b. Ahmad Amin akhlak adalah sesuatu yang dibiasakan, artinya
bahwa kehendak itu membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.
13
Dari dua definisi tersebut, jika ditarik benang merah, maka bimbingan akhlak adalah suatu proses yang sistematis, terorganisir,
kontinyu terhadap individu dengan nilai dan sentuhan ajaran Islam sehingga menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
3. Metode Bimbingan
Metode dalam “Kamus Ilmiah Populer”, lebih diartikan sebagai
cara, pelaksanaan, aplikasi dan sebagainya.
14
Dalam istilah ilmiah, penulis lebih mengartikan bahwa metode adalah cara seseorang untuk
mengaplikasikan bahkan mengimplementasikan suatu nilai dalam kehidupannya. Jika dihubungkan dengan bimbingan, maka metode lebih
bermakna bagaimana seseorang mengimplementasikan dan melakukan penanaman nilai tertentu kepada orang lain, termasuk penanaman nilai
etika Islam kepada anak. Tentunya secara teoritis, ada berbagai metode bimbingan yang diantaranya;
CeritaCeramah; cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak didik secara lisan, misalnya dengan
membacakan kisah keteladanan Rasulullah, Sahabat maupun pahlawan Islam seperti Salahuddin al-Ayyubi, Thariq bin Ziyad dan sebagainya.
13
Ahmad Rifa‟i, Pengertian Akhlak, http:ahmad rifa‟i. blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2010.
14
Maulana, Kamus Ilmiah Populer, h. 47.
Bercakap-cakap; suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan anak atau anak dengan orang tua, misalnya
mengajak anak untuk berbicara dari hati ke hati jika memiliki masalah dengan teman maupun guru di sekolah.
Pemberian Tugas; memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disediakan oleh orang tua, misalnya
mengikuti pengajian keagamaan di Masjid. Demontrasi; mempertunjukkan atau memperagakan suatu obyek
atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa, misalnya bagaimana etika berdoa ketika selesai shalat dan hendak naik kendaraan.
Karya Wisata; kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan-bahan kegiatan pengembangan dan kemanpuan anak,
misalnya melakukan wisata religi. Bermain Peran; memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di
sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang di laksanakan, misalnya
orangtua bisa memperagakan maupun menirukan saat Rasulullah mengajarkan ilmunya kepada para sahabat maupun cara bergaul
Rasulullah dengan masyarakat sosial pada umumnya. Memperagaan di sini bukan hanya secara sikap namun juga bisa dengan suara.
15
15
Drs. Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, Bandung: PT Eresco, 1988 , h. 98.
Sedangkan dalam melakukan menerapkan metode bimbingan, terutama untuk anak usia 4-7 tahun yang pada fase pembangunan karakter
orang tua harus melakukan pendampingan dengan : a.
Membaca Membaca buku juga bisa dimulai dari usia ini. Walaupun
tahap kemampuan anak untuk membaca tidak sama; namun pelajaran membaca sudah bisa dicoba dimulai dengan cara yang
santai, kreatif dan tidak menekan anak. Jangan lupa memakai buku anak-anak islami. Terutama kisah para Nabi dan tokoh-
tokoh Islam lain di masa lalu dan sekarang. Buku anak-anak lain yang mendidik tentu tidak apa-apa jadi bahan bacaan, asal tidak
melebihi porsi buku-buku Islami. Pentingnya membaca mendapat penekanan khusus dalam al- Quran sebagai kunci
menuju keilmuan Qs. al-Alaq 96:1-5. b.
Menanamkan Disiplin Disiplin harus dimulai dari usia ini. Menanamkan disiplin
artinya memberi hukuman atas kesalahan yang dilakukan anak. Disiplin bertujuan agar supaya anak tahu bahawa apa yang
dilakukan itu tidak baik. Anak usia 4-7 tahun berfikir pendek. Oleh karena itu, orang tua harus menyadari bahwa satu kali
penanaman disiplin untuk suatu kesalahan tidaklah cukup. Anak mungkin akan mengulangi kesalahan yang sama beberapa kali
setelah itu. Orang tua tidak perlu terkejut atau putus asa. Yang terpenting adalah bahwa anak sudah mengambil pelajaran setiap
kali menerima hukuman atas kesalahanannya. Pastikan orang tua tetap konsisten memberi sangsi disiplin setiap kali anak
melakukan kesalahan. Baik kesalahan yang sama maupun kesalahan baru. Pastikan anak menerima pujian atau
penghargaan setiap kali melakukan suatu hal yang baik. Apresiasi atau pujian pada anak usia ini antara lain berupa
ucapan terima kasih sambil menyebutkan perbuatan baik apa yang telah dilaku
kan si anak. Misalnya, “Kamu telah merapikan mainanmu. Terima kasih.”. Jangan lupa, hukuman pada anak
jangan sampai yang bersifat fisikal, seperti memukul, menampar, mencubit, dan sebagainya. Hukuman fisik seperti itu akan sangat
berbahaya bagi mental dan perilaku anak di kemudian hari. Hukuman disiplin hendaknya yang bersifat non-fisikal, seperti
dikurung dalam kamar selama 5 menit, dan sebagainya. c.
Kasih Sayang Menanamkan disiplin sejak dini yang tegas pada anak
harus juga dibarengi dengan ekspresi kasih sayang yang juga jelas. Baik dalam bentuk ekspresi perilaku maupun kata-kata.
Sehingga tidak menimbulkan kesan pada anak bahwa orang tua benci padanya. Singkatnya, orang tua harus bisa berperan dan
tahu kapan waktunya untuk memerankan diri sebagai sahabat, guru, pembimbing, dan sebagai orang tua bagi si anak.
16
16
Drs. Agoes Dariyo, psi, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama “Psikologi Atitama”, Bandung: PT Refika Aditama, 2007, Cet. Ke 3, h. 99.
B. Akhlak