai pembelajaran. 7.
Memperkenalkan etika islami Menanamkan etika islami dalam kepribadian anak,
misalnya etika makan, berdoa sebelum dan sesudah makan,
etika bergaul, bersopan santun, menghormati orang lain dan sebagainya.
33
Berikutnya bentuk bimbingan akhlak juga dikemukakan oleh Soekanto dalam karyanya
“Seni Cerita Islam” yang diantaranya:
34
a Sopan santun pada orang tua
Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah r.a. Ia berkata; Rasulullah SAW melihat seseorang berjalan bersama
anaknya, kemudian Nabi SAW bertanya kepada anak kecil itu
“Siapakah orang yang berada di sampingmu itu?” anak itu menjawab,
“ia adalah bapakku” kemudian Rasulullah bersabda; “Ingatlah, kamu jangan berjalan di depannya dan
kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah dan kamu jangan duduk
sebelum ia duduk, dan jangan kamu panggil ia dengan
namanya”. b
Sopan santun terhadap ulama Thabrani meriwayatkan dari Abi Umamah r.a ia berkata;
“Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku engkau harus banyak
bergaul dan dekat dengan para ulama, dengarkan juga perkataan
para ahli
Hikmah, sesungguhnya
Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya Hikmah,
sebagian ia menghidupkan hati yang mati dengan cahaya Hikmah, sebagaimana ia menghidupkan tanah yang tandus
dengan air hujan .”
c Etika menghormati orang yang lebih tua
Rasulullah SAW bersabda; “Bukan dari golongan kita,
orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua.
”
33
Imam Moedjiono, Metode Dakwah Praktis, Yogyakarta: As-Salam Press, 2007, h. 137-139.
34
Soekanto, Seni Cerita Islami, Jakarta: Bumi Mitra Press, 2000, h. 35-41.
d Etika bersaudara
Orang tua harus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk saling mengetahui tugas masing-masing, yang besar
menyayangi yang kecil dan yang kecil menghormati yang besar, karena apabila masing-masing melaksanakan hak dan
kewajibannya secara baik maka akan tumbuh harmonis dan damai.
e Etika bertetangga
Tetangga mempunyai hak-hak dalam syariat Islam. Hal itu tidak lain adalah untuk memperkuat ikatan komunitas
masyarakat muslim, orang tua harus mendidik anaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti tetangga.
f Etika meminta izin
Etika meminta izin adalah kewajiban seluruh orang besar maupun kecil dan hal ini mempunyai tempat tersendiri dalam
syariat Islam. Sesungguhnya Al-Quran telah mendidik anak tentang etika meminta izin sebelum masuk kamar orang
tuanya, Allah memerintahkan orang tua untuk mengajarkan etika meminta izin secara bertahap.
g Etika makan
Imam al-Ghozali merangkum etika makan sebagai berikut: a.
Tidak mengambil makanan kecuali dengan tangan kanan dan mengucapkan Basmalah
b. Memakan makanan yang terdekat
c. Jangan mendahului orang lain makan
d. Jangan memandang makanan terus menerus atau
melihat orang yang sedang makan e.
Tidak tergesa–gesa ketika makan, dan tidak berlebihan f.
Kunyahlah makananmu dengan baik g.
Tidak boleh terus menerus memasukan makanan ke dalam mulut tanpa henti
h. Tidak mengotori pakaian atau kedua tangan
i. Tidak boleh terlalu tergiur oleh makanan
j. Qona’ah rasa puas atas makanan yang kasar tidak
membangkitkan selera. h
Etika memotong rambut Ibnu Umar r.a. Berkata Rasulullah SAW. Melihat
seorang anak yang di potong sebagian rambutnya, sebagian yang lain di biarkan begitu saja, lalu Nabi SAW.
Melarangnya seraya berkata: “Potonglah seluruhnya atau
biarkan seluruhnya ” HR Abu Daud Bin Nasa‟i. Dari
keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Akhlak adalah perangi atau sikap yang dapat dibina dan diciptakan
dalam diri masing-masing pribadi. Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh anak adalah pembinaan akhlak. Untuk
mewujudkannya tidaklah mudah karena membutuhkan kerja
keras serta kesabaran orang tua selaku pendidik. Arti sebuah pembinaan akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai
dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak.
C. Anak