Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam ajaran Islam, anak merupakan anugrah, titipan dan ujian dari Allah bagi setiap orang tua, dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci. Orang tua dari sang anaklah yang akan menjadi penentu di kemudian hari. 1 Orang tua dalam keluarga dalam bimbingan akhlak anak juga kurang memperhatikan pentingnya cerita dalam bimbingan akhlak secara umum, perkembangan pemikiran dan bahasa bimbingan secara khusus. Biasanya proses ini terjadi saat anak berusia 4-7 tahun. Karena pada saat itu pertumbuhan kecerdasan anak terlihat jelas pada tanggapan dan reaksinya terhadap hal-hal baru yang ia temui. Untuk itu, melakukan bimbingan akhlak tentu membutuhkan hal-hal yang konkrit, latihan, percontohan dan keteladanan. 2 Urgensi melakukan bimbingan akhlak anak usia 4-7 tahun ini, juga dijelaskan dalam QS. Lukman: 13. 3 Ayat ini secara tersirat menjelaskan; Pertama orang tua wajib memberi bimbingan kepada anak-anaknya. Kedua prioritas pertama dalam bimbingan adalah penanaman akidah, bimbingan 1 رطفلا لع ل ي ل لا امنا , نا ي ا سجمي ا ملسي ا بأف , را لا ا ر , dalam Ibnu Hajar al- Asqalany, Bulughul Maram, Beirut: Dar al-Fikr, 1987, h. 127. 2 Zakiah Daradjat, Pendidikan Anak Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, h. 75. 3 Depag RI, al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 2004, h. 412. akidah diutamakan agar menjadi kerangka dasar dan landasan dalam membentuk pribadi anak yang saleh. Dalam UU No. 4 Tahun 1997 disebutkan, anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum kawin. Ini berarti, kalau seseorang berusia 17 tahun dan sudah kawin misalnya, berubah status menjadi dewasa berdasarkan hukum. Hak dasar anak dalam hukum adalah hak hidup, hak kelangsungan hidup, dan hak perkembangan. Hak untuk hidup dan kelangsungan hidup akan menjamin anak untuk terbebas dari berbagai bentuk kekerasan, baik yang dilakukan oleh negara maupun orang dewasa sekitarnya. Hak perkembangan mencakup perkembangan fisik, perkembangan mental terutama yang menyangkut bimbingan, perkembangan moral dan spiritual, perkembangan sosial misalnya memperoleh informasi yang tepat baik dari sumber nasional maupun internasional, menyatakan pendapat dan berserikat, serta perkembangan secara budaya. 4 Ini semua dapat terwujud apabila lingkungan sangat kondusif sehingga memungkinkan perkembangan jiwa mereka berkembang dengan optimal melalui pendekatan trikotomi manusia trichotomy approach yang memiliki tiga aspek, yaitu : 1 fisiologis tumbuh, 2 psikologis jiwa dan 3 spiritual rohani. 5 Namun dalam hal ini, penulis lebih menekankan pada “anak yang berusia 4- 7 tahun” dimana pada usia inilah anak berada dalam proses pembangunan kepribadian character building dan memiliki kebutuhan kuat untuk dianggap penting dan berharga. Di sisi lain seperti dikatakan Lesia 4 Konvensi Hak Anak, Panduan bagi Jurnalis, Jakarta: LSPP, 2000, h 11. 5 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama Psikologi Atitama, Bandung : PT. Rafika Aditama, 2007, dalam Kata Pengantar Seto Mulyadi, h. 5. Oesterreich, seorang spesialis anak dari Universitas Iowa Amerika, anak usia 4-7 tahun memiliki karakter yang lebih sensitif pada kebutuhan dan perasaan orang lain di sekitarnya. 6 Dengan dasar inilah penulis berpandangan bahwa psikologi perkembangan anak merupakan salah satu bagian yang penting untuk sebuah dasar penelitian, khususnya pada anak usia 4-7 tahun yang mulai mencoba untuk memahami lingkungannya dengan bahasa, sikap dan prilaku mereka melalui kognisi, afeksi dan psikomotor yang dimilikinya. 7 Banyak metode yang dapat digunakan untuk membangun psikologi anak, diantaranya dengan cerita. Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri yang tentunya menyenangkan bagi anak. Cerita jga dapat dibaca atau didengar oleh orang yang tidak biasa membaca, dapat memberikan pengaruh pada jiwa anak, karena dapat mengasah rasa dan akal. Oleh karenanya seni bercerita haruslah memperhatikan kualitas, kuantitas, gaya bahasa maupun metode penyampaiannya, sehingga menjadi sebuah cerita yang layak disebut sebagai bagian dari sastra yang hidup dan abadi. Fungsi cerita juga disebutkan oleh Dewa Ketut Sukardi Psikolog, dalam perkembangan jiwa anak adalah untuk mengembangkan kepribadian 6 PGTK Darunnajah, Pendidikan Islam Untuk Anak Usia Dini, http:pgtk-- darunnajah.blogspot.comimg., diakses pada tanggal 12 November 2010. 7 T. Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : PT. Refika Aditama, 2006, h. 1. dan imajinasi anak. Selain itu juga dapat mengakrabkan hubungan antara anak dengan orang tua maupun orang dewasa. 8 Penting juga untuk diingat, bahwa dalam cerita anak juga memperhatikan usia. Misalnya, usia 4-7 tahun dimana anak mulai mengenali lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan, dan saat inilah untuk mengenalkan pada mereka sebuah fantasi yang bebas. Karena itulah, tema cerita yang tepat pada usia ini adalah tema petualangan dan kepahlawanan seperti cerita sejarah Nabi Muhammad Saw, Salahuddin al- Ayyubi, Thariq bin Ziyad, Khalid bin Walid. Selain itu juga bisa mengambil tema fantasi seperti halnya Abu Zaid al-hilal, dan Sinbad al-Bahri. 9 Selain itu, dengan cerita, anak juga dapat mempelajari, memahami dan menghayati segala bentuk nilai-nilai, norma-norma, kaidah-kaidah dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai itu misalnya keberanian, kecerdikan, kejujuran, kebahagiaan, kelicikan, kebodohan dan sebagainya. Dengan cerita, emosi pada anak akan berkembang secara sehat dan dapat mengakrabkan antara anak dengan orang tua dan orang dewasa lainnya yang ada di sekitar lingkungan pribadinya. 10 Inilah mengapa kemudian penulis memandang bahwa cerita sebenarnya memiliki peran penting dalam membentuk pribadi akhlak anak, meskipun beberapa kalangan menilai metode bimbingan anak, terutama akhlak yang islami melalui sebuah cerita sudah ketinggalan zaman. Karena menurut anggapan mereka, cerita itu sama halnya dengan dongeng 8 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987, h. 27. 9 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002, h. 12-16. 10 Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, h. 28. yang tidak realistis dan tidak logis. Padahal jika dianalisa seorang anak adalah miniatur yang memiliki kebutuhan, berbeda dengan orang dewasa yang kompleks dan total, bukan hanya dari segi rasionya. Salah satu unsur yang cukup penting dalam sebuah cerita adalah penceritaan, yaitu pemindahan cerita atau penyampaiannya kepada pendengar yang dalam hal ini adalah anak-anak yang sedang mengalami tumbuh kembang. Penceritaan yang baik tentu dapat meniupkan ruh baru yang kuat dan penampakan gambaran yang hidup di hadapan mereka. Selain itu juga dapat memberikan potret yang jelas dan menarik, intonasi, gerakan-gerakan dan emosi melalui setiap tokoh dan karakter yang ada dalam cerita. 11 Selanjutnya, peranan penting dalam proses pembimbingan ini adalah orang tua dan keluarga, yang merupakan wadah pertama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula dan menjadi dewasa nantinya dalam segi biologis dan rohani, seperti kedewasaan berfikir, berkehendak dan menjadi manusia yang dapat mencapai tujuan hidupnya. 12 Satu hal yang sebenarnya menjadi kendala sampai saat ini, menurut penulis adalah langkanya buku yang dapat dijadikan pegangan oleh orang tua dalam lingkup keluarga, yakni sebuah buku yang dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai pentingnya cerita dalam bimbingan anak. Begitu juga buku yang bertema cerita yang sesuai untuk anak, meliputi imajinasi, bahasa dan 11 Majid, Mendidik Dengan Cerita, h. 28. 12 Anonim, Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta: PT. Rajawali Press, 1996, h. 38-39. gaya bahasa, cara bercerita, hasil evaluasi, hasil pengungkapan kembali atau peragaan sendiri. Inilah yang kemudian menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian di lingkungan keluarga yang terdapat di Rt. 03 Rw. 01 Desa Muara Jaya Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Riau. Hal ini dikarenakan pada awalnya adalah desa yang terdiri dari para transmigran, yakni program pemerintah RI era 70-an untuk meratakan penduduk Indonesia. Saat ini jumlah pendiduk Muara Jaya terus meningkat seiring berdirinya perusahaan kebun kelapa sawit PT Eluan Mahkota yang terletak sekitar tiga kilo meter dari Desa Muara Jaya dan dibukanya kebun kelapa sawit di lahan perkebunan para transmigran. Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala desa, jumlah penduduk Desa Muara Jaya kini mencapai 828 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 3.318 yang tersebar di tiga dusun yaitu Eka Jaya, Dwi jaya, dan Tri jaya. Berbagai etnis menempati desa ini, seperti Jawa, Melayu, Sunda, Batak, dan sebagainya. 13 Seiring dengan berbagai perkembangan, desa ini juga menjadi desa yang dinamis, program didikan subuh, bahkan MDA Madrasah Diniyah Awaliyah juga didirikan untuk pendidikan agama dan akhlak bagi anak-anak penduduk setempat. Meski demikian, dari observasi yang penulis lakukan pada bulan November 2010-Januari 2011 memperlihatkan, bahwa mayoritas anak usi 4-7 mulai mengikuti pola bimbingan yang berasal dari media visual, seperti televisi. Mereka mulai mengenal lingkungan rumah dan sekitarnya. Di 13 Wawancara Pribadi dengan Bapak Jufri, Kepala Desa Muara Jaya, 25 November 2010. sisi lain, kondisi kehidupan yang mapan, membuat para orang tua mulai mawas diri di tengah pergaulan generasinya. Karenanya, sedini mungkin keluarga Rt. 03 Rw. 01 Muara Jaya mulai berbenah untuk melakukan bimbingan akhlak sebagai upaya pembentukan karakter character building. Itulah yang kemudian membuat pola asuh keluarga mulai berubah tergantung pengalaman dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karenanya, penulis mengambil judul “Metode Bimbingan Akhlak Anak Usia 4-7 Tahun Melalui Cerita Islami Kasus Pada Keluarga di Rt. 03 Rw. 01 Desa Muara Jaya Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu- Riau ”, sebagai syarat kelulusan pada strata satu, program studi Bimbingan dan penyuluhan Islam. Selain itu juga untuk lebih mengenalkan pada khalayak umum, bahwa metode bimbingan pada anak yang secara spesifikasi masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan tidak cukup hanya melalui metode formal, misalnya dengan tulis menulis, ceramah dan sebagainya, melainkan melalui cerita islami yang menarik sebagai masukan bimbingan akhlak mereka, terutama dalam lingkungan keluarga secara informal.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau

0 8 82

UPAYA KELUARGA DALAM MENANAMKAN IBADAH PADA ANAK (Studi Kasus di Dukuh Sidomulyo RT 01 dan RT 02 RW 03 Makamhaji Kartasura Upaya Keluarga Dalam Menanamkan Ibadah Pada Anak(Studi Kasus Keluarga Di Dukuh Sidomulyo Rt 01 Dan Rt 02 Rw 03 Makamhaji Kartasura

0 3 15

UPAYA KELUARGA DALAM MENANAMKAN IBADAH PADA ANAK (Studi Kasus Keluarga di Dukuh Sidomulyo RT 01 dan RT 02 RW 03 Upaya Keluarga Dalam Menanamkan Ibadah Pada Anak(Studi Kasus Keluarga Di Dukuh Sidomulyo Rt 01 Dan Rt 02 Rw 03 Makamhaji Kartasura Tahun 2016

0 2 18

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI KELOMPOK BINA KELUARGA BALITA (BKB) : Studi Kasus Pada Kelompok BKB Nuri RT 03 / RW 01 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Garut.

0 4 40

LPSE Kabupaten Rokan Hulu Kepenuhan

0 0 1

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 10

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 2

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 5

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 23

Permasalahan Kesehatan Ibu dan Bayi Pada Kehamilan Usia Dini di Desa Aliantan Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu Riau

0 0 6